Saturday, November 12, 2005

Setelah Azahari, Bagaimana Poso?

BERITA UTAMA Jum'at, 11 November 2005
Editorial: Setelah Azahari, Bagaimana Poso?

PENGGEREBEKAN yang berujung pada tewasnya Dr Azahari, gembong teroris yang paling dicari di Indonesia dan Asia Tenggara, melahirkan pujian yang mengalir ke alamat Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dan, menurut kita, pujian itu patut dialamatkan ke sana.

Tewasnya Azahari, ahli bom yang menakutkan, menunjukkan fakta lain juga. Yaitu, polisi dan aparatur terkait bekerja profesional dan relatif sukses menangani kasus-kasus terorisme di Bali dan Jawa.

Kelompok Azahari adalah pelaku peledakan bom di Bali pada 12 Oktober 2002 dan 1 Oktober 2005. Gerombolan ini juga menjadi otak peledakan bom di Kedutaan Besar Australia dan Hotel JW Marriott di Jakarta. Dan, masih berkaitan dengan bom Bali polisi berhasil menangkap Amrozi dan Imam Samudra serta kawan-kawan mereka. Amrozi dan Imam Samudra telah divonis hukuman mati.

Akan tetapi, bertolak belakang dengan prestasi membanggakan Polri terhadap penanganan kasus bom Bali, aksi teror di belahan Indonesia yang lain masih berlanjut garang. Yaitu Poso.

Di daerah ini teror mempertontonkan keangkuhannya. Dan, polisi belum memperlihatkan prestasi memadai, kalau tidak mau dikatakan mandul.

Betapa tidak! Dalam kurun satu bulan terakhir paling tidak tercatat tiga tindakan teror membelalakkan mata kita. Madi, pemuda desa yang dikatakan sebagai pemimpin aliran sesat, mengerahkan anak buahnya melawan dan membunuh polisi. Hingga sekarang Madi belum ditangkap.

Dua pekan lalu pembunuh 'misterius' memenggal kepala dua siswi SMU dan menghilang entah ke mana. Dan akhir pekan lalu penembak 'misterius' memberondongkan peluru ke dua siswi sekolah menengah atas dan, seperti biasa, menghilang.

Atas tiga teror beruntun di Poso itu, kita disadarkan bahwa kebuntuan terlalu lama dibiarkan di sana. Jumlah polisi ditambah ke Poso setiap kali ada teror yang mengagetkan. Jumlah tentara pun demikian.

Di kalangan eksekutif kekagetan pun dijawab dengan pola sama. Rapat mendadak kabinet diikuti rakorsus polkam. Kunjungan pejabat tinggi ke Poso setiap kali terjadi teror telah menjadi tradisi solusi.

Akan tetapi, Poso tetap saja tidak terselesaikan. Buktinya, hingga saat ini Madi dan pelaku pemenggalan serta penembakan terhadap siswi SMA tetap misterius. Kita mendengar para pejabat mengatakan teror di Poso didalangi orang dari luar. Tetapi orang luar itu misterius juga.

Setelah sukses memburu komplotan Dr Azahari yang mengacaukan Bali dan Jakarta, kita pantas menagih kesungguhan dan profesionalisme polisi untuk menangkap pelaku serangkaian teror di Poso.

Selain itu, kita ingin bertanya, adakah gubernur di Sulawesi Tengah? Adakah bupati di Poso? Adakah para camat di sana? Mengapa birokrasi seakan tumpul mengelola energi lokal untuk memerangi teror?

Bila misteri terlalu lama menggerayang, jangan-jangan tamu misterius itu berada dalam saku dan kantong kita.

No comments: