Saturday, March 15, 2008

A Faithful Woman

An elderly Muslim lady was well-known for her faith and for her confidence in talking about it. She would stand in front of her house and say "Allah be praised" to all those who passed by.

Next door to her lived an atheist who would get so angry at her proclamations he would shout, "There ain't no Lord!!"

Hard times came upon the elderly lady, and she prayed for Allah to send her some assistance. She would pray out loud in her night prayer "Oh Allah! I need food!! I am having a hard time, please Lord, PLEASE LORD, SEND ME SOME GROCERIES!!"

One night the atheist happened to hear her as she was praying, and decided to play a prank on her. The next morning the lady went out on her porch and found a large bag of groceries. She raised her hands and shouted, "Allah be praised!."

The neighbor jumped from behind a bush and said, "Aha! I told you there was no Lord. I bought those groceries, God didn't."

The old lady laughed and clapped her hands and said, "ALLAH BE PRAISED. He not only sent me groceries, but he made the devil pay for them!"


BAD JOKE DISCLAIMER: We recognize that religious humor can be risky. It is our hope that by laughing at ourselves (and others) we can make this subject more approachable. If you find any of these objectionable, we apologize. Many were posted, some were passed along via email and others spotted on other websites. As with most jokes, the original authors are unknown -- but we thank them.

Jubilee Resources

Khilafat Jubilee

Jubilee Resources

Read Hadhrat Mirza Masroor Ahmad's instructions in regards to the completion of one hundred years of Khilafat in 2008. more

Centenary Newsletter

Selected Articles

Selected Books (Buy online)

    • Al-Wasiyyat (The Will) [ UR | EN ] by Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad
    • Asmani Faisela (The Heavenly Decree) [ UR | EN ] by Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad
    • Nishan-e-Aasmani (The Heavenly Sign) [ UR | EN ] by Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad
    • Tajalliyat-e-Ilahiyya (Divine Manifestations) [ UR | EN ] by Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad
    • Essence of Islam, Vol IV by Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad
    • The Truth about the Split (Aina-e-Sadaaqat) [ UR | EN ] - by Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad
    • A Message of Peace and a Word of Warning by Hadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad
    • Message of Love and Brotherhood to Africa by Hadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad
    • With Love to the Muslims of the World by Hadhrat Mirza Tahir Ahmad
    • Was Ahmadiyyat Jama'at planted by the British? [ UR | EN ] by Hadhrat Mirza Tahir Ahmad
    • The Truth about the Alleged Punishment of Apostasy in Islam [ UR | EN ] by Hadhrat Mirza Tahir Ahmad
    • Hadhrat Maulawi Nur-ud-Din by Sir Muhammad Zafrulla Khan
    • Mansab-e-Khilafat [ UR ] by Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad

Auxilliaries' Khilafat Reading Program - Syllabus for 2008

    • Al-Wasiyyat (The Will) [ UR | EN ] by Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad
    • Truth about the Split (Aina-e-Sadaaqat) [ UR | EN ] by Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad
    • Nubuwwat and Khilafat (Prophethood & its Successorship) [ UR | EN ]

Prambors Ekskalasi Edisi 10-16 Maret 2008

Edisi 10-16 Maret 2008
http://pramborsfm.com



This Week Last Week Weeks Chart Artist Title
1 4 3 Soulvibe Arti Hadirmu
2 3 4 Syahrini Bohong
3 5 3 Maylaffayza Everywhere I Go
4 6 2 D'masiv Cinta Ini Membunuhku
5 7 2 Afgan Terima Kasih Cinta
6 8 4 Jikustik Selamat Malam
7 9 2 Lobow Kamu Cantik Hari Ini
8 11 2 Acha Septriasa Cinta Bertahan
9 10 5 Sabila Peduli Apa
10 12 2 Dua Takkan Hilang
11 13 2 Marcell Candu Asmara
12 15 2 Keyla Sadari Hati
13 b a r u 0 Maliq & D'essentials Dia
14 b a r u 0 Delon Feat. Irene Indah Pada Waktunya
15 1 6 Rossa Ayat-ayat Cinta
lagu antrian
0 3 Diva Lotta Love
lagu antrian
0 Nugie Lentera Jiwa
lagu antrian
0 Margareth Tak Tahan Sepi
lagu antrian
0 Alexa Jpp (jangan Pernah Pergi)
lagu antrian
0 Andra & The Backbone Main Hati

Tuesday, March 04, 2008

SALAT Sarana Mensucikan Diri

SARIPATI/Kutipan Khotbah Jumat Imam Jemaat Muslim Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Hadhrat Amirul Mukminin Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba. di Mesjid Baitul Futuh London Tanggal 15 Februari 2008 (8 Shaffar 1429)


SETELAH mengucapkan tasyahud, taawud serta tilawat Alquran Surah Al-Fâtiĥah (QS 1:1-7) dan QS [Al-‘Ankabût] 29:46, Hudhur atba. bersabda bahwa sebagaimana kita maklumi bahwa abad yang ke-14 penanggalan Islam merupakan takdir dan Janji Allah swt., diturunkannya seorang pencinta sejati Hadhrat Nabi Besar Muhammad-mustafa Rasulullah saw. sebagai tonggak ditegakkan kembali ajaran beliau, yaitu Hadhrat Imam Mahdi-dan-Almasih Yang Dijanjikan (Masîĥ Mau’ûd) a.s.

Beruntunglah kita yang mendapat taufik Tuhan Yang Maha Kuasa karena baiat di tangan beliau dan menjadi Anggota dari Jemaah ini. Tetapi, baiat tidak akan memiliki makna apa pun terkait tujuan diutusnya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. melaksanakan dakwah ini. Baiat memberikan beberapa tanggung jawab untuk kita laksanakan.

Kewajiban tersebut harus kita mengerti dan penuhi sebagaimana yang pernah Para Awwalin zaman Hadhrat Rasulullah saw. laksanakan dengan sangat baik. Sehingga, mereka memiliki kedudukan dan status Waliyullah. Dan seterusnya, mereka pun mensucikan orang-orang lain.

Hudhur atba. bersabda bahwa pemikiran tersebut harus kita pahami. Jika tidak demikian, maka kita bukan orang yang benar-benar mengerti akan posisi dan kedudukan Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

Dalam QS [Al-Jumu’ah] 62:4 menyebutkan bahwa Hadhrat Rasulullah saw. akan mensucikan umat beliau pada Akhir Zaman seperti halnya beliau biasa mensucikan para Sahabi beliau pada zamannya. Ini akan terjadi melalui pencinta sejatinya—Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s., yang mendirikan Jemaah Para Kaum Akhirin guna mempertautkan dengan martabat, warna dan aroma iman Para Kaum Awwalin.

Janji Allah swt. kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. adalah memberi kemajuan pada Jemaah ini, dan Tuhan selalu menepati janji-janji-Nya. Pada zaman lampau, kita telah menyaksikan sempurnanya janji-janji tersebut. Dan sekarang pun, kita sedang menyaksikannya. Bahkan pada masa mendatang, kita akan menyaksikannya terus-menerus—insya Allah.

Akan tetapi, Hudhur atba. menasihatkan, agar kita harus selalu ingat bahwa kita bisa layak menerima kesempurnaan janji-janji itu, bila kita penuh perhatian mengadakan tazkiyah nafs atau pensucian hati. Pensucian hati merupakan tanggung jawab setiap Ahmadi baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga dan orang-orang yang tinggal di lingkungan sekitar. Hal itu harus sesuai dengan tuntunan Alquran Karim, yang pemahamannya harus mengikuti amalan dan tata cara yang telah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ajarkan kepada kita guna mencegah diri dari keburukan-keburukan. Untuk itu dibutuhkan salat.

Ibadah salat merupakan sarana yang sangat penting untuk kesucian rohani kita sebagaimana firman-Nya dalam QS 29:46 sebagai perintah mendirikan salat beserta unsur-unsur lain di dalamnya dan menunaikannya dengan penuh ikhlas. Alquran sarat dengan ajaran-ajaran tazkiyah nafs, dan untuk mengamalkannya diperlukan taufik dari Allah swt.. Jika beribadah sambil bersujud di hadapan Allah swt. dengan hati tulus ikhlas dan mendapat kesan-kesan baik dari ajaran-ajaran Allah swt., kemudian berusaha menjauhkan diri dari keburukan-keburukan lalu mengamalkan hukum-hukum Allah swt., maka ibadah salat tersebut, tentu memberi kesan kuat untuk terus-menerus membimbing melakukan zikir kepada Allah swt.. Jika ada seorang mukmin yang demikian, pasti menjadi orang yang betul-betul berhasil melakukan tazkiyah nafs bagi dirinya.

Menunaikan salat penuh keikhlasan merupakan kewajiban asasi bagi tiap Ahmadi. Ini tidak cukup hanya dengan melaksanakan salat dua-tiga kali saja. Melainkan, harus berusaha gigih menempuh lima kali salat fardu sehari-semalam sebagai standar pencapaian kesempurnaan ibadah.

Salat merupakan batu loncatan bagi orang yang baru memulai perjalanan meraih martabat ibadah seperti orang-orang Awwalin. Salat lima waktu merupakan benih kebaikan yang akan menumbuhkan pohon yang memberi kelebatan buah-buahnya. Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Anda akan dikenal sebagai orang mukmin melalui salat lima waktu dan melalui akhlak Anda yang baik.”

Kita wajib menanam benih ini di dalam kalbu dan memeliharanya jangan sampai keadaan iklim dan cuaca memberinya kesan buruk. Jika kita tidak menjaga salat-salat tersebut, maka keadaannya bagaikan ladang yang di dalamnya tumbuh berbagai macam tanaman liar dan akan mengganggu pertumbuhan tanam-tanaman lain di dalamnya. Keburukan-keburukan itu akan menghalangi perkembangan amal-amal baik kita. Sementara itu, kenyamanan naungan di bawahnya akan mendatangkan buah-buahan yang baik dan lebat. Pohon itu akan menjaga dan melindungi kita dari setiap keburukan.

Sebagai ibadah yang merupakan sarana peningkatan kemampuan amal saleh, maka setiap Ahmadi harus mengintrospeksi diri dan keluarganya, sampai di mana kita sesuai dan dapat dikenal sebagai khaddim agama yang memiliki akhlaqul karimah.

Berkenaan pentingya salat, kutipan sabda Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. lebih lanjut menjelaskan bahwa salat merupakan amal saleh. Dengan mengamalkannya, kita menjauhkan diri dari kelemahan manusiawi. Karenanyalah salat diberi nama doa, dan kita jangan lengah menunaikan salat. Melalui salat, manusia akan banyak memperoleh kemajuan.

Diharapkan pula, agar kita berkesinambungan dalam menanamkan kecintaan terhadap Tuhan di dalam sanubari. Karenanya, tidak ada amalan lain yang lebih baik selain ibadah salat. Ibadah puasa dilakukan setahun sekali, zakat hanya terbatas pada orang yang mencapai nisabnya, sedangkan salat diharuskan bagi kita untuk menunaikannya lima kali sehari semalam. Jangan sekali-kali menyia-nyiakan ibadah salat.

Seseorang yang berdiri di hadapan Tuhan, hanya memerlukan keyakinan kuat bahwa sesungguhnya dirinya sedang berdiri di hadapan Allah swt.. Jika Dia menghendaki tentu akan memberikan segala sesuatu yang dimohonkan saat itu juga. Dengan berdoa sambil merendahkan diri, tidak berputus asa, tidak berprasangka buruk dan merasa yakin akan pertolongan-Nya, maka kita akan segera menyaksikan keadaan yang menyenangkan dan turunnya karunia dan manifestasi Allah swt..

Manusiawinya, pikiran sering tertuju pada perkara buruk berulang-ulang. Karena itu, untuk menjaganya perlu amal atau usaha berkesinambungan dengan cara menjaga baik-baik salat kita. Hal ini telah QS [Al-Baqarah] 2:239 isyaratkan sebagai hal yang sangat asasi.

Adakalanya tiap orang selalu lengah dan berada dalam kegiatan-kegiatan duniawi atau dalam kemalasan yang menghambat mendirikan salat. Bila kita berhasil menjaga salat yang tiada henti dan penuh ketaatan tersebut, maka salat akan memelihara kita, salat-salat sunah akan memelihara salat-salat fardu, salat-salat nafal akan memelihara salat-salat sunah, dan dari keadaan seperti itu, seorang mukmin dapat kita kenal.

Dengan menjaga salat, berarti kita telah melakukan perubahan diri menuju kesucian sebagai kewajiban khusus bagi setiap Muslim Ahmadi. Sehingga, asas keimanan akan semakin kuat. Kesaksian ayat “Far’uhâ fi`s-samâ`i—Cabang-cabangnya menjangkau sampai ke langit” dalam QS [Ibrâhîm] 14:25), menjadikan kemakbulan doa-doa seorang mukmin dan standar-standar kebaikannya, menjulang tinggi hingga ke Arasy. Bila semangat hati setiap Ahmadi timbul keinginan dan asa untuk meraih kedudukan iman seperti itu, tentu diperlukan semangat khusus dan kekerasan hati untuk menginginkan serta meningkatkan kadar ibadah salatnya lebih tinggi lagi.

Khusus mengenai disiplin waktu mendirikan salat, QS [Banî Isrâ`îl/Al-Isrâ`] 17 :79 menyitir firman Allah swt. mengenai penentuan macam-macam waktu salat. Dengan panjang lebar, Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. menjelaskan bahwa Allah swt. telah membagi musibah-musibah ke dalam lima bagian. Yakni—pertama Salat Zuhur: Datangnya musibah yang menimbulkan takut. Kedua, Salat Asar: Melangkah ke depan di saat menjalani musibah. Kemudian—ketiga, Salat Magrib: Timbul keputusasaan. Lalu—keempat, Salat Isa: Zaman kegelapan penuh musibah. Dan akhirnya—kelima, Salat Subuh: Datangnya fajar cinta kasih Allah swt.. Inilah lima macam waktu yang digambarkan di dalam waktu-waktu salat. Lima waktu salat yang Allah swt. tetapkan ini, tidak dipaksakan. Hal tersebut menggambarkan keadaan rohani manusia.

Dari penjelasan Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. tentang ayat tersebut, zaman atau keadaan yang ayat “Inna ma’a`l-‘usri yusrâ[n]—sesudah-kesukaran-akan-ada-kemudahan” lukiskan telah tiba. Jadi, seorang yang beriman jangan merasa malas untuk menunaikan Salat Subuh. Pada waktu itu, sudah tiba masanya mendapatkan banyak kemudahan dan faedah yang sebanyak-banyaknya dan menjadikan tempat tidur sebagai “istirahat”.

Bila perjalanan tiap hari dimulai dan berakhir dengan pikiran seperti itu, maka setiap Subuh tiba, salat kita akan memberi kesaksian bahwa sepanjang hari hingga malam telah dilewatkan dengan keadaan hati yang bertakwa. Inilah sarana bagi terjadinya perubahan besar pada diri seorang mukmin yang telah Allah swt. wajibkan bagi kita sebagaimana firman-Nya dalam QS [An-Nisâ`] 4:104.

Semoga Allah swt. memberi taufik kepada kita agar dapat mendirikan salat sebagai rukun yang sangat penting ini. Semoga kita menjadi penolong-penolong Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. melalui tazkiyah nafs yang betul-betul menjaga salat-salat kita tepat waktu. Semoga Allah swt. memberi taufik kepada kita untuk melakukan itu semua. Amin.

Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. bersabda, salat adalah hak Allah swt.. Karenanya, harus kita tunaikan sebaik-baiknya dan jangan menjalani kemunafikan tinggal bersama musuh-musuh Allah swt.. Kita haru senantiasa menjaga kesetiaan dan kesungguhan kepada-Nya. Biarlah jika semua rumah kita dihancurkan, akan tetapi jangan sekali-kali kita meninggalkan salat.

Orang yang menganggap “Salat itu merugikan” adalah kafir atau munafik. Sesungguhnya, dengan mengatakan bahwa “Mengerjakan salat banyak mengalami kerugian dan pekerjaannya terbengkalai”, di dalam dirinya terdapat racun. Sebagaimana manisnya barang makanan yang dirasakan pahit oleh orang yang sakit, maka demikian pula salat yang tidak akan dapat dirasakan lezat oleh orang yang seperti itu. Salat meluruskan iman, memperbaiki akhlak dan memperbaiki keadaan dunia.

Kelezatan salat mengalahkan segala jenis kelezatan dunia, yang untuk mencarinya manusia harus membelanjakan ribuan dollar, tapi hasilnya bisa menimbulkan berbagai penyakit. Sedangkan salat, adalah surga yang diraih dengan mudah oleh orang yang mendapatkannya. Di dalam Alquran disebutkan dua macam surga, salah satunya adalah surga dunia berupa lezatnya salat.

Salat bukan merupakan pajak yang dipaksakan, melainkan sebuah komunikasi dan daya tarik antara hamba dengan Tuhan-nya. Untuk melestarikannya, Allah swt. menjadikan salat sebagai sarana supaya jalinan ini tetap erat dan telah menanamkan kelezatan di dalamnya.

Seperti sepasang insan yang telah menikah, jika dalam pergaulan dan hubungan mereka tidak terdapat kenikmatan tentu akan timbul keresahan dalam kehidupan mereka. Demikian pula, jika dalam salat tidak terdapat kelezatan, maka jalinan antara hamba dengan Tuhan akan terputus.

Dengan khusyukan doa kita kepada Allah swt. sedemikian rupa, maka jalinan tersebut akan sangat dalam dan erat sekali, penuh cahaya, tak terlukiskan dengan kata-kata. Tapi, jika keadaannya tidak seperti itu, maka manusia tak ubahnya seperti hewan.

Di Denmark, terjadi kezaliman yang sangat biadab, yang menunjukkan kekotoran, permusuhan dan kedengkian hati: Penerbitkan kembali karikatur Wujud Suci Nabi Agung kita Hadhrat Muhammad-mustafa Rasulullah saw. pada sebuah surat kabar setempat. Alasannya, mereka ingin membalas tindakan polisi yang telah menangkap tiga orang kawan mereka yang telah membuat karikatur tersebut tiga tahun yang silam.

Tindakan mereka telah menyakiti hati Umat Islam di seluruh dunia. Padahal, mereka telah menyatakan sebagai bangsa penegak keadilan. Adilkah itu? Seseorang telah berbuat kesalahan lalu hukuman dijatuhkan kepada orang lain lagi, jika hal itu mereka anggap perbuatan adil, maka ada lagi yang ‘lebih adil’ dari mereka, yaitu Sang Aĥkamu`l-Ĥâkimîn swt., Yang-tinggal di atas Arasy, Yang Menguasai alam semesta, Yang-akan menunjukkan keadilan-Nya. Karena, Dia-lah Ghalîb dan juga Dzu`l-Intiqâm, Yang memberi tindak-balas terhadap orang-orang yang tidak mau berhenti dari perbuatan jahat mereka.

Itulah inti perkara yang telah Allah swt. terangkan kepada kita. Cukuplah Tuhan untuk melakukan tindak balas terhadap mereka yang telah melakukan kejahatan seperti itu. Bagaimana cara Allah swt. menangkap mereka? Hanya Dia sendiri yang Maha Tahu. Tugas kita hanya memberi pengertian kepada mereka. Dan kita pun telah melakukan dengan sebaik-baiknya. Kita telah menerbitkan tulisan-tulisan tentang hal tersebut dan mengirimnya kepada editor surat kabar yang bersangkutan, telah menjumpai orang-orang tertentu dan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan mereka.

Jika mereka tidak mau berhenti dari perbuatan buruk mereka, maka urusannya kita serahkan kepada Allah swt.. Tugas kita adalah sujud dan berdoa sebanyak mungkin kepada-Nya. Dan harus berusaha lebih keras dari sebelumnya, menerapkan contoh keteladanan Hadhrat Rasulullah saw. yang baik pada diri kita.

Kita mempunyai Tuhan yang telah Hadhrat Rasulullah saw. perkenalkan, Tuhan Yang sangat dicintai Hadhrat Rasulullah saw.. Dia Yang memiliki segala kekuasaan dan kedaulatan, dan Dia akan memperlihatkan kekuasaan-Nya—insya Allah. Tugas kita hanya mengemukakan keluh rasa hati yang terluka kepada-Nya. Di hadapan-Nya-lah kita hadir dan di hadapan-Nya-lah kita tundukkan kepala kita.

Kita harus panjatkan puji-sanjung serta selawat kepada Hadhrat Rasulullah saw.—lebih banyak dari sebelumnya. Kewajiban kita adalah, bila terjadi peristiwa semacam ini, kita harus berusaha segera dan lebih cepat dari semula menanganinya dan lebih keras memanjatkan doa kepada Tuhan. Kita harus berusaha lebih keras melakukan tazkiyah nafs—dari sebelumnya. Dengan jalan inilah yang akan membuat para penentang Jemaat menemui kegagalan. Dan menjadikan kita meraih kemenangan di atas mereka—insya Allah.

Umat Islam adalah kaum yang bersedia setiap saat mengurbankan jiwa-raga mereka demi menjaga kehormatan dan keagungan Sang Nabi Karim saw.. Dan lebih baik mati, daripada menanggung kehinaan seperti itu dan daripada bersahabat dengan orang-orang yang siang-malam menyebut dan mencaci-maki Hadhrat Rasulullah saw. dengan kotor. Disebutkan dalam buku-buku atau literature, mereka menyebut nama beliau dengan kata-kata yang sangat keji dan menijikkan.

Orang-orang semacam itu tidak memiliki rasa simpati terhadap bangsanya sendiri, sebab di atas jalan mereka tersebar onak duri yang sangat tajam. Kita dapat bersahabat dengan ular-ular hutan berbisa dan hewan-hewan rimba buas, namun kita tidak dapat berdamai dengan orang-orang yang bebas mengumbar mulut mereka dan tidak dapat berhenti berkata kotor dan menghina kesucian dan keagungan Hadhrat Rasulullah saw. yang mulia ini. Mereka mengira bahwa dengan menghina, mencaci maki dan kata-kata mulut kotor adalah kemenangan bagi mereka. Padahal, setiap kemenangan datangnya “dari Langit”.

Begitu banyak buku dan literatur telah mereka cetak berisi hinaan dan caci-maki terhadap Hadhrat Rasulullah saw.. Sehingga dengan mendengarnya, merindingkan bulu roma seluruh badan kita. Dengan penuh keperihan hati, kita memberi kesaksian bahwa jika mereka membunuh anak-anak kita di depan mata kita dan mencincang tubuh saudara-saudara kita-tercinta dan mereka menganiaya kita dengan hina dan mereka merampas semua harta kekayaan kita, maka demi Allah—dan demi Allah (!), kita tidak akan merasa sedih sedikitpun dan hati kita tidak akan pernah pedih secuilpun, dibanding mendengar caci-maki dan pengghinaan mereka yang dilontarkan terhadap Hadhrat Nabi Besar Muhammad-mustafa Rasulullah saw. yang telah melukai hati kita semua.

Ya Allah, obatilah hati kami yang telah mereka lukai, yang menganggap diri mereka paling kuat. Sesungguhnya, Engkau-lah Yang memiliki segala kekuatan. Amin.[] (MTA/Mln. Hasan Basri/Alm. H. Syarief Ahmad Lubis/H. Pipip Sumantri/A. Shaheen Ali/LB)



--
*istgfr+tsbh+slwt+wßlm*

“Don’t hate one another and don’t be jealous of one another, and don’t boycott one another and be servants of God as brethren.” --Muhammad saw.
“The whole worth of a kind deed is in the love that inspires it.” --Moses a.s. (The Talmud)
“Hatred doesn’t cease by hatred, but only by love; this is eternal rule.” --Budha a.s.
“Love your enemies!” --Jesus a.s.
“Love for All, Hatred for None!” --Mirza Nasir Ahmad r.h.
“To be loved, be lovable.” --Ovid