Monday, November 21, 2005

SUFISM

From: "ma_suryawan"
Date: Mon, 21 Nov 2005 04:30:48 -0000
Subject: SUFISM

Dalam suatu kesempatan acara Tanya-Jawab di Muslim Television
Ahmadiyya (MTA), Hz. Mirza Tahir Ahmad r.h., Khalifatul Masih IV
menjelaskan soal Sufism.

Tanya:

Apakah pandangan Anda tentang Sufism?

Hz. Khalifatul Masih IV r.h. menjelaskan:

Sufism adalah baik. Itu semua tergantung kepada ketulusannya. Tetapi,
apa pemahaman Anda tentang Sufism itu adalah satu hal yang perlu
dijawab terlebih dahulu.

Jika Sufism bermakna pemahaman yang lebih mendalam dan lebih luas
akan kehendak Tuhan yang Dia ungkapkan dalam Syari'at-Nya,
sebagaimana yang Dia ungkapkan dalam kitab-Nya, maka saya percaya
pada Sufism.

Demikian juga semua nabi Allah. Yesus Kristus percaya pada Sufism
dalam arti bahwa beliau memahami pesan rahasia yang terdapat dalam
ayat-ayat yang orang lain tidak memahaminya. Demikian juga Hadhrat
Rasulullah s.a.w. memahami pesan-pesan rahasia Islam yang terkandung
dalam Al-Qur'an, dan beliau s.a.w. menjelaskan kepada kita. Dan
ketika beliau s.a.w. menjalankan Islam, hal kedua yang kita dapati
mengenai beliau s.a.w. adalah bahwa doa beliau yang sebenarnya justru
satu-satunya bentuk ritual resmi yang dapat Anda lihat. Apa yang
terungkap dalam hati beliau adalah sesuatu yang tidak dapat
dimengerti oleh manusia, tidak hanya tak dapat dilihat, bahkan pula
tidak dapat dimengerti. Karena itu semua tergantung pada perasaan
terdalam manusia akan sesuatu yang dia rasakan mengenai sesuatu.

Jadi, shalat yang sama, ketika beliau s.a.w. berdiri di hadapan Allah
S.w.t., pemahaman beliau s.a.w. akan sifat-sifat Allah S.w.t.,
kecintaan beliau s.a.w. beribadah, cara beliau s.a.w. mencintai-Nya,
cara beliau s.a.w. menyatu dengan-Nya adalah sesuatu yang tersembunyi
dari pandangan dunia. Ini adalah Sufism yang hakiki, yang sebenarnya
ada. Jika Sufism bukan seperti ini, maka saya tidak percaya pada
Sufism tersebut.

Sufism sebenarnya adalah suatu gerakan yang menyatakan perang
terhadap apa yang disebut orang-orang yang hanya percaya pada tata
cara Syari'at Islam, yaitu para mullah (para ahli fiqh yang hanya
mementingkan tata cara pelaksanaan Syari'at semata).

Ada suatu masa dalam sejarah Islam di mana orang-orang beranggapan
bahwa Islam yang dipaksakan kepada kita adalah hanya dalam bentuk
tata cara Syari'at saja, tanpa ada ruh di dalamnya. Jadi, angin
berpihak kepada lawan mereka (para sufi) dan mereka mulai memberikan
penekanan yang berlebihan pada pentingnya ruhani dan bukan pada tata
caranya, sehingga mereka mencampakkan perangkat dan alat yang
mengandung ruh tersebut serta meninggalkan tata cara shalat, dan lain-
lain, dan berkata, "Apakah tujuan dari shalat? Untuk mencintai Tuhan?
Untuk mengenal Tuhan? Kami mencintai Tuhan. Kami mengenal Tuhan. Jadi
shalat tidak kami butuhkan lagi."

Mereka lupa akan satu hal, bahwa Hadhrat Muhammad Musthafa s.a.w.,
Pendiri Islam, mencintai Islam jauh melebihi mereka, mencintai Allah
S.w.t. jauh melebihi mereka. Meskipun demikian, beliau s.a.w. tidak
pernah meninggalkan tata cara Syari'at. Adalah merupakan hal yang
kekanak-kanakan yaitu menyukai minuman, namun mencampakkan gelas yang
menampung minuman tersebut.

Sumber: Majalah Bulanan Nur Islam.

No comments: