Friday, November 11, 2005

Polisi Mundur Dulu Dari Kasus Salena

Editorial - KORAN MADANI No. 2 Tahun Ke-1, Minggu I Nopember 2005

Polisi Mundur Dulu Dari Kasus Salena

Madi, Tokoh Salena yang paling dicari Polisi saat ini, boleh jadi bukan apa-apa. Dibandingkan pem Bom Pasar Tentena, dibandingkan pembunuh Polisi di Poso, dibandingkan pembunuh tiga siswi SMA Poso pekan lalu.
Madi bukan apa-apa, sampai dia dinyatakan sebagai “Musuh” diburu seperti ayam hutan untuk diadili (atau dibunuh ?) karena dia pemimpin para penganut ajaran sesat dan telah menyebabkan tiga putra terbaik Polda Sulteng terbunuholehnya dan para pengikutnya.
Madi bukan apa-apa, dibanding Udtaz Mohammad Arif di Kalora, dibanding ustaz Subhan yang merangkap jadi ketua PMII, sampai ketika Polisi memberi nama baru kepadanya sebagai Mahdi. Sampai ketika Menteri Agama serta merta mencapnya pembawa ajaran sesat, Sampai ketika Dien Samsuddin menyebutnya sebagai penjelmaan Imam Mahdi.
Ketika dia diissuekan sebagai pembawa ajaran sesat, melarang orang ke mesjid dan gereja, seyogyanya Polisi tidak usah bersibuk-sibuk untuk mencari kejelasannya. Urusan ajaran sesat dan menyesatkan menurut klasifikasi orang muslim, itu akan jadi urusan para ulama, para da’i dan disisi lain adalah urusan Kantor departemen Agama. Urusan bahwa Madi mencampur adukan Agama dan Adat suku Kaili-UNDE, itu jadi urusan para tokoh pemangku adat. Tidak ada warna kriminal disana, sampai Polisi menghadirkan empat saksi pelapor yang katanya merasa terusik karena di Salena ada Madi yang suka Balia, dan memerintahkan pengikutnya untuk tidak puasa, tidak boleh shalat, dan tidak boleh pergi ke mesjid dan gereja. Isterinya membantah, dan sumber-sumber yang dekat dengan Madi juga membantah Issue seperti itu. Polisi dan beberapa tokoh masyarakat juga telah memperoleh klarifikasi dalam pertemuan awal dengan Madi.
Tetapi tergopoh-gopohnya Polisi menyikapi issue itu, mendatangi Madi di sarangnya-ternyata harus dibayar mahal. Tiga putera terbaik Polda Sulteng tersungkur gugur dalam perang melawan Madi. Padahal kalau para intel Polda Sulteng cukup awas dan teliti, mereka pastilah tahu ada tokoh-tokoh Adat maupun Agama yang mampu berkomunikasi dengan Madi, menjelaskan padanya dengan jernih apa yang dikehendaki Polisi.
Setelah gugurnya tiga persolnil Polisi itu, nampaknya, issue ajaran sesat Madi akan ditafsirkan begitu rupa, sehingga Madi harus diburu, seperti ayam potong, untuk melampiaskan dendam satuan polisi yang kehilangan tiga rekan mereka.
Untuk memperoleh porsi hukum yang berimbang dan adil, Polisi mestinya mundur dari kasus Salena ini. Polisi harus mampu menahan diri dan memberi kesempatan para tokoh adat dan agama melakukan langkah-langkah persuasif mereka. Sekusut apapun persoalannya, saling cinta dan menghargai akam mampu meluruskannya. Kekerasan dan dendam, membuat yang jernih menjadi keruh, yang kusut jadi bubar.
Persoalan Madi kini telah berkembang bukan saja soal agama sesat dan menyesatkan, bukan saja kriminalitas pembunuhan tiga personil Polisi, akan tetapi, kelak akan tiba pada permusnahan sebuah etnis. Seyogyanya Polisi menahan diri. Kasus Salena sesat ini biar ditangani dulu oleh Ulama dan Penganjur agama lurus, para tokoh adat, Departemen Agama, dan Pemerintah Daerah. Boleh jadi sebuah tim independen yang lebih adil dan jernih akan lahir dari sana. Pendinginan situasi sangat diperlukan. Itu hanya datang ketika Polisi mau selangkah mundur dari kasus ini.***

No comments: