Saturday, November 24, 2007

Hak² Para Yatim Piatu, Para Janda dan Masalah Perceraian

SARIPATI Khotbah Jumat Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Amirul Mukminin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba.

JEMAAT Memiliki Tanggung Jawab Yang Sangat Besar Terhadap Hak² Para Yatim Piatu, Para Janda dan Masalah Perceraian

“KETIDAKPEKAAN dan ketidakpedulian kita akan masalah-masalah sosial tersebut—apalagi setelah pendakwaan diri kita sebagai mukmin—hanya akan mendatangkan celaan”

Morden, LB—Kali ini, ada tiga ayat yang dikutip dari Kitab Suci Alquran sebagai pembuka dalam Khotbah Jumat Hudhur [Hadhrat Khalifatul Masih V] atba. yang disiarkan langsung MTA dari Mesjid Baitul Futuh Morden, Inggris pada Jumat minggu lalu (19/11). Ayat-ayat tersebut berturut-turut adalah QS [Al-Baqarah] 2:221, 229 dan 241, mengenai seputar besarnya tanggung jawab Jemaat mengenai masalah-masalah sosial tentang kepedulian dan kepekaan kita sebagai orang yang beriman akan hak-hak para anak yatim piatu, para janda dan masalah perceraian. Pula, terkait dengan materi pembahasan Sifat Ilahi Yang Maha Perkasa lagi Bijaksana—Al-‘Azîz dan Al-Ĥakîm. Ketidakpekaan dan ketidakpedulian kita akan masalah-masalah sosial tersebut—apalagi setelah pendakwaan diri kita sebagai mukmin—hanya akan mendatangkan celaan. Terutama—demikian halnya, bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab.

Hal pertama yang tiga ayat Hudhur atba. kutip, menyinggung anak-anak yatim piatu agar kita memperhatikan dan mengasihaninya dengan semangan persaudaraan. Kepedulian harus kita wujudkan dalam bentuk fisik, moral dan kerohanian sebagai bagian dinamis kemasyarakatan. Karena, umat Islam satu sama lain adalah bersaudara dan bagaikan satu tubuh. Jika yang satu sakit, maka yang lainnya akan terasa sama. Islam mengajarkan bahwa untuk meneguhkan cinta kasih, diperlukan perbaikan dan aspeknya yang utama.

Perlakuan terhadap anak-anak yatim piatu harus disamakan bagaikan kita memperlakukan keluarga sendiri yang terdekat. Terkait seruan agar kita peduli terhadap anak-anak yatim piatu, Hudhur atba. mengutip firman Allah swt. dalam QS [An-Nisâ'] 4:7, 10 dan 11. Akibatnya, maka Allah swt. akan melindungi kita dan keturunan-keturunan kita dari segala duka cita.

Sementara itu, firman Allah swt. dalam QS 4:7, secara serius menyebutkan tentang penanganan harta anak yatim piatu yang ditinggalkan orang tua mereka. Harta anak yatim piatu sekali-kali tidak boleh diserahkan kepada mereka sebelum mereka mencapai kedewasaan dan begitu matang pikiran, sehingga dapat mengurus dan mengelola harta dengan sebaik-baiknya. Dan pada QS 4:11, adanya peringatan bagi mereka yang memakan harta anak-anak yatim piatu dengan zalim.

Kemudian—dalam QS 2:241, Hudhur atba. menyinggung dunia realita sosial yang memperlakukan para janda dengan tidak adil. Padahal masalah hak-hak perempuan tersebut, telah Islam serukan kepada umatnya pada lebih dari 14 abad yang lalu. Perintah Allah swt. Yang Maha Perkasa lagi Bijaksana ini, jika tidak kita amalkan, hanya akan mendatangkan cela dari-Nya.

Hadhrat Khalifatul Masih I r.a. pernah mengamanatkan kepada kita bahwa Allah swt. telah menginsyaratkan bahwa para janda dapat dan bebas untuk rujuk maupun menikah lagi. Tak ada satu pun ayat dalam Alquran, bahkan siapa pun meski keluarga terdekat, tidak berhak menghalangi apalagi mengintervensi dan merintangi mereka untuk menikah lagi.

Keputusan bercerai bagi pasangan suami isteri harus melewati proses pertimbangan yang matang dan penuh ketenangan sehingga akan tetap membawa dan merubah rumah tangga dalam buaian cinta kasih dan sayang, harmoni dan ketentraman. Lelaki merupakan penjaga perempuan sehingga bertanggungjawab terhadap keluarga sebagaimana yang diperintah Allah swt. Yang Maha Perkasa lagi Bijaksana.

Menjelang berakhirnya khotbah, Hudhur atba. memohon doa untuk keadaan negara Pakistan. Situasi di sana, baik di pihak pemerintah, para politisi dan para rohaniawannya, benar-benar mengarah kepada kehancuran. Semoga Allah swt. melindungi Pakistan, negeri yang dibangun dengan penuh pengorbanan. Jemaat Ahmadiyah telah banyak berkorban demi terbentuknya Pakistan. Hudhur bersabda, para Ahmadi Pakistan harus mencintai tanah airnya. Mereka yang berada jauh di perantauan harus mendoakannya. Pakistan benar-benar berada dalam proses kebinasaan. Semoga Allah swt. memberikan kepekaan kepada orang-orang akan keadaan Pakistan tersebut. Amin.[] (MTA/Alislam.org)

Saturday, November 17, 2007

KARAKTERISTIK Orang-orang yang Beriman...




SARIPATI Khotbah Jumat Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Amirul Mukminin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba.

KARAKTERISTIK Orang-orang yang Beriman...

“MEMILIKI Sifat Kesetiakawanan Sosial yang Tinggi dalam Membelanjakan Hartanya di Jalan Allah swt. Semata-mata Meraih Rida-Nya”

MORDEN, LB—Mengawali Khotbah Jumat minggu lalu (9/11) yang disiarkan live oleh MTA melalui satelit-satelitnya dari Mesjid Baitul Futuh Morden, Inggris, Hudhur (Hadhrat Khalifatul Masih V) atba. menilawatkan Alquran Karim Surah ke-9 [At-Taubah] ayat 71 (QS 9:71) yang kemudian menerangkan panjang lebar tentang tujuh karakteristik orang-orang yang beriman, baik yang laki-laki maupun perempuan. Orang-orang yang beriman adalah mereka yang satu sama lain saling bersahabat, yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, serta menaati Allah swt. dan Rasul-Nya.

Dalam khotbah ini, Hudhur atba. menyinggung Realisasi dan Tahun Baru Perjanjian Dana Tahrik Jadid. Tahun Baru Perjanjian ini sudah dibuka sejak 1 November lalu. Terdapat janji Allah swt. bagi mereka yang membelanjakan hartanya di jalan Allah swt. yaitu dalam firman-Nya dalam QS [Al-Baqarah] 2: 273 bahwa kita sendirilah yang akan menuai manfaatnya. Dengan mengamalkannya, kita akan termasuk dalam orang-orang yang pribadinya tidak akan mengekploitir pihak lain dalam berbisnis.

Di dalam Jemaat Ahmadiyah, sabda Hudhur atba., merupakan para jemaah yang memiliki sifat kesetiakawanan sosial yang tinggi dalam membelanjakan hartanya di jalan Allah swt. semata-mata meraih rida-Nya. Itu semua karena mereka telah menghayati, memegang teguh dan mengamalkan ikrar baiat mereka kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Mereka meyakini penuh akan janji Allah swt. tersebut.

Pembelanjaan harta di jalan Allah swt. menurut QS 2:275 yang Hudhur atba. kutip, harus disertai niat hati yang ikhlas, suci serta lurus.

Pada kesempatan Khotbah Jumat kali ini, sesuai tradisi, Hudhur atba. mengumumkan Realisasi Perjanjian Dana Tahrik Jadid Tahun Periode 2006-2007 dari berbagai Jemaat nasional di seluruh dunia. Dana yang telah terkumpul sebesar [lebih dari] 3,6 juta poundsterling Inggris.

Sebagai penyumbang terbesar dan menduduki peringkat pertama adalah dari Jemaat Ahmadiyah Pakistan. Kedua adalah Jemaat Amerika Serikat, ketiga Inggris, keempat Jerman, kelima Kanada, keenam Indonesia, ketujuh India, kedelapan Australia, kesembilan Belgia dan kesepuluh Mauritius. Sedangkan peringkat tertinggi penyumbang Dana Tahrik Jadid di benua Afrika adalah Jemaat Nigeria. Dan dari tahun periode 2006-2007 tersebut, lebih dari 16 ribu warga Ahmadi merupakan para Pejanji baru.

Khusus di Jemaat Nasional Inggris, Jemaat Lokal ‘Mesjid’ London berada di peringkat pertama, kemudian berturut-turut sebagai ‘Lima Besar’ yang diikuti Jemaat Worcester Park, Jemaat Bradford, Jemaat Scunthrope dan Jemaat Glasgow. Di Jemaat Amerika Serikat, ‘lima besar’ ditempati beberapa Jemaat Lokal, yaitu: Silicon Valley, Chicago West, North Virginoa, East Los Angeles dan Detroit. Pada intinya, Hudhur atba. mendoakan, semoga Allah swt. memberkati para Ahmadi Pejanji Dana Tahrik Jadid di seluruh dunia. Amin.

Kemudian, Hudhur atba. menceritakan derap kemajuan Jemaat di benua Afrika. Di sana, para mubalig dan mualim-nya bekerja keras memperkenalkan Sistem dan Perjanjian Dana Tahrik Jadid ke segenap masyarakat. Hudhur atba. berpesan, bahwa para Ahmadi yang baru bergabung atau baiat harus kita libatkan dalam dan jangan sampai mereka luput dari gerakan beberkat ini. Semoga setiap individu Jemaat memahami berkat-berkat yang ada dalam Tahrik Jadid ini. Amin.

Menjelang akhir khotbah, Hudhur atba. mengumumkan berita duka yang datang dari Jamiah (institusi pendidikan bagi para calon mubalig atau misionaris) di Markas Besar Jemaat Ahmadiyah di Rabwah, Pakistan. Yakni, tentang wafat dan syahidnya seorang mahasiswa Ahmadi Jemaat Sierra Leone di Jamiah bernama Yusuf Khalid Sahib disebabkan sakit hepatitis sejak 28 Oktober lalu, kemudian menghembuskan nafas terakhirnya Jumat, 2 November silam. Hudhur atba. menyampaikan rasa hormat beliau yang dalam atas keikhlasan dan semangat Almarhum kepada Jemaat.

Hudhur atba. berdoa, semoga Allah swt. terus menambah dan memberikan banyak misionaris Jemaat dalam meneladani Almarhum demi kemajuan benua Afrika di masa depan. Semoga Allah swt. memberikan ketabahan kepada keluarga yang Almarhum tinggalkan. Semoga Alah swt. meninggikan derajatnya berupa surga, dan menganugerahkannya berupa kedudukan di antara para Pecinta Tuhan. Innâ li'l-Lâhi wa innâ ilaihi râji’ûn[a].[] (Alislam.org/Rahmat Ali)

Monday, November 12, 2007

HUBUNGAN Cinta Kasih Timbal Balik, Mengokoh-tegakkan Nizam Khilafat

SARIPATI Khotbah Jumat Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Amirul Mukminin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba.

“KHILAFAT membawa kepada haribaan Islam dan Keesaan Allah swt. dan menumbuhkembangkan kecintaan terhadap Hadhrat Nabi Besar Muhammad—Rasulullah saw. dan Hadhrat Masih Mau’ud a.s.”

--
LONDON, LB—Dalam Khotbah Jumat yang disiarkan live oleh Muslim Television Ahmadiyya melalui satelit-satelitnya dari Mesjid Baitul Fazl London, Inggris pada minggu lalu (2/11), Hudhur [Hadhrat Khalifatul Masih V] atba. mengingatkan kita kembali tentang salah satu syarat baiat ke dalam Jemaat Ahmadiyah bahwa ikatan tali persaudaraan kita dalam jemaat ini begitu tinggi derajatnya. Sehingga, bentuk keberkatan Allah swt. ini, baik sekarang ataupun masa mendatang, tak sebanding dengan ikatan persaudaraan maupun hubungan-hubungan lainnya di dunia ini. Dari banyaknya surat-surat yang Hudhur atba. terima dari para Ahmadi yang baru baiat di seluruh dunia, memperlihatkan loyalitasnya masing-masing meski ada yang mendapat penentangan dari pihak keluarganya.

Berulang kali Allah swt. memberi tahu Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bahwa beliau akan dianugerahi kemuliaan dan hati yang dipenuhi cinta kasih, dan jemaah beliau akan Allah swt. sebarkan ke seluruh pelosok dunia. Beruntunglah demi hati yang telah dipenuhi cinta kasih, kita menjadi saksi hidup atas janji-janji dan berkah-berkah Allah swt. bahwa ketika seseorang sudah baiat sebagai Ahmadi, maka kecintaannya kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s.—sebagai Imam Zaman—dan juga kepada Nizam Khilafat semakin bertambah.

Sepanjang kita menautkan diri pada ikatan tali cinta kasih dalam jemaat ini, Allah swt. akan menurunkan berkah-berkah-Nya sebagaimana yang telah dijanjikan-Nya kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Semoga Allah swt. menjadikannya demikian. Amin.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menyempurnakan tarbiyat atau bimbingannya melalui ajaran-ajaran beliau yang menanamkan benih cinta kasih ke dalam hati para Ahmadi untuk para generasi mendatang. Ketika Allah swt. mengabarkan bakal kewafatan Hadhrat Masih Mau’ud a.s., beliau menuliskannya dalam buku yang berjudul Al-Washiyyat.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Wahai Saudara-saudara. Karena sejak dahulu—begitulah sunatullah bahwa—Allah swt. menunjukkan dua qudrat atau manifestasi-Nya supaya diperlihatkan-Nya bagaimana cara menghapuskan dua kegirangan-yang-bukan-bukan dari musuh, maka sekarang tidak mungkin Allah swt. akan meninggalkan sunah-Nya yang tidak berubah-ubah itu. Maka, janganlah Anda bersedih hati karena uraian yang saya terangkan di hadapan Anda ini.

“Janganlah hati Anda jadi kusut karena bagi Anda perlu pula melihat ‘Kudrat Kedua’. Kedatangannya kepada Anda membawa kebaikan karena Dia selamanya akan tinggal bersama Anda. Dan sampai kiamat, silsilahnya tidak akan putus-putus.

“Qudrat kedua ini tidak dapat datang sebelum saya pergi. Akan tetapi, bila saya pergi, maka Tuhan akan mengirimkan Kudrat Kedua itu kepada Anda yang akan tinggal bersama Anda selama-lamanya sebagaimana Janji Allah swt. dalam [buku] Barâhîn-i-Aĥmadiyyah. Janji itu bukan untuk saya, melainkan untuk Anda. Seperti firman Tuhan: Aku akan memberi kepada Jemaat ini, yaitu pengikut-pengikut engkau, kemenangan di atas golongan-golongan lain sampai kiamat.

“[Maka] dari itu, mestilah datang kepada Anda hari perpisahan saya. Supaya sesudah itu, barulah datang hari yang menjadi ‘hari perjanjian kekal’. Tuhan kita adalah Tuhan Yang-menepati janji, setia dan benar. Dia akan memperlihatkan kepada Anda segala apa yang sudah dijanjikan-Nya.”

Para Sahabat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. memiliki hati yang diliputi rasa cinta kepada beliau semata-mata li'l-Lâhi Ta’âla dan melebihi apa pun yang ada di dunia ini. Dan ketika Para Sahabi r.a. memahami kabar gaib tentang kian dekatnya kewafatan beliau, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menghibur mereka supaya jangan khawatir dan bahwa Allah swt. tidak akan membiarkan jemaat ini sebagai dasar guna membentuk dan meneruskan ikatan cinta melalui Qudrat Kedua misi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sampai kiamat.

Api kecintaan yang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. kobarkan tersebut, adalah berupa tanda-tanda dan perlunya khilafat di antara para Sahabi-beliau r.a. sebagai anugerah Allah swt.. Para Sahabi r.a. memahaminya dan mewujudkannya dalam bentuk ikatan Nizam Khilafat sebagai kekuatan, persatuan, kesatuan dan kemajuan yang fondamental bagi Jemaat.

Sebagai Ahmadi yang hidup pada zaman sekarang ini, kita menjadi saksi atas genapnya Perjanjian yang dibuat Allah swt. dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Jemaat Ahmadiyah merupakan pemenuhan kabar gaib Hadhrat Rasulullah saw. di akhir zaman. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. adalah Sang Mujadid di Akhir Zaman ini. Nizam Khilafat merupakan tatanan yang sesungguh-sungguhnya. Dan tak dipungkiri, bahwa Khilafat kita membawa setiap orang kepada haribaan Islam dan Keesan Allah swt. dan menumbuhkembangkan kecintaan terhadap Hadhrat Rasulullah saw. dan Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Kecintaan yang kita saksikan dan rasakan pada hati para Ahmadi di seluruh dunia sekarang ini, merupakan bukti tergenapinya janji tersebut dan sebagai tanda nyata atas kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

Hari ini, dakwah Islam yang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bawa, sedang kita siarkan kepada umat manusia yang berasal berbagai bangsa. Mereka menerima dakwah dan bergabung ke dalam ikatan cinta kasih beliau a.s..

Pada Khotbah Jumat minggu lalu, Hudhur atba. mengumumkan dan memohon doa khusus terkait rencana operasi pembedahan kantong empedu beliau. Setelah pengumuman tersebut, beliau menerima banyak pesan yang tak tak terhingga sebagai ungkapan rasa cinta dan kesetiaan dari para Ahmadi seluruh dunia. Beberapa Ahmadi ada yang sampai menawarkan kantong empedu mereka sendiri bila dibutuhkan. Yang lainnya menunjukkan ekspresi kecintaan mereka, kata mereka, para Anggota Jemaat bagaikan satu tubuh. Dan, bila hati tidak sehat, maka dapat dibayangkan dengan kondisi badannya yang lain. Semua surat yang dialamatkan kepada Hudhur atba., menunjukkan kekhawatiran yang sama bagi kesehatan beliau dan berisi doa bagi cepatnya kepulihan dan kesembuhan beliau.

Hudhur atba. berdoa, semoga kecintaan terhadap Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini akan tetap ada. Semoga mereka senantiasa dilindungi dan diselamatkan dari kezaliman. Semoga ikatan tali persaudaraan ini senantiasa tetap hidup di antara mereka. Amin.

Melihat dalamnya kecintaan para Ahmadi tersebut, dikarenakan ungkapan rasa syukur terhadap Allah swt.. Hudhur atba. memohon para Anggota Jemaat untuk mendoakan khusus beliau. Sehingga, dapat pula menunjukkan balik rasa cinta kasih kepada mereka. Hubungan cinta kasih timbal balik inilah yang akan menjadi fondasi kokoh-tegaknya Nizam Khilafat yang abadi. Pohon kecintaan ini demikian mengakar pada kedalaman hati-hati para Anggota Jemaat. Sehingga, tak satu pun topan badai yang mampu mencabutnya. Semoga Allah swt. memperkenankan kekhusyukan dalam setiap doa-doa yang kita panjatkan. Amin.

Huzur thanked all those who expressed their love for the Khalifatul Massih. He also expressed his sincere thanks to the doctor and the staff of the hospital where his surgery took place. He remarked that they took such great care of him that it seemed like it was an Ahmadi hospital.

Hudhur atba. berterima kasih atas ungkapan rasa cinta mereka untuk Khalifatul Masih. Beliau atba. juga mengungkapkan rasa terima kasih yang dalam dan tulus kepada dokter dan staf rumah sakit tempat operasi berlangsung. Pihak rumah sakit telah merawat beliau dengan penuh dedikasi yang besar layaknya rumah sakit milik seorang Ahmadi. (ALISLAM.ORG/ASH)



ISLAM Tampilkan Wujud Keperkasaan dan Kebijaksanaan Allah swt.


“…SEBAGAI Wajah Tuhan Yang-menyelamatkan para Nabi-Nya [a.s.] dari setiap Musuh dan Konspirasi mereka”

PADA Khotbah Jumat yang disiarkan live oleh Muslim Television Ahmadiyya melalui satelit-satelitnya dari Mesjid Baitul Futuh Morden, Inggris minggu lalu (26/10), Hudhur [Hadhrat Khalifatul Masih V] atba. bersabda bahwa salah satu keberatan maupun kritikan terbesar yang ditujukan kepada Islam adalah berkenaan dengan Kitab Suci Alquran sebagai wahyu Tuhan kita—Allah swt.—yang mengajarkan kekerasan dan isi perintah-perintahnya yang tak memiliki kebijaksanaan. Opini publik—termasuk Imam Kristen Khatolik Sedunia Sri Paus Benedictus XIV—memandang, Islam dan umatnya sebagai agama kekerasan.

Jelaslah—mengutip situs internet resmi Jemaat Ahmadiyah Internasional Alislam.org, betapa mereka mendasarkan diri pada purbasangka dan kecurigaan belaka, tidak menelaah ajaran suci Alquran secara mendalam. Padahal, Islam mempresentasikan keindahan dan keesaan Allah swt. melalui amal-amal saleh para umatnya. Dijelaskan Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Ahmad—Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s., Alquran diawali dengan Surah Al-Fâtiĥah yang menerangkan betapa ayat-ayatnya menyatakan keesaan dan kesempurnaan sifat-sifat Allah swt..
Sifat-Nya—termaktub pada Surah ke-24 An-Nûr ayat 36 (QS 24:36)—merupakan nûr atau cahaya bagi seluruh langit dan bumi. Bila seseorang tidak melihat keindahan di dalamnya atau tidak mengenal wujud Allah swt., maka yang ada hanyalah kesalahpahaman. Untuk menampak indahnya konsep tauhid, maka menurut Islam, seseorang harus memiliki paradigma pemikiran terbuka.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menguraikan dengan rinci Surah Al-Fâtiĥah bahwa sebagai konsep dasar ketauhidan dalam Islam adalah: Allah swt. merupakan Tuhan Semesta alam, dan wujud Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dan Dia-lah Mâlik—yang menguasai Hari Pembalasan.

Allah swt. mengganjar setiap perbuatan seseorang sesuai kadarnya masing-masing, bukan menghukum dengan kekejaman. Tentunya, seseorang harus mengikuti bimbingan dan petunjuk pada setiap perintah-Nya. Di dunia ini, setiap orang mematuhi peraturan dan hukum yang telah dibuat dan jangan sampai melanggarnya. Lain halnya saudara kita dari umat Kristen, mereka menganut penebusan dosa, sebuah akidah yang tidak rasional sedikitpun. mereka meyakini hukum yang berlawanan dengan hukum Tuhan.


Tuhan Maha Kuasa, meski peraturan-Nya bisa membuat manusia diganjar sesuai perbuatannya, Tuhan memiliki kekuatan untuk memaafkan dan Dia telah menyatakan bahwa sifat Maha Penyayang-Nya berlaku di atas segalanya. Sejarah para Nabi a.s. masa lampau menunjukkan, ketika pelanggaran segala batas terjadi, maka berlakulah pembalasan Tuhan.


Pada penyampaian khotbah minggu sebelumnya (19/10), Hudhur atba. menyinggung Sifat Al-‘Azîz Allah swt.. Dijelaskan beliau, dalam sifat Al-‘Azîz, Allah swt. tidak tergesa-gesa dalam menghukum. Kasih sayang Allah swt. demikian menyeluruh. Kemahakuasaan Allah swt. tertera pada banyak tempat dalam Alquran, berdampingan antara lain dengan Ar-Raĥîm (Maha Penyayang), Al-Ĥakîm (Yang Maha Bijaksana), Al-Ĥamîd (Maha Terpuji), Al-Wahhab (Maha Pemberi), Al-Karîm (Maha Mulia).


Ketika Alquran mengacu pada Tuhan sebagai wujud yang “menghukum” atau memberi pembalasan dan ganjaran dengan berbagai pertimbangan dan penjelasannya, tertera hanya pada 10 hingga 12 ayat saja.


Bagaimanapun, ketika hukum Tuhan terus-menerus dilanggar dan segala batasan dilewati, maka sebagai bentuk kecintaan-Nya, Dia menurunkan balasan sesuai porsi dan kadarnya guna merubah manusia serta sebagai peringatan di masa mendatang. Dijelaskan Hudhur atba., bahwa Alquran melukiskan berbagai wujud Al-‘Azîz Allah swt. pada empat ayat berbeda, yaitu pada QS [Âli ‘Imrân] 3:5, [Al-Mâ'idah] 5:90, [Ibrâhîm] 14:48 dan [Az-Zumâr] 39:38. Di tempat lain, Alquran pun mencantumkan bahwa betapa Keazizan Allah swt. menghukum umat manusia yang melanggar batasan dan menolak kerasulan Nabi Saleh a.s.. Juga, pelanggaran, penolakan dan azab atas Raja Firaun dan rakyatnya pada QS [Al-Qamar] 54:43.


Ayat-ayat tersebut merupakan peringatan bagi umat Islam masa Hadhrat Rasulullah saw. awal dan akhir zaman ini. Wujud Tuhan yang Islam tampilkan adalah wajah Yang-menyelamatkan para Nabi-Nya dari setiap musuh dan segala konspirasi mereka. Jika Allah swt. tidak menyatakan Kekuatan dan Keperkasaan-Nya, makan dunia akan berada dalam bencana.


Secara spesifik, QS [Al-Ĥajj] 22:40-41 mengizinkan umat Islam berperang semata-mata karena di bawah bimbingan dan petunjuk khusus, alias mempertahankan diri dari penganiayaan dan ketidakbebasan beribadah.


Sebagai manifestasi Keazizan Allah swt., umat Islam diingatkan QS [Al-Baqarah] 2:210, bahwa Allah swt. menyeru agar mereka berjalan dan menapaki hidup berdasarkan perintah-Nya, supaya rohani mereka kuat disebabkan keberimanan mereka terhadap wujud Al-‘Azîz dan Al-Ĥakîm Allah swt.. Apabila dalam penghayatannya terjadi kekhilafan atau kekeliruan sehingga menyebabkan turunnya hukuman Tuhan, maka balasan atau pun ganjaran tersebut merupakan sarana sebagai perbaikan dan pensucian hati.


Hudhur atba. bersabda bahwa guna menghilangkan kesalahpahaman orang-orang selama ini, setiap Ahmadi wajib meneladankan dan menebarluaskan konsep Islam tentang Keperkasaan dan Kebijaksanaan Tuhan yang sejati. Tuhan merupakan wujud yang memiliki rasa cinta kasih dan keindahan.

Sebagai bukti pengukuhan keamanan dan perdamaian dunia, Tuhan akan membalas dan mengganjar bagi mereka yang berdosa. Jika kita ingin menghilangkan kesalahpahaman mengenai wujud Tuhan kita, kita harus menyebarluaskannya kepada umat Islam lain yang beriman kepada Keperkasaan dan Kebijaksanaan Allah swt.. Sekalipun, kita jangan sampai tergelincir ketika kita menyaksikan tanda-tanda kebenaran. Semoga Allah swt. memperkenankan umat Islam memahami hal ini. Semoga Allah swt. memperkenankan kita mendakwahkan hal tersebut sehingga kita bisa menyaksikan kemenangan Islam.


Menjelang akhir khotbah, Hudhur atba. memohon doa dari para jemaah—para Ahmadi di seluruh dunia (!)—untuk kelancaran dan kesuksesan operasi kantong empedu yang akan beliau jalani berdasarkan keputusan tim dokter, minggu ini. Mohon didoakan sehingga keridaan Allah swt. tetap—bahkan—semakin menambah aktifitas dan vitalitas hidup maupun kerja beliau. Amin. (ALISLAM.ORG/A. SHAHEEN/LB)


-------oooOooo-------


Monday, October 29, 2007

Kemenangan dan Kebenaran Islam Ahmadiyah adalah Bukti Keazizan Allah swt.

Saripati Khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V atba.


AYAT ke-11 Alquran Surah ke-35 Al-Fâthir (QS 35:11) menjadi pembuka topik baru dalam rangkaian khotbah jumat mengenai Asma Allah swt. Al-‘Azîz—Yang Maha Kuasa—setelah Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Amirul Mukminin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba. mengucapkan tasyahud, taawud dan Surah Al-Fâtiĥah, Jumat (19/10) lalu. “Barangsiapa menghendaki kehormatan, maka bagi Allah-lah kehormatan itu semuanya. Kepada-Nya naik segala perkataan baik, dan amal saleh mengangkatnya, dan orang-orang yang merencanakan keburukan, bagi mereka ada azab yang sangat keras. Dan rencana mereka itu akan hancur.”

Dalam khotbah yang disiarkan langsung Muslim Television Ahmadiyya melalui satelit-satelitnya ke seluruh dunia ini, antara lain Hudhur atba. bersabda sifat Al-‘Azîz Allah swt. telah Alquran Karim cantumkan ratusan kali dalam berbagai ayat pada tiap permasalahan yang berbeda. Dan di pertengahan khotbah ini pula disabdakan bahwa kemenangan dan kebenaran misi Tauhid dan Islam yang dibawa Jemaat Ahmadiyah, merupakan bukti Keazizan Allah swt..

Seorang mufasir Hadhrat Imam Raghib r.h. menerangkan bahwa Al-‘Azîz adalah Yang menguasai dan tidak dapat dikuasai. Dalam Surah ke-63 Al-Munâfiqûn ayat 9 (QS 63:9), Keazizan Allah swt. ini termanifestasi pada Rasul-rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan—menurut QS 35:11—kehormatan tersebut hanya bisa dicari dan diraih melalui perantaraan Allah swt. sendiri.


Hudhur atba. bersabda, singkatnya, Al-‘Azîz merupakan wujud kesempurnaan dan keluasan pada Allah swt.. Karenanya, dengan memperoleh qurub atau kedekatan dengan-Nya, seseorang dapat meraih anugerah kemampuan dan kekuatan. Terlebih lagi, anugerah kenabian—menurut Hadhrat Imam Razi r.h.—merupakan kedudukan mulia dan hanya dapat dianugerahkan oleh wujud Yang Maha Perkasa sebagaimana yang diisyaratkan Surah ke-38 Shâd ayat 10 (QS 38 :10).


Sekarang ini, timbul berbagai macam tuduhan dan keberatan terhadap Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Pihak Kristiani maupun umat Islam pada umumnya, mengemukakan berbagai macam keberatan. Mereka mengatakan bahwa bagaimana mungkin Allah swt. menjadikan Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian bisa menerima kedudukan sebagai Imam Mahdi dan Almasih Yang Dijanjikan (Masih Mau’ud) dan menerima ilham serta mendapat pangkat kenabian.


Hudhur atba. bersabda, di Jerman ada seorang perempuan Kristiani yang bertanya kepada beliau bagaimana Allah telah memilih seorang yang tinggal di Punjab, jauh terpencil menjadi Masih Mau’ud. Bagaimana ceritanya sebuah kampung kecil, berita pun sangat susah sampai ke kampung itu, karena di zaman itu tidak ada sarana komunikasi apa pun untuk dari dan ke luar.


Sebenarnya, jawabannya terdapat pada pertanyaan itu sendiri. Apabila Allah swt. telah membuka khazanah cinta kasih-Nya, menyampaikan amanat-Nya, Dia sendiri yang menyediakan sarana-Nya. Kepada wanita itu, Hudhur atba. mengatakan, “Sekarang Anda sedang mendengarkan amanat ini di Jerman, karena amanah tersebut sudah sampai ke sini. Bahkan, amanat seperti ini sudah sampai kepada 189 negara di dunia.”


Apa pun yang pernah terjadi pada para Nabi Allah swt., terjadi pula pada diri Sang Pecinta Muhammad Rasulullah saw.—Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Di sinilah, Allah swt. telah mengingatkan kita dalam Surah ke-58 Al-Mujâdalah ayat ke-22 (QS 58:22) bahwa betapa dengan Kekuatan dan Keazizan-Nya, Dia ‘kan senantiasa memenangkan Rasul-rasul-Nya.


Kemenangan yang dimaksud di sini, sangat erat hubungannya dengan hujah dan argumentasi, kecuali dari antara mereka ada juga yang memperoleh kemenangan dengan dalil yang disertai kemenangan melalui pedang juga. Akan tetapi, kebanyakan para Nabi–lainnya a.s. tidak demikian keadaannya. Dan dalam jaminan tersebut, tidak ada yang mampu menghalangi untuk menyempurnakan maksud Allah swt..


Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa beliau adalah seorang Rasul Allah swt. yang datang tanpa membawa syariat baru. Dan sejak zaman Hadhrat Nabi Adam a.s. hingga Hadhrat Muhammad–mustafa saw. makna ‘QS 58:22’ selalu muncul kebenarannya. Demikian halnya untuk zaman beliau a.s., maka akan muncul dengan kebenarannya pula.

Tidakkah kita saksikan, betapa pada para alim-ulama dan para pendukung mereka mulai mendustakan dan mulai melakukan kezaliman melalui kata-kata kotor dan amoral terhadap beliau a.s.? Pada waktu itu, tak seorang pun yang baiat ke dalam jemaah beliau—hanya baiat beberapa orang sahabat beliau saja yang dapat dihitung dengan jari. Namun, pada suatu masa hidup Hadhrat Masih Mau’ud a.s., terdapat hingga tujuh puluh ribu yang baiat.

Beliau a.s. bersabda, jumlah tujuh puluh ribu itu bukan semata-mata usaha beliau, melainkan hasil tiupan ‘angin Langit’ sehingga orang-orang berlarian datang kepada beliau. Para penentang Jemaat harus memakai pikiran sehat. Sekarang, betapa pun kuat dan sedapat mungkin berusaha dengan berbagai macam cara menghancurkan Jemaat ini, dengan membuat laporan-laporan palsu terhadap pemerintah, dengan menggunakan saksi-saksi palsu serta dengan menghasut orang-orang, dan ribuan buku serta tak terhitung banyaknya penyiaran selebaran penentangan terhadap misi beliau a.s., dan rencana demi rencana untuk melawan beliau a.s.; akan tetapi, tidak pernah berhasil dan selalu mengecewakan diri mereka sediri.

Jika Jemaat ini buatan manusia, sudah sejak dahulu—ketika masih jadi bibit—pasti hancur dan binasa dengan usaha yang gigih dan bertubi-tubi. Kini, Jemaat Ilahi ini telah mengalami kemajuan demi kemajuan ribuan kali lipat. Inilah tanda agung kebenaran Jemaat. Benih Jemaat telah tumbuh subur menjadi pohon yang kuat lagi kokoh. Bunga-bunga dan dahan-dahannya, berkembang, berbuah dan menjangkau hingga ke tempat-tempat yang jauh. Demikian besarnya, sehingga ribuan burung mampu beristirahat di dalamnya.

Dengan jumlah pengikut yang semakin banyak, Jemaat Ilahi ini sekarang telah berada di 190 negara lebih—betul-betul membutikan kebenaran Janji-janji Keazizan Allah swt. berupa turunnya nikmat-nikmat kemenangan.
Inilah takdir Allah swt. yang harus para penentang Jemaat telaah dengan seksama. Dan sebagai Ahmadi, kita harus berusaha keras menyampaikan amanat dakwah ilallah ini. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa jika di dalam hati ada rasa takut kepada Allah swt., tentu akan dipahami, dengan melawan-Nya merupakan tindakan yang jauh dari takwa.

Kemudian, Hudhur atba. menyampaikan kutipan panjang dari tulisan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. tentang Keazizan Allah swt. terhadap beliau di dalam berbagai peristiwa maupun situasi, yang disampaikan kepada para penentang Jemaat. Dalam kurun waktu yang cukup lama, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. terus hidup dan menantang lawan-lawan beliau, namun tiada seorang pun yang dapat menyebabkan beliau teraniaya oleh suatu kesusahan atau musibah. Dan tidak ada sama sekali usaha musuh yang berhasil mencelakakan beliau. Allah swt. telah berjanji melindungi beliau.

Hudhur atba. menginformasikan, beliau menerima berita dari berbagai tempat tentang terjadinya penganiayaan dan juga dua orang Ahmadi telah disyahidkan. Akan tetapi, sampai sekarang, bagi para pengikut Hazrat Masih Mau’ud a.s. yang sejati, kezaliman apa pun yang para penentang Jemaat timpakan dan lakukan, tidak akan pernah menggoncangkan maupun melemahkan iman mereka.

Beliau atba. menghimbau, kewajiban kita adalah jangan berhenti doa sambil bersujud di hadapan Allah swt. Yang Maha Kuasa, agar iman kita semakin bertambah kokoh, agar selamat dari kezaliman mereka, dan agar kita dapat menyaksikan kemenangan yang dijanjikan. Kita harus berdoa terus kepada Allah swt. Yang Maha Kuat dan Allah swt. Yang selalu menempati janji-janji-Nya terhadap para Nabi a.s. dan juga terhadap orang-orang mukmin, dan Allah swt. Yang sedang terus-menerus memperlihatkan kemenangan kepada kita.

Kita harus selalu ingat bahwa penentuan kemenangan dan semua kehormatan Jemaat Ilahi ini dapat kita peroleh jika kita mengadakan hubungan erat dengan Sang Imam Zaman Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Sebab, beliaulah putera rohani Hadhrat Rasulullah saw. yang benar dan sejati. Dengan menjalin kasih dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s., berarti kita mengadakan hubungan yang sejati dengan Hadhrat Rasulullah saw.. Melalui hubungan sejati ini, akan membawa amal kita pada kedudukan yang mulia.

Kemudian, Hudhur atba. mengajak kita untuk selalu ingat kepada para Ahmadi yang menjalani pengorbanan berupa kezaliman hingga kesyahidan akibat penentangan pihak tertentu yang memusuhi Jemaat. Pengorbanan seperti itu akan meninggikan martabat mereka di sisi Allah swt.. Semua rencana musuh akan menghadapi kegagalan dan kehancuran sendiri. Akhirnya, mereka akan menyaksikan kemenangan Almasih-Nya di dunia ini juga. Dan mereka sendiri akan mendapat kehinaan. Kemudian, mereka akan menerima kebinasaan dari Allah swt. di dunia ini dan di akhirat nanti.

Sedapat mungkin, lanjut Hudhur atba. kita wajib berusaha membebaskan orang-orang yang maksum atau yang berhati bersih dan suci dari cengkraman jahat orang-orang zalim seperti itu, dan membawa mereka yang terperangkap dalam kesalahpahaman orang-orang zalim tersebut kepada naungan dan lindungan Allah swt..

Setelah membebaskan mereka dari perangkap atau konsprasi itu, kemudian kita harus berusaha menjalinkan hubungan sejati mereka dengan Keazizan Allah swt. Yang Qawwi. Dia-lah Allah swt. Yang memberi kehormatan dan kemenangan kepada hamba-hamba-Nya. Tanpa menjalin hubungan erat dengan-Nya, tidak ada jalan lain lagi mendapatkan keselamatan dan kebebasan diri. Semoga Allah swt. memberi taufiq kepada kita semua supaya kita menjadi orang-orang yang mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban kita semua. Amin.

Menjelang akhir khotbah, Hudhur atba. berdoa untuk keselamatan negara Pakistan. Di sini, Hudhur atba. mengungkapkan bahwa janji-janji semu para politisi Pakistan dalam melancarkan maksud-maksud busuk politik mereka, telah menimbulkan kerusuhan yang menggemparkan seluruh negeri. Semoga Allah swt. memberi akal sehat kepada mereka. Semoga di dalam hati mereka timbul simpati dan belas-kasih terhadap rakyat jelata daripada harus mengorbankan massa demi tujuan politik mereka.

Semoga Allah swt. mengasihani masyarakat yang jumlahnya beratus-ratus orang telah menjadi korban keganasan para politikus. Dengan terjadinya ledakan-ledakan bom di tengah arak-arakan para pendukung lawan politik yang sedang bersaing satu sama lain lain baru-baru ini, ratusan orang telah menjadi korban di dalamnya. Semoga Allah swt. memberi akal sehat kepada para politikus itu dan juga kepada masyarakat awam supaya mereka berusaha keluar melepas diri dari perangkap para politikus yang mengelabui mereka. Amin. (MTA/HASAN BASRI/AHMADI-INA/ALISLAM.ORG/A. SHAHEEN/LB)

-------oooOooo-------

Monday, October 22, 2007

Pahami Kwalitas Ibadah-ibadah dan doa-doa Kita sebagai Sarana Pensucian Hati



KHOTBAH Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V atba. minggu lalu (12/10), bertemakan tentang keutamaan Salat Jumat yang harus kita pahami, yang merupakan bagian dari ibadah-ibadah dan doa-doa kita sebagai sarana pensucian hati. Khotbah yang disiarkan Muslim Television Ahmadiyya (MTA) dari Mesjid Baitul Futuh Morden, Inggris ini, diawali dengan tasyahud, taawud dan tilawat Alquran Surah Al-Fâtiĥah dan Surah ke-62 Al-Jumu’ah ayat 10 hingga 12.

Hudhur atba. bersabda bahwa kebanyakan umat Islam umum di seluruh dunia menghadiri Salat Jumat hanya pada saat jumat terakhir (Jumat Wada’) di bulan Ramadan untuk mencari magfirat atau pengampunan-Nya sedangkan mereka mengabaikan jumat yang lainnya di tahun tersebut. Padahal, jumat yang mereka berhalakan seperti itu tidak ada diriwayatkan Hadhrat Rasulullah saw. maupun dalam Alquran. Padahal, Hadhrat Rasulullah saw. bersabda bahwa kita akan selamat dari dosa-dosa besar, jika di antara ibadah-ibadah pada ‘lima waktu salat’ dan ‘dari Jumat ke Jumat yang lain’ dan ‘dari Ramadan satu ke Ramadan lain’-nya yang kita kerjakan terdapat kekhilafan atau perbuatan tanpa sengaja, maka Allah swt. akan mengampuni atau menutupi kita—sebagai hasil dari ibadah-ibadah tersebut. Artinya, berbagai ibadah yang dilakukan semata-mata meraih kebaikan dan menghindarkan diri dari keburukan-keburukan, maka itu semua akan menjadi kafarah maupun sarana maghfirat atau pengampunan Allah swt. bagi dosa-dosa maupun kelemahan-kelemahan manusiawi yang telah kita lakukan.

Kemudian, Hudhur atba. menekankan betapa Hadhrat Rasulullah saw. telah menjelaskan tentang pentingnya ibadah Salat Jumat. Dijelaskan, kita wajib mendirikan Salat Jumat berjamaah, kecuali bagi para sahaya, perempuan dan orang-orang sakit, termasuk orang-orang yang uzur. Tetapi, urusan niaga atau bisnis jangan kita lakukan, karena itu menentang Hukum Tuhan. Beliau saw. bersabda, “Salat Jumat merupakan keharusan bagi setiap muslim.” Maka, alangkah seriusnya, bila kita meninggalkan atau menganggap Salat Jumat tidak penting.

Hudhur atba. menegaskan bahwa bagi seorang mukmin yang mengutamakan Salat Jumat di atas urusan bisnisnya, terdapat janji Allah swt. atas hal tersebut. Dia pasti menurunkan karunia-Nya pada bisnis kita berupa manfaat dan faedah. Dan dengan karunia-Nya, tentu kita akan mendapatkan banyak sekali berkat dari-Nya.

Akan tetapi, lanjut Hudhur atba., pada waktu kita telah sibuk kembali dalam bisnis, kita harus tetap berzikir kepada Allah swt.. Sekali-kali jangan melupakan-Nya. Jadilah hamba Allah yang senantiasa bersyukur kepada-Nya. Jika kekhusyukan kerja kita tetap seperti itu kepada Allah swt., tentu Dia akan memberi kemudahan dalam bisnis. Kita harus lebih giat mengamalkan peintah-perintah Allah swt. lebih baik dari sebelumnya. Jangan sampai kita menjalankan bisnis dengan kecurangan dan dengan sarana yang tidak patut. Jika bentuk keasyikan zikir tersebut timbul, tentu hati kita akan timbul rasa takut (baca: “cinta”) kepada-Nya. Hal ini akan menjadi bekal yang membawa kita pada jenjang sukses dan kemenangan hati yang besar. Sehingga, Allah swt. akan membukakan pintu tersebut lebih lebar lagi bagi kita. Amin.

Di zaman sekarang, papar Hudhur atba., kita jangan terlena dengan kesibukan bisnis-bisnis besar yang dikuasai pihak bangsa-bangsa dan agama-agama lain yang dapat mengakibatkan lupa daratan dan lupa terhadap ‘maksud dan tujuan hidup’ kita. Sesungguhnya, semua berkat dapat diraih dengan merebahkan diri serta sujud di hadapan Allah swt. dan dengan siap datang menyambut seruan-Nya, melakukan bisnis semata-mata karena meraih rida Allah swt. dengan faedah dan manfaat kekal selama-lamanya. Allah swt. menjamin, “Ingatlah, kesibukan dan perniagaan dunia tiada bernilai sedikitpun bila dibandingkan dengan surga Allah swt..”

Kemudian, lebih jauh khotbah Hudhur atba. ini menyinggung banyaknya perempuan Ahmadi yang menulis surat memohon doa kepada beliau bagi suami mereka. Dikatakannya, “Mohon didoakan suami saya supaya menaruh perhatian terhadap salat fardu lima waktu dan terhadap menunaikan Salat Jumat secara teratur atau dawam.”

Hudhur atba. merasa gembira bahwa Allah swt. telah menganugerahkan dalam Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini dengan kaum perempuan Ahmadi yang tekun beribadah, yang selalu memikirkan keadaan ibadah salat anak-anak dan suami mereka.

Akan tetapi, ada satu sisi lain yang pemikiran beliau: Jika para suami-suami Ahmadi tidak mau merobah sikap dan tidak mau memperbaiki diri dengan tidak penuh memperhatikan kewajiban-kewajiban agama, maka jangan-jangan—na’ûdzubi'l-Lâhi mindzâlik—anak-anak mereka pun mencontoh ayah mereka.

Zaman sekarang ini, banyak sekali aneka hiburan, permainan, rekreasi dan sebagainya. Jangan-jangan, mereka terpengaruh dengan perkara-perkara yang dapat menjauhkan dari agama. “Na’ûdzubi'l-Lâh! Semoga Allah swt. melindungi anak-anak Jemaat! Jangan sampai mereka menjauh dari Allah dan dari agama-Nya! Nanti akan susah untuk kembali lagi!” ucap Hudhur atba..

Jadi, pada zaman ini, Hudhur atba. mewanti-wanti betapa tanggung jawab para Ahmadi semakin bertambah banyak. Sebuah amanah telah diserahkan kepada kita. Sebuah janji yang sudah kita ucapkan dalam ikrar baiat, harus kita pemenuhi. Tanpa melalui doa dan pertolongan Allah swt., hak kewajiban kita tidak akan dapat terpenuhi.

Dengan rahmat-Nya kepada kita, Allah swt. telah menyediakan waktu khusus dalam ibadah Salat Jumat di mana setiap permohonan doa akan senantiasa dikabulkan Allah swt.. Tiada doa yang lebih besar dari doa yang dimohonkan agar: Hubungan anak-keturunan kita lebih erat dengan Allah swt., supaya mereka tetap berpegang teguh kepada agama Allah swt. yang terakhir ini, supaya anak keturunan kita tetap mencintai agama ini dan ikut aktif dalam menyebarluaskan agama ini.

Semoga, kita menjadi orang-orang yang melaksanakan ibadah Salat Jumat dengan sebaik-baiknya. Semoga kita menjadi penyempurna maksud dan tujuan diutusnya Hadhrat Masih Mau’ud a.s. oleh Allah swt. pada zaman ini dengan mendirikan sebuah jemaah bagi kaum akhirin—orang-orang yang hidup di akhir zaman. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah meraih kedudukan dan telah berusaha menciptakan revolusi ruhani sebagaimana yang pernah dilakukan oleh umat-umat terdahulu dengan pengikut-pengikutnya yang telah menghasilkan ibadah-ibadah bermutu sangat tinggi dan telah mendapat hubungan yang sangat erat dengan Allah swt..

Pada zaman ini, Hudhur atba. menyerukan bahwa setiap Ahmadi harus berusaha memahami kwalitas ibadah-ibadah dan doa-doanya masing-masing sebagai sarana mensucikan hati kita. Bukan hanya pada Ramadhan dan Jumat terakhir saja, bahkan—sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw.—pada kelima waktu salat fardu kita, pada setiap ibadah Salat Jumat kita dan ibadah-ibadah pada setiap Ramadan yang kita lalui. Semoga, Allah swt. memaafkan dosa-dosa dan kelemahan-kelemahan kita. Semoga Dia memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang menyaksikan kejayaan dan kemenangan Islam. Amin.
Pada hari ini, sabda Hudhur atba. lagi, Allah swt. telah memberi taufik kepada kita menunaikan Salat Jumat sambil melaksanakan ibadah puasa. Maka, pada Jumat ini, kita harus berjanji: Pertama, untuk memikul tanggung jawab menyempurnakan maksud dan tujuan kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Untuk itu, kita harus berusaha menjauhkan keburukan pribadi masing-masing dan menggantinya dengan amal-amal saleh. Kita harus menjauhkan semua kekotoran diri kemudian menggantinya dengan kebersihan dan kesucian hati masing-masing.

Sekarang, tinggal beberapa waktu lagi saja sisa ibadah puasa ini. Sebelum kita sampai pada penghabisan Ramadan dan tinggal tersisa pada hari Jumat ini saja, maka jadikanlah bibir kita untuk bergerak dan terus sibuk berzikir kepada Allah swt.. Pada sisa waktu sedikit lagi ini, ingatlah di dalam hati dan ingatlah terus berulang-ulang bahwa, kebaikan-kebaikan maupun ibadah-ibadah yang telah kita ikhtiarkan, maupun berbagai usaha dalam menyempurnakan hak-hak sesama manusia, maupun pengorbanan-pengorbanan harta yang telah kita berikan, atau pelunasan Candah Tahrik Jadid dan Waqfi Jadid pada Ramadan ini, untuk itu semua, kita berdoa: Semoga, dengan berkat Jumat ini, Allah swt. mengabulkan dan memberkati semua usaha dan semua amal yang telah dilakukan itu. Amin. “Ya Allah! Berilah taufik kepada kami agar kami selalu mengamalkan semua itu, agar kami selalu memanjatkan doa-doa dan melakukan semua kebaikan, dan selalu melakukan pelaksanaan hak-hak sesama manusia. Semoga, setiap pekerjaan kami di masa mendatang dan setiap perbuatan kami, menjadi sarana meraih keridaan Engkau, dan semoga kami selalu mendapatkan manfaat dari itu semua. Ya Allah! Perlihatkanlah kami pemandangan adanya perubahan-perubahan besar yang telah Engkau janjikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Kami mengharapkan dari Tuhan kami Yang Maha Penyayang.”

Apabila doa-doa yang keluar dari lubuk hati setiap Ahmadi secara serempak pada hari ini, maka setiap suara yang keluar dari hati mereka akan berhimpun dalam jumlah ratusan ribu sampai jutaan suara, berpadu menjadi satu, akan menjadi seperti arus sebuah sungai yang deras, yang akan menyapu setiap kekotoran yang menghalanginya, sehingga menjadi bersih. Berkat saling mendoakan satu sama lain, semua kekotoran yang terdapat dalam hati kita akan tercuci bersih dengannya.

Kita jadikan doa-doa hari ini demikian bersih sebagaimana bersihnya air yang baru memancar dari atas gunung. Air yang suci bersih ini, diciptakan demi meraih keridaan Allah swt.. Ini akan terwujud hanya dengan karunia Allah swt. semata. Dengan meraih karunia-karunia Allah swt., semoga semua kekotoran yang melekat pada kalbu kita, akan terus tercuci bersih. Dan sambil tetap melakukan amal-amal saleh, semoga kita menjadi orang-orang yang menerima banyak keridaan-Nya dan menjadi orang-orang yang dapat memperoleh qurub atau kedekatan atau kecintaan-Nya. Amin.

Semoga kita menjadi orang-orang yang dapat menyaksikan pemandangan makbulnya doa-doa kita. Semoga kita menjadi orang-orang yang dapat menyaksikan kesucian kalbu manusia, menjadi orang-orang yang menyaksikan kasih-sayang Tuhan, menjadi orang-orang yang mendapat perlindungan Allah swt. dari kejahatan musuh. Dan terakhir—semoga kita menjadi orang-orang yang menegakkan kerajaan Allah swt. di dalam hati sendiri dan juga di dalam hati orang-orang di seluruh dunia.

Semoga kita dapat menyaksikan berkibarnya panji kebesaran Sang Rasul Kekasih Allah swt.—Muhammad Mustafa saw. di setiap penjuru dunia; yang pada zaman ini, panji tersebut telah diserahkan ke genggaman Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Semoga kita dapat menyaksikan kesempurnaan Janji Allah untuk menghimpun manusia di seluruh dunia menuju kemanunggalan Tauhid yang sedang dilakukan Jemaah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini.

Jadi, inilah hari dan salat yang memiliki berkat-berkat kekalnya. Dan dari berkat-berkatnya itu, semoga kita menjadi orang-orang yang menang. Semoga Allah swt. memberi taufiq kepada kita untuk menyaksikan hal itu dan meraihnya juga. Dan tidak beberapa lama lagi saat kita berdoa, kita akan mendapat kemakbulan doa-doa kita. Semoga hal itu terjadi demikian. Amin.

Pada hari terakhir Ramadhan ini, secara khusus, kita harus mendoakan orang-orang yang sakit, orang-orang yang mendapat kesulitan dan kesusahan. Jangan lupa, mendoakan orang-orang yang sedang berkhidmat kepada agama dan Jemaat. Ingatlah juga dalam doa kepada orang-orang waqaf zindegi atau orang-orang yang mewakafkan seluruh kehidupan mereka untuk agama dan Jemaat. Janganlah lalai mendoakan anak-anak waqfi nau atau putra-putri yang telah para orang tua mereka wakafkan untuk agama dan Jemaat ini, dan mendoakan orang tua mereka juga. Ingatlah juga, untuk mendoakan orang-orang yang banyak mengorbankan harta mereka. Ingatlah juga dalam doa, terhadap seluruh umat Islam. Ingatlah juga untuk mendoakan seluruh umat manusia. Semoga, Allah swt. melindungi mereka dari setiap musibah dan kesulitan. Amin. (MTA/Maulana Hasan Basri Sahib Shaheed ‘Singapura’/Milis Yahoogroups Ahmadi-ina/A. Shaheen Ali/LB)
...


Tuesday, October 16, 2007

Kedatangan Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s.

SARIPATI Khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V atba.
Kedatangan Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s.



SETELAH mengucapkan tasyahud dan taawud, tilawat Alquran Surah Al-Fâtihah dan Surah ke-8 Al-Anfâl ayat ke-25 (QS 8:25) menjadi pembuka dalam Khotbah Jumat minggu lalu bertopik ‘Kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud a.s.’ yang Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Amirul Mukminin Hadhrat Khalifatul Masih V atba. sampaikan dari Mesjid Baitul Futuh Morden, Inggris, Jumat (5/10).


Hudhur atba. bersabda, setiap Ahmadi menyadari bahwa dengan beriman kepada Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai seorang Imam Mahdi dan Almasih Yang Dijanjikan (Masih Mau’ud), berarti ia termasuk orang-orang yang sudah ‘menyambut seruan Allah swt.’ sesuai firman-Nya dalam QS 8:25. Seseorang yang sudah beriman kepada perintah-perintah dan nubuwatan-nubuwatan Alquran dan Hadhrat Nabi Besar Muhammad Mustafa—Rasulullah saw. dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka ia sudah menempatkan diri dalam pencarian kehidupan rohani yang baru. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menjelaskannya di dalam Syarat-syarat Baiat bahwa masuk dan baiatnya seseorang ke dalam Jemaat Ahmadiyah adalah bahwa kita harus setia terhadap Allah swt. dan Rasul-Nya. Kesetiaan tersebut harus kita tunjukkan dalam bentuk kedisiplinan mendirikan salat lima waktu dan salat tahajud, berselawat untuk Hadhrat Rasulullah saw.. Di samping itu, kita harus setia kepada Allah swt. baik dalam segala keadaan susah ataupun senang, suka atau duka, dan nikmat atau musibah. Dan kita harus benar-benar menjunjung tinggi perintah Alquran Karim dan menjadikannya sebagai pedoman hidup.

Beruntunglah seseorang yang bergabung dan baiat ke dalam Jemaat Ahmadiyah yang motifnya kerohanian. Beruntunglah seseorang yang telah beriman kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., sebagai bentuk ketaatan kita dalam menyambut seruan Allah swt. serta Rasul-Nya dan sebagai bentuk telah hidupnya kerohanian kita lagi. Maka—na’ûdzubi’l-Lâhi min dzâlik—alangkah kelirunya jika anggapan ‘mengimani Hadhrat Masih Mau’ud a.s.’ telah menurunkan martabat kenabian dan kerasulan Hadhrat Rasulullah saw.. Padahal, banyak tulisan-tulisan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang melukiskan kecintaan dan kesetiaan beliau terhadap ketinggian Hadhrat Rasulullah saw..

Umat Islam pada umumnya menganggap keliru bahwa mereka tidak perlu menerima orang lain sebagai rasul untuk diimani jika sudah beriman kepada Hadhrat Rasulullah saw.. Padahal, ini merupakan sesuatu yang mendasar dalam menerima seorang Imam Zaman sebagaimana yang telah Alquran Karim kabargaibkan; dan, sebagaimana pula telah Hadhrat Rasulullah saw. singgung ketika dalam suatu majelis dengan mengatakan “Sampaikan salam-ku kepada-nya.” Dan mengimani Imam Zaman adalah hal yang mendasar pula untuk kemajuan rohani dan kesempurnaan iman kita.

Sebagai orang yang beriman, dalam memaknai ‘menyambut seruan Allah swt.’ dalam firman QS 8:25 tersebut, keimanan kita jangan sebatas terucap di bibir saja. Melainkan, harus mengakar hingga ke hati nurani. Selanjutnya, berkenaan dengan penentangan pihak-pihak yang dengki terhadap Jemaat Ahmadiyah, Hudhur atba. bersabda bahwa mereka harus menyimak pandangan-pandangan, hujah dan dalil-dalil yang kita keluarkan tentang kemuliaan Hadhrat Rasulullah saw..

Nubuwatan tentang keadaan umat Islam lebih dari 14 abad lalu terkait kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. se- bagai khaddim sejati Hadhrat Rasulullah saw., kondisinya
tidak berubah sesuai nubuwatan. Situasinya semakin memburuk. Moralitas para pemimpin negeri-negeri Muslim semakin merosot. Alasannya jelas, yaitu penolakan mereka terhadap wujud suci Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang Hadhrat Rasulullah saw. singgung sebagai orang yang dititip salam. Anehnya, para rohaniawan yang dulu menentang kita, kini bergabung dengan para pemerintah muslim menentang dan menzalimi kita. Akan tetapi, nur Allah swt. tidak mungkin padam oleh penentangan tersebut.

Sedangkan Allah swt., berada di antara manusia dan hatinya. Karena itu, alangkah baiknya jika mereka berdoa kepada-Nya tentang umat Islam sebagai orang-orang yang telah Allah swt. firmankan sebagai yang terbaik di antara orang-orang. Akan tetapi, mereka sendiri tidak memiliki kapasitas tersebut. Bagaimana mungkin mereka merubah orang, sedangkan kondisi mereka sendiri memprihatinkan.

Jika kita berdoa tulus maka Allah swt. akan mendengar dan memberikan petunjuk. Kita harus berdoa bagi mereka, karena bagaimana pun mereka masih mengaitkan diri dengan Hadhrat Rasulullah saw.. Dalam rangka mensucikan hati mereka, kita harus berdoa kepada Allah swt. Karena, Allah swt. sendiri yang memiliki kuasa guna membukakan hati mereka. Semoga Allah swt. meletakkan keterpautan ke dalam hati mereka terhadap wujud Hadhrat Rasulullah saw.. Semoga Allah swt. menyingkirkan kekaratan-kekaratan hati. Tidak cukup dengan mengaitkan diri dengan Hadhrat Rasulullah saw. saja. Semoga Allah swt. lebih memperkenankan mereka mengenal Imam Zaman mereka daripada menentangnya. Nah melalui doa-doa yang kita panjatkan ini, menurut Hudhur atba., merupakan kewajiban para Ahmadi.

Para alim ulama telah menciptakan skenario paling menakutkan melalui keterangan mereka yang salah tentang Jemaat Ahmadiyah.Tapi, banyak jiwa suci yang menyatakan diri bergabung dan biat ke dalam Jemaat Ilahi ini meski mereka lebih memilih tetap berdiam diri karena khawatir melihat situasi dan kondisi yang belum memungkinkan. Mereka yang baiat adalah orang-orang pemberani dan dizalimi oleh pihak-pihak yang berada di sekitarnya.

Di Swiss terdapat seorang pelajar. Ia mengetahui seruan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. tentang baiat. Ketika ia mengontak sanak keluarganya di Pakistan, mereka menceritkan hal-hal tak benar dan dibuatbuat mengenai Ahmadiyah. Semua hal serupa ini, karena informasi salah yang disebarluaskan semau-maunya oleh para alim ulama tentang kita. Karenanya, di samping itu, kita jangan mengatakan apa pun. Setidak-tidaknya, biarkan saja apabila keluarganya yang di Pakistan mengatakan bahwa jika ia bergabung dan baiat ke Ahmadiyah, maka ia akan diincar dan dibunuh.

Dari jazirah Arab dilaporkan berita-berita mengenai jiwa-jiwa suci yang mencari kebenaran tentang Jemaat Ahmadiyah. Orang-orang tersebut mendapat rukya atau mimpi melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dalam bentuk foto. Mereka memiliki keimanan teguh, dan tak perlu banyak dalil dan bukti untuk meyakinkan mereka. Orang-orang seperti itu banyak dalam Jemaat dan telah melihat Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dalam bentuk mimpi.

Tugas kitalah untuk terus berdoa sekhusyuk-khusyuknya, semoga Allah swt. memberikan mereka petunjuk sesuai janji-Nya dalam memperlihatkan manifestasi-Nya Yang Maha Menolong dan Mendukung kita setiap hari. Kewajiban kitalah untuk menyebarluaskan dakwah ini sebanyak dan sedapat mungkin, sehingga kita dapat ikut serta dalam berkat-berkat yang berhubungan dan yang terdapat di dalam Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

Itu semua tidak akan sempurna jika tanpa adanya ketulusan doa. Hudhur atba. bersabda, pada sepuluh hari terakhir Ramadan ini, jika kita berdoa khusus dengan penuh kegelisahan dan penuh perasaan untuk umat Islam dan kesempurnaan iman kita, maka tentu akan Allah swt. terima semua kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Semangat dan ketulusan hati berupa totalitas dan keasyikan seseorang yang berdoa, pasti akan memberikan perubahan diri atau revolusi kerohanian yang besar. Hal tersebut sama halnya ketika Allah swt. memperlihatkan kebenaran Jemaat Ahmadiyah kepada bangsa Arab melalui rukya dan kasyaf sebagai pemenuhan doa-doa yang telah dipanjatkan selama 14 abad lamanya. Doa-doa tersebut menghidupkan kembali ratusan ribu roh yang mati. Kini, zaman Hadhrat Masih Mau’ud a.s. turut ambil bagian di dalam pengabulan doa-doa yang mereka panjatkan, doa yang mereka buat untuk zaman sekarang, untuk permulaan zaman sejak kedatangannya hingga Hari Pembalasan.

Jika kita berusaha dan melihat peluang kesuksesan, kita jangan pernah menghubungkannya dengan hasil kerja keras dan upaya-upaya dunawi kita saja. Melainkan, itu semua terkait dengan janji Allah swt. kepada Junjungan kita Hadhrat Rasulullah saw. dan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang menganugerahkan kita berupa kasih sayang-Nya dengan baik.

Seluruh Ahmadi harus berdoa sekhusyuk-khusyuknya untuk kejayaan Islam dalam memenangkan tiap hati orang untuk kebangkitan rohani umat Islam, untuk kemajuan rohani kita dan untuk kesempurnaan tujuan hidup kita. Semoga memperkenankannya demikian. Amin.[] (ALISLAM.ORG/A.Shaheen)

Monday, October 08, 2007

Tercapainya Qurub dan Magfirah Ilahi di Bulan suci Ramadan, Membawa Pengabulan Doa-doa







“DAN apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, [katakanlah], sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka menyambut seruan-Ku dan beriman kepada-Ku supaya mereka mendapat petunjuk.”

Itulah ayat ke-187 dari Surah Al-Baqarah (QS 2: 187) yang Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Amirul Mukminin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba. sampaikan dalam khotbah jumat yang disiarkan Muslim Television Ahmadiyya (MTA) melalui satelit-satelitnya di Mesjid Baitul Futuh Morden, Inggris pada Jumat (28/9) minggu lalu. Bahasan khotbah kali itu, masih melanjutkan keutamaan bulan suci Ramadan, sebagai bulan menuju teraihnya kedekatan atau qurub dan pengampunan atau magfirah Ilahi.


Dalam sebuah hadis qudsi yang Hudhur atba. kutip, memberikan pelajaran bagi kita tentang besarnya kerugian seseorang yang melewati Ramadan tanpa meraih pengampunan atas setiap dosa, kekhilafan dan kelemahannya tanpa bangun di tengah malam pada bulan suci tersebut.


Selama Ramadan, Allah swt. menganugerahkan kedudukan khusus bagi orang-orang yang mencari qurub dan magfirah-Nya. Meski Allah swt. bersifat Maha Mendengar atas setiap doa tulus yang dipersembahkan hamba-hamba-Nya terus-menerus, tapi saat Ramadan ini, lebih dari yang biasanya.


Di sela-sela sepuluh malam terakhir Ramadan, sebagaimana yang Hadhrat Nabi Besar Muhammad Mustafa—Rasulullah saw. terangkan, terdapat malam Lailatul Qadar. Yaitu, malam yang lebih baik dari pada seribu bulan.


Keberkatan dan ketinggian malam itu, berada pada malam-malam di sepuluh hari terakhir Ramadan sebagai malam dan hari di mana Allah swt. menjauhkan kita dari siksa api neraka. Sedangkan pada dua sepuluh terakhir, merupakan hari dan malam kasih sayang serta magfirah Allah swt. turun.


Pada Lailatul Qadar itu, akan menjadi malam dikabulkannya doa-doa jika kita mau fokus mencari di sela-sela kesepuluh malam tersebut. Kita harus berusaha dan fokus mencari kasih sayang dan magfirah Allah swt., mencari akhirat dan membersihkan diri dari kekotoran dunia, sebagai bukti bahwa Allah swt. itu dekat. Karena itu, pengabulan doa memiliki syarat-syaratnya.


Mengomentari ayat Alquran di atas, Sang Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad—Imam Mahdi dan Almasih Yang Dijanjikan (Masih Mau’ud) a.s.. menulis bahwa Allah swt. membedakan antara orang-orang yang beriman dan yang tidak. Bagi orang-orang yang beriman, mereka akan mengalami kedekatan dengan-Nya. Allah swt. mendengarkan dan mengabulkan doa mereka, tapi tidak demikian dengan orang-orang yang tak beriman. Karena itu, kita harus memperkuat keimanan pada diri kita.


Melangkah pada syarat-syarat terkabulnya doa, sebagaimana yang dipaparkan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dalam buku Barâkatu'd-Du’â, Hudhur atba. bersabda bahwa syarat pertama adalah: Kita harus memiliki keyakinan yang sempurna lagi teguh tentang keberadaan Allah swt.. Dengan Kerabubiyatan-Nya, hanya Dia-lah sang Pemilik dan Penguasa seluruh alam semesta ini dan yang menyediakan bagi setiap ciptaan-Nya. Pada Zat-Nya-lah berhimpun segala kwalitas.


Tidak hanya keyakinan kepada Tuhan saja, tapi—pada syarat berikutnya—kita harus menyempurnakan iman dan hasrat kita dalam mencari serta bersatu dengan iradah-Nya, dengan cara menanam ketakwaan dan ketauhidan, kesucian hati, atau sebagaimana yang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. lukiskan sehingga “Menyebabkan Tuhan berbicara kepada seseorang.”


Syarat selanjutnya, dengan kita mengimani bahwa seluruh Nabi berasal dari Allah swt., maka syarat ‘keberimanan terhadap Hadhrat Rasulullah saw.’ adalah mutlak dalam terkabulnya doa. Ayat QS s:187 di atas sudah mengindikasikan hal tersebut. Karenanya, qurub Ilahi kita akan memiliki makna bila kita menyempurnakan keimanan kita terhadap Hadhrat Rasulullah saw.. Beriman terhadap beliau saw., berarti percaya pula terhadap nubuwatan-nubuwatan beliau sekaligus penggenapan-penggenapannya dalam menerima kebenaran dan khadim sejati beliau Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Beriman terhadap Hadhrat Masih Mau’ud a.s. merupakan pula syarat mutlak dalam terkabulnya suatu doa.


Syarat keempat yaitu, bahwa niat doa kita kepada Allah swt. adalah dalam rangka meraih rida-Nya. Allah swt. berfirman bahwa ketika seseorang memohonkan kedekatan dengan-Nya, maka ia akan menemukan betapa Tuhan begitu dekat dengannya.


Hudhur atba. bersabda, alangkah egois dan timpangnya jika suatu permohonan doa hanya berbobot duniawi saja. Bila seseorang menginginkan respon Tuhan, maka dalam setiap amal perbuatan, ia harus menjadi perwujudan atas perintah-perintah yang Allah swt. firmankan.


Syarat kelima adalah agar kita berusaha keras menghindar diri dari segala dosa, kekhilafan dan kelemahan manusiawi kita. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa ketika seseorang menyesali dan bertobat, maka kemilau cahaya akan terbentuk bila Allah swt. memanggilnya datang dan membebaskannya dari segala dosa, kekhilafan maupun kelemahan manusiawinya. Yang terdasar dan terpenting dari seorang pendoa adalah kesucian hati dan menghindar diri dari setiap dosa, kekhilafan maupun kelemahan manusiawinya. Sekali saja doa tersebut memperoleh pengabulan dan seseorang itu benar-benar suci di mata Allah swt., maka bahkan ia tidak butuh berdoa untuk setiap kebutuhan dan keinginan karena sudah bagian dari rencana Tuhan.


Syarat berikutnya adalah menempatkan keimanan lebih tinggi daripada hal-hal duniawi. Hudhur atba. bersabda, ini selaras dengan bagian Janji Khuddam dan juga Syarat-syarat Baiat kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Hudhur atba. bersabda, seseorang harus sadar bahwa dirinya adalah seorang muslim yang telah menerima khaddim Hadhrat Rasulullah saw. yang benar dan sejati. Ia harus berhati-hati, agar tidak melakukan kelalaian dan kekhilafan yang mampu membawa noda buruk bagi keimanan. Ditambahkan Hudhur atba., seseorang harus berkorban guna memikul dan menjunjung tinggi keimanannya.


Pada syarat ketujuh adalah agar kita harus selalu memperbaiki diri dalam hal kerohanian dan menyempurnakan dalam mengerjakan amal-amal saleh nyata. Sarana menuju kemajuan rohani adalah tidak terbatas bagi orang yang beriman dan bagi orang beramal yang berniat meraih kemajuan rohani. Melalui hal tersebutlah, proses pengabulan doa semakin meningkat.


Yang kedelapan, dalam berdoa, kita harus mengerti akan hukum-hukum Allah swt.. Ini penting menaati perintah-perintah-Nya sebagai pemenuhan hak-hak kemanusiaan. Jika tidak, doa-doa tersebut tidak dijamian kemakbulannya. Di sini, Hudhur atba. mencontohkan para petapa maupun orang-orang sufi di Pakistan sekarang. Sebaliknya, mereka mengamalkan hal-hal di luar ajaran Islam.


Di syarat pengabulan doa yang kesembilan, kita harus selalu sadar bahwa jangan hanya berdoa dan mengingat Allah swt. di saat-saat sedang susah maupun sempit, tapi di saat hati dan keadaan yang baik ataupun lapang.


Kesepuluh, kita harus menghindari kebosanan, jangan pernah lelah untuk berdoa. Dalam berdoa, kita harus tabah dan sabar. Ketabahan dan kesabaran ini, merupakan citi sebuah jemaat Ilahi. Dan bagi para Muslim Ahmadi di Pakistan maupun di berbagai negeri yang sedang mengalami kezaliman, Hudhur atba. mengamanatkan agar kita jangan khawatir. Pertolongan Allah swt. yang diiringi dengan kasih dan sayang-Nya, pasti akan datang, lebih dari yang sebelumnya. Hudhur atba. menghimbau agar kita memanfaatkan momentum Ramadan ini untuk berdoa sekhusyuk-khusyuknya.


Syarat kesebelas, agar meraih standar tinggi dalam berdoa, maka doa yang kita penjatkan harus penuh dengan kerawanan, kegelisahan dan mengiba hati.


Bulan Ramadan adalah kondisi di mana badan menjadi panas karena lapar dan haus, dan kondisi di mana hati menjadi bersemangat dalam beribadah. Selama Ramadan, Hudhur atba. berpesan agar kita memperhatikan hak-hak kemanusiaan. Alquran sendiri ketika pertama kali diturunkan pada bulan Ramadan, mengajarkan dan berbicara mengenai hablu'm-mina'l-Lâh dan hablu'm-mina'n-Nâs.


Pada diri Hadhrat Rasulullah saw. sendiri, di saat Ramadan, beliau menjadi lebih dermawan dari biasanya—bagaikan hembusan angin terkuat namun lebih kuat dari biasanya.


Hudhur atba. berdoa, semoga Allah swt. memperkenankan kita, meningkatkan standar-standarnya yang tinggi dalam beribadah selama bulan Ramadan. Semoga peningkatan rohani kita menyebabkan banyaknya pengabulan doa di Hari Akhir nanti. Semoga kita menjadi saksi ketika berkibarnya panji-panji Islam dan Ahmadiyah di seluruh belahan dunia. Amin.


Selanjutnya, Hudhur atba. mengumumkan kejadian memilukan yang menimpa dan menyebabkan syahidnya dua doktor Ahmadi kita di kota Karachi, Pakistan, beberapa minggu yang lalu. Mereka adalah Almarhum Dr. Hameedullah Syahid dan Almarhum Prof. Dr. Sheikh Mubasher Ahmad.


Almarhum Hameedullah syahid pada tanggal 20 September lalu. Beliau diculik saat pulang menuju rumah dari klinik yang beliau dirikan, lalu ditembak dengan senjata api. Jenazahnya ditemukan dua hari kemudian. Hudhur atba. bersabda, Almarhum Hameedullah adalah seorang Ahmadi yang mendarmabaktikan hidupnya untuk Jemaat sejak Kekhalifahan Hadhrat Khalifatul Masih III r.h.. Beliau pernah bertugas di Afrika Barat bertahun-tahun lamanya, antara lain di Gambia, Ghana, Siera Leon, Liberia dan lain-lain. Sempat menjabat sebagai pengurus Sekretaris Tabligh pada sebuah jemaat lokal.


Sedangkan Prof. Dr. Sheikh Mubasher Ahmad, syahid pada tanggal 26 September lalu. Kejadiannya hampir mirip dan disyahidkan di luar klinik beliau. Ketika beliau sedang berjalan dari rumah menuju ke tempat prakteknya, ada dua orang berdiri di luar. Dua orang tersebut membunuhnya. Beliau sempat dibawa ke klinic tetapi nyawanya tidak dapat diselamatkan dan kemudian syahid. Keponakannya pernah pula disyahidkan pada tempat yang sama setahun yang lalu. Almarhum Sheikh Mubasher adalah salah seorang dekan dari sebuah akademi perawatan. Beliau seorang pekerja social yang amat berbakti pada masyarakat.


Hudhur berdoa semoga Allah swt. menempatkan para syahid di surga dan memberikan para keluarga yang ditinggalkannya berupa kesabaran dan ketabahan. Dan usai salat Jumat, Hudhur atba. bertindak sebagai imam dalam Salat Jenazah Gaib untuk kedua syuhada.[] (ALISLAM.ORG/A. SHAHEEN)


Semoga Id ini Dipenuhi Kegembiraan dan Kebahagiaan





KHOTBAH Idul Fitri Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Amirul Mukminin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba. dari Mesjid Baitul Futuh Morden, Inggris — Selasa, 1 Syawal 1427 (24 Oktober 2006)
Semoga Id ini Dipenuhi Kegembiraan dan Kebahagiaan


Setelah mengucap syahadat, taawud dan tilawat Alquran Surah Al-Fâtiĥah, selanjutnya Hudhur atba. bersabda:

DENGAN karunia Allah swt., hari ini, kita sedang merayakan Hari Raya Id. Hari Raya Id ini kita rayakan setelah berpuasa sesuai perintah Allah swt.. Kita telah berpuasa selama 30 hari, karena tahun ini bulan Ramadan ada 30 hari. Karenanya pula, kita sudah berusaha memperoleh manfaat puasa, Allah swt. telah memberikan kemampuan kepada kita untuk meraih manfaat puasa.

Hari tersebut, Allah swt. telah memerintahkan kita untuk berbuka puasa. Buka puasa yang kita lakukan selama bulan Ramadan ketika matahari terbenam di mana kita harus berbuka puasa sebagaimana yang Allah swt. telah perintahkan bahwa Dia berfirman, “Sekarang kalian dapat makan-minum.” Selama sehari penuh kita sudah menghindarkan diri dari makanan dan minuman.

Dan pada umumnya, seberapa mungkin, kita harus menggunakan waktu itu dalam mengingat kepada Allah swt. dan dengan membaca Alquran Karim. Tentu saja, pekerjaan-pekerjaan lainnya pun harus terus berjalan. Tetapi, sebagian besar waktu tersebut, sebanyak mungkin yang dapat dikerjakan, seorang mukmin harus menaruh perhatian pada hal tersebut, yaitu bahwa ia harus berusaha menjenuhkan dan menceburkan hasil tujuan keduniawiannya dan tujuan materinya ke dalam keadaan rohani.

Demikian pula, di waktu malam hari, sejauh memungkinkan, kita harus berusaha beribadah kepada Allah swt.. Sehingga, kita dapat meraih rida dan iradat-Nya, pengabulan Allah swt. atas doa kita untuk kita, untuk kerabat kita, untuk Jemaat, untuk Negara, untuk umat Islam, di mana kita harus sebanyak-banyaknya berdo’a apa yang dapat kita lakukan, sejak pagi sampai petang hari, menghindarkan diri dari makanan dan minuman. Maka, setelah terbenam matahari, kita berbuka puasa.

Pada saat tersebut, bahkan dengan seteguk minuman pun, rasanya sungguh nikmat. Pada saat itu, kita dapat menikmati apa yang Allah swt. telah sediakan bagi kita dan kita pun sangat menghargainya.

Kita juga dapat merasakan, dengan selama berpuasa tersebut keadaan bagi orang-orang berkeadaan ekonomi tidak begitu bagus dan bahkan ada orang yang dengan susah payah mendapatkan makanan untuk hari itu sekali pun.

Setiap Ahmadi sejati yang berpuasa, harus menyadari keadaan saudara-saudara kita. Inilah tujuan puasa bahwa kita harus menaruh perhatian untuk beribadah kepada Allah swt. dan pada perintah Allah swt.. Termasuk, tugas dan kewajiban baik kepada Tuhan dan kepada sesama manusia.

Jadi, bahwa kita juga harus menaruh perhatian untuk memperbaiki karakter kita sendiri sebagaimana sesuai perintah Allah swt., bahwa kita harus menghindari dan menghentikan diri dari perbuatan tertentu; dengan mengikuti perintah Allah swt. ini, kita dapat menikmati apa pun karunia yang disediakan kepada kita dan dengan kemampuan apa pun yang seseorang miliki di mana kita dapat menikmatinya.

Kita berhenti dari makan-minum, dan pada hari tersebut, sesuai perintah Allah swt., kita sudah mulai mengambil makanan pada siang hari. Demikianlah, ganjaran spiritual itu pada hari ini, walau kita sudah tidak berpuasa. Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri hari ini, mengingatkan kita dan memberikan pelajaran kepada kita bahwa orang harus bekerja dan berbuat mengikuti perintah Allah swt. dan memperlihatkan contoh tinggi dalam penyerahan diri, yang pada kenyataannya merupakan cara dan sumber mendapatkan nikmat-nikmat Allah swt. dan pengabulan daripada-Nya. Seorang yang beriman haruslah berusaha sedapat mungkin mengikut apa yang ia dapat lakukan. Semoga Allah swt. memberikan kemampuan kepada kita untuk selalu menempa kehidupan kita.


[Fitrah Baru]

Dalam merayakan Hari Raya Id ini, jika “Kita harus kembali lagi pada keadaan sebelumnya”, yang demikian itu bukanlah mencerminkan seorang mukmin. Seorang ‘mukmin sejati’ adalah seorang yang jika sudah melakukan dan mengerjakan suatu pekerjaan amal saleh, maka ia harus terus maju dalam kondisinya.

Jika setelah Hari Raya Id kita harus meninggalkan segala sesuatu di sini dan akan pulang kembali ke rumah dalam keadaan yang sama seperti sebelum Ramadan, dan yang sesuai dengan kemampuan kita ternyata tidak diperoleh kemajuan akan hal-hal yang sudah diajarkan, dan tidak memperoleh kemajuan dalam langkah-langkah kita selama Ramadan dalam kesalehan, maka Ramadan ini menjadi tiada guna. Kegembiraan Hari Raya Id hanya pura-pura dan untuk sementara saja. Karena Hari Raya Id dalam keadaan seperti tersebut, tidaklah memperoleh pengabulan dari Allah swt., tetapi hanyalah berupa perayaan yang mengikuti masyarakat dan lingkungan di mana kita tinggal. Yaitu, karena di sana ada keramaian dan kegembiraan, maka kita pun ikut melakukan perayaan ini dikarenakan pengaruh dari lingkungan.

Seorang Ahmadi yang sudah bertekad untuk bekerja mengikuti perintah Allah swt., maka dalam setiap perbuatannya harus dapat meraih rida dan pengabulan Allah swt.. Jika tidak demikian, maka tak ada bedanya antara seorang Ahmadi dengan non-Ahmadi.

Seorang non-Ahmadi yang belum beriman kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., ia belum memberikan suatu janji dengan Allah swt.. Jadi, setidaknya, mereka bebas melakukan perbuatan dosa karena tidak memenuhi ikrar janjinya. Tetapi di lain pihak, bagi seorang Ahmadi, berarti ia melakukan dosa dua kali lipat jika ia tidak berbuat mengikuti perintah Allah swt.. Dia melakukan dosa karena mengabaikan perintah yang telah Allah swt. turunkan kepada seorang Ahmadi sejati untuk mengerjakannya.


[Prinsip]

Oleh karena itu, pasal yang harus jadi perhatian besar bagi kita adalah bahwa kita harus introspeksi diri. Karena jika tidak demikian, Hari Raya Id ini tidak ada apa-apanya. tidak lebih dari keramaian hingar-bingar, bergembira ria, oleh raga dan hiburan belaka.

Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda bahwa prinsip Hari Raya Idul Fitri adalah yang memperlihatkan bahwa kita sudah menemukan Tuhan setelah berpuasa selama sebulan.

Jika kita sudah menemukan Tuhan, maka kemudian kita harus terus maju dan meningkat di dalam kesalehan. Jika pada kenyataannya Anda belum menemukan Tuhan dan Anda hanya membuat keramaian dan kegembiraan saja dari Hari Raya Id ini, maka hal itu dapat disamakan dengan orang gila yang tidak mengerti mana yang dikatakan uang. Ia menemukan beberapa pecahan gelas yang bersinar atau mendapatkan batu-batuan yang dikiranya intan permata. Mereka sangat gembira bahwa “Kita sudah memperoleh sedemikian banyak harta kekayaan sehingga kita akan menjadi orang yang kaya di dunia.”

Pada kenyataannya, ada orang-orang yang tenggelam dalam keduniawian dan mendapatkan harta duniawi hanya menjadi tujuannya, serta uang itu adalah tuhan mereka. Mereka menyembah uang tersebut. Ketika mereka bangkrut dikarenakan beberapa masalah—kalau tidak mati, mereka begitu terkejutnya sehingga menjadi gila. Dikarenakan uang mempengaruhi pikiran mereka, maka di dalam benaknya, mereka dapat membuat dunianya tersendiri di mana dikiranya mereka sudah menemukan segalanya.

Saya teringat ketika di Ghana, ada orang yang menjadi setengah gila dikarenakan kerugian finansial yang membuatnya sangat menderita. Seringkali, jika kami pergi ke pasar, kami biasa memberikan sedikit sedekah dan ia biasa menulis catatannya.

Sekali waktu, kami minta kepada beliau untuk datang dan ambil uang tersebut, tapi ia mengatakan “Tidak”.Beliau mengatakan bahwa dengan tanda-tangannya itu, ia memiliki banyak uang. Ia melintingnya seperti sebuah rokok. Dan dengan sebuah pisau, ia memotong-motong sigaret ini “Inilah uang yang saya miliki,” katanya. Ia sangat gembira dengan potongan kertas karton, yang ia pikir bahwa ia sangat kaya dan ia memperlihatkan kegembiraannya yang besar.

Dengan contoh seperti orang tersebut, Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda, bahwa orang-orang yang demikian merasa sangat bergembira, di mana mereka mengatakan “Kami sudah menemukan segalanya dan kamilah orang yang sangat kaya-raya.”


[Kebahagiaan dan Kegembiraan Hakiki]

Tetapi, seorang yang punya akal tidak dapat mengatakan bahwa “Inilah kebahagiaan hakiki dan kegembiraan yang benar-benar menggembirakan.” Karena setiap orang tahu bahwa yang mereka miliki hanyalah potongan kertas karton atau hanya beberapa pecahan gelas atau batu kerikil dan bukannya permata. Namun, orang gila tersebut sudah merasa sangat gembira dengan barang-barang tersebut, karena ia sudah kehilangan rasa kesadarannya.

Jadi hanya untuk bergembira begitu saja, bukanlah tujuan hidup orang yang berakal di mana ia akan selalu mencari kebahagiaan sejati. Anda akan mendapatkan kegembiraan sejati jika Anda sudah menemukan harta kekayaan yang benar dan tidak menganggap potongan karton atau pecahan gelas sebagai harta.

Oleh karena itu, seseorang yang telah melewati bulan Ramadan, maka ia harus berpikir: Apakah Hari Raya Id yang ia rayakan itu benar-benar kegembiraan yang telah dimiliki; yaitu, karena sudah melihat adanya pemandangan kecintaan dari Tuhan? Atau dikarenakan, “Saya sudah dapat mengembangkan kesalehan dalam hubungan kepada Tuhan saya, ada hubungan kontak dengan Tuhan-ku, dan saya sudah melangkahkan kaki saya pada satu keadaan yang baik dan maju.”

Maka hanya dengan begitu, ini baru benar-benar Hari Raya Id. Kemudian, akan menjadi patokan dalam langkah maju selanjutnya.

Perjalanan menuju Ramadan berikutnya akan merupakan satu perjalanan hidup yang baru, di mana setiap harinya akan terus maju di dalam kesalehan dan dalam memperoleh rida Allah swt.. Perjalanan ini akan dimulai untuk maju ke depan menuju khazanah yang baru, tetapi Allah swt. tidak akan membiarkan Anda kosong pada setiap langkah dan di mana Anda memperoleh kemajuan setiap langkah.

Anda akan memperoleh curahan hujan karunia kebaikan dan kemurahan-kemurahan Allah swt.. Jadi, jika hari ini kita merayakan Hari Raya Id dengan pemikiran seperti itu, maka kita sudah menemukan segalanya. Dan kita sudah memperoleh ilmu dalam melangkah maju menuju Tuhan kita. Dan kita pun akan dapat mengetahui ilmu yang mendalam dari perintah Allah swt. yang merupakan tujuan dan target kehidupan seorang yang beriman.

Jika dalam bulan Ramadan tersebut, mereka telah bekerja dan berbuat menuju pada kesalehan, dan mereka sudah menemukan cara baru dalam mengerjakan amal saleh dan menggunakannya, maka mereka sudah berhak merayakan Hari Raya Id dengan kegembiraan yang hakiki. Jika ada orang yang telah menghindarkan diri dari keburukan-keburukan mereka dan terus maju di dalam kesalehannya, maka ia dapat memperoleh kebahagiaan yang sejati.

Hari ni, Tuhan sedang bergembira bersama kita, karena [sebagaimana firman-Nya]: Hamba-hamba-Ku sedang berjalan menuju kepada-Ku. Dan dengan menghindarkan diri dari keburukan demi Aku dan menggunakan kesalehannya serta mengikuti perintah-Ku bersama-sama dengan keluarganya, dengan tetangganya dan dengan orang-orang di sekitar di kampungnya, mereka bersama-sama bergembira, maka kemudian Allah swt. pun ada bersama kegembiraan kita.

Hadhrat Rasulullah saw. bersabda bahwa ada seseorang yang kehilangan untanya. Padahal, dia membawa seluruh persediaan makanan dan keperluan lainnya, dia tidak punya daya apa-apa di dalam hutan itu, karena seluruh perbekalannya dimuatkan pada unta tersebut. Dia amat khawatir ketika untanya hilang. Dia lari ke sana ke mari berusaha mencari untanya, tapi tidak ditemukan. Sampai ia merasa lelah, berbaring di bawah naungan sebuah pohon dan tertidur. Ketika terbangun, ia melihat bahwa untanya berdiri di sampingnya, maka betapa gembiranya orang tersebut yang menemukan untanya kembali beserta semua perbekalannya.

Dalam hal ini, Allah swt. lebih bergembira lagi jika mendapatkan hamba-Nya kembali. Jadi, kegembiraan yang hakiki itu hanya dapat diperoleh jika Tuhan termasuk di dalam kegembiraan kita di mana Dia pun merasa bahagia. Jadi, kita harus ingat bahwa hari kebahagiaan dan kegembiraan hakiki dan benar-benar itu adalah: Ketika seseorang mensucikan dirinya dan Hamba-hamba-Nya itu bersujud kepada-Nya serta mencari rida dan iradat-Nya.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, semua orang harus ingat bahwa Allah swt. telah menjadikan beberapa hari yang merupakan hari kegembiraan dan hari kebahagiaan di dalam Islam. Allah swt. telah memberikan berkah-berkah yang istimewa dan menakjubkan pada hari-hari tersebut. Salah satunya adalah hari Jumat.

Hari Jumat adalah hari yang paling diberkati di mana Hadhrat Nabi Adam a.s. telah diciptakan pada hari tersebut. Dan pada hari yang sama pula, tobatnya diterima. Dan ada banyak lagi kegembiraan dan berkah-berkah yang terdapat pada hari Jumat.

Kemudian, ada Hari-hari Raya Id yang hakiki, di sini pun terdapat berkah-berkah yang menakjubkan. Tetapi ingatlah, bahwa hari-hari tersebut adalah dengan sendirinya merupakan hari-hari kebahagiaan yang sangat diberkati. Tetapi, ada satu hari yang jauh lebih banyak berkah dan kebahagiaan-kebahagiaannya.


[Hakikat Hari Mulia, Penuh Berkat, dan Kebahagiaan]

Tetapi sayang, kita lihat bahwa tidak ada orang yang menunggu-nunggu hari itu atau pun mencari hari tersebut. Jika orang mengetahui kualitas dan keindahan hari tersebut, maka mereka akan sungguh-sungguh memperhatikannya.

Pada kenyataannya, hari itu adalah hari yang penuh berkat serta kebahagiaan yang besar. Orang akan memikirkannya sebagai satu kemuliaan yang besar. Apakah hari itu? Hari yang lebih bagus daripada Jumat dan lebih baik daripada Hari Raya Id-kah? Saya katakan kepada Anda bahwa hari itu adalah hari di mana orang itu bertobat, hari yang jauh lebih bagus daripada semua hari lainnya dan yang lebih besar daripada semua Hari Raya Id.

Mengapa? Karena pada hari itu, semua perbuatan buruk yang membawa manusia menuju Neraka dan yang membawanya pada azab Tuhan, semuanya dicuci dan dibersihkan serta semua dosa-dosa diampuni. Jadi, pada kenyataannya, dapat menjadi hari yang lebih baik bagi seseorang yang akan membawa dia keluar dari keabadian Neraka! Orang yang berdosa, yang menjadi target kutukan Tuhan itu, sekarang, dengan kemurahan-Nya, ia akan menjadi dekat kepada-Nya dan ia akan dijauhkan dari siksaan api Neraka. Sebagaimana Allah swt. berfirman dalam Alquran Surah ke-2 Al-Baqarah ayat 223 (QS 2:223), sebagai berikut:


Inna'l-Lâha yuĥibbu't-tawwâbîna wa yuĥibbu'l-mutathahhirîn[a].

Yang artinya: Sesungguhnya, Allah swt. mencintai mereka yang banyak bertobat kepada-Nya dan Dia mencintai orang-orang yang menjaga kebersihan dirinya.

Bahwa, Allah swt. bersahabat dengan orang-orang yang bertobat dan yang mengikuti kesalehan. Bukan saja ayat ini memperlihatkan bahwa Allah swt. membuat orang-orang yang bertobat menjadi kecintaan-Nya, tetapi kita juga melihat bahwa tobat yang hakiki adalah yang disertai dengan kesalehan yang benar. Syaratnya ada. Yaitu, bahwa Anda harus pergi menjauh dari semua kekotoran dan segala perbuatan dosa. Sebab, jika tidak demikian, maka tobat tidak akan ada gunanya.

Jadi, suatu hari yang demikian diberkatinya bahwa seseorang yang dengan bertobat dari perbuatan buruk akan berjanji dengan Tuhan melakukan segalanya untuk mengikuti perintah-Nya, yang kemudian ia akan diselamatkan dari Neraka yang sudah disediakan baginya, kemudian ia mendapatkan satu hal yang sebelumnya ia sudah putus pengharapannya; jadi dengan pemikiran itu, kita harus merayakan Hari Raya Id yang pada bulan Ramadan tersebut dengan menyelamatkan diri kita dari berbagai keburukan, mengikuti kesalehan, serta “Saya harus menundukkan diri di hadapan Tuhan, bersujud kepada Tuhan dengan membersihkan diri”, maka kemudian, hari itu akan menjadi Hari Raya Id yang hakiki. “Hari ini, sesuai perintah Allah swt., saya dapat menikmati kebahagiaan ini dengan siapa pun.”


[Nur Dakwah IlAllah swt.]

Jadi, setelah tobat itu, letupan bunga api kecintaan Tuhan, jika hal itu sudah terciptakan di dalam hati, maka walaupun hanya letupan kecil saja, hal ini—insya Allah swt.—akan berkembang menjadi cahaya yang besar. Kemudian, setiap perbuatan orang seperti ini akan dipersembahkan demi keridaan Allah swt. dan akan memberikan pengaruh terhadap isteri serta anak-anak mereka. Teman-temannya dan orang-orang yang ada di sekitarnya pun, akan terkena pengaruhnya.

Maka, di dalam lingkungannya, dengan cara ini, ia akan menjadi contoh sebagai hamba Allah swt. yang suci. Kemudian cahaya ini akan terus menyebar. Bahkan di dalam masyarakatnya, dan sekarang Barat maupun Timur menjadi sama, dengan melalui media, semua tidak ada bedanya.

Pada negara-negara miskin, di sana timbul begitu banyak kejahatan dalam masyarakat mereka, dan juga yang ada di Barat ini. Karena itu, untuk perbaikan keturunan kita dan untuk menyinari mereka dengan nur Ilahi serta menyelamatkan mereka dari keburukan, kita harus membawa mereka ke jalan Allah swt..

Kita harus berusaha untuk menjadi teladan sehingga dapat membuat perubahan pada lingkungan keluarga kita. Para orang tua merasa cemas dengan anak-anak mereka. Maka dengan jalan ini, mereka dapat terhindar dari kecemasannya.

Percikan bunga api yang telah Allah swt. tanamkan di dalam diri kita atas kecintaan-Nya, jika ini fakta yang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah ingatkan kepada kita, yaitu jika Anda memperhatikannya, maka letupan tersebut bisa menjadi nyala api kecintaan yang besar sebagai kehangatan nur kasih sayang Allah swt.. Dengan cara tersebut, nur dan kehangatan ini akan dapat terus berkembang.

Jadi, Hari Raya Id yang hakiki itu, datang bersama kita yang juga membuat keturunan kita mendapatkan iradat Allah swt. sehinga kita dapat terus menyaksikannya. Jadi, inilah Hari Raya Id yang sebenar-benarnya, yang setiap Ahmadi harus mencoba untuk merayakannya.


[Titian Tugas dan Kewajiban]

Untuk ini, kita harus berusaha agar meniti pada jalan yang Allah swt. telah tetapkan. Sebagaimana yang sudah saya katakan di permulaan khotbah tadi, bahwa kita harus memperhatikan tugas dan kewajiban kita kepada Allah swt. dan juga kepada sesama manusia. Allah swt. telah mengajarkan kepada kita cara beribadahnya. Allah swt. berfirman dalam QS 2:44, yaitu:

Wa aqîmu'sh-shalâh[ta]….

Yang artinya: Dan, dirikanlah salat…!

Bahwa, Anda harus menegakkan salat. Kemudian Dia berfirman bahwa [Anda] harus memperhatikan dan terikat sepenuhnya pada salat sebagaimana yang Anda usahakan selama bulan Ramadan dan dengan datang ke mesjid.

Anda juga perlu mengerjakan Salat-salat Nafal, salat-salat sunah yang merupakan ‘tambahan’, Nawafil. Banyak orang-orang yang mengerjakan salat tahajud dan juga salat tarawih, dan kemudiannya Anda perlu meneruskan pekerjaan ibadah ini.

Setelah itu, ada pengorbanan harta di mana Anda harus mengorbankan harta yang Anda cintai di jalan Allah swt., memberikan [infak-infak berupa] candah dan zakat, serta—jika tidak ada halangan dan Anda pun mampu—juga untuk melakukan ibadah haji.

Perhatian yang Anda berikan selama bulan Ramadan, perhatian akan tugas kepada Allah swt., semua ini harus Anda teruskan sehingga kegembiraan Hari Raya Id ini akan berlangsung abadi dan akan diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kemudian, Anda juga harus menaruh perhatian akan tugas-kewajiban terhadap sesama manusia, kepada sesama mahluk Allah swt.. Sehingga, jika ada orang yang memarahi dan mencaci Anda, maka selama bulan Ramadan itu Anda katakan “Saya sedang puasa! Saya tidak akan membalas Anda! Saya tidak mau merusak puasa saya! Janganlah membuat puasa saya cacat!”

Jadi, setelah Ramadan, Anda harus terus mengerjakan amal-amal saleh tersebut. Bahwa, jika Anda menjadi terganggu terhadap relasi Anda dan yang lainnya juga, janganlah melayani mereka sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Allah swt. dengan kebahagiaan Hari Raya Id.

Kalian harus merukunkan diri Anda sendiri dan memperhatikan serta menolong orang-orang miskin, menolong orang-orang yang malang serta menciptakan suasana penuh cinta kasih dan sayang. Anda harus membuang segala ketidaknyamanan dalam rumah tangga sendiri. Istri harus membuat hubungan baik dengan ibu mertua. Dan jangan sampai saya menerima keluhan bahwa hubungan antara orang-orang ini menjadi rusak. Anda harus berusaha untuk menegakkan mana yang benar. Bahwa, Anda harus dapat merayakan Hari Raya Id yang hakiki jika di sana ada kebahagiaan Hari Raya Id.

Saya ingatkan dengan sebuah syair Bahasa Punjabi bahwa ibu mertua tidak boleh berlaku demikian. Mereka mengatakan bahwa “Menantu perempuan saya selalu tidak benar, tetapi anak perempuan saya sendiri tidak pernah salah.” Jadi, Anda perlu memandang kepada menantu perempuan Anda dengan cara yang sama seperti kepada anak perempuan Anda sendiri, maka dengan jalan ini segala pertikaian itu dapat dihilangkan.

Hubungan yang menjadi rusak dan kadang-kadang terjadi perceraian, jika saya memeriksanya dari Dewan Qadha ternyata yang banyak terlibat adalah ibu mertuanya. Jadi, jika Anda ingin memberikan kegembiraan Hari Raya Id yang hakiki dan ingin mengisi rumah Anda dengan kebahagiaan, maka Anda harus berbuat sesuai perintah yang Allah swt. telah berikan kepada Anda, yaitu tugas kepada sesama manusia, dan hanya dengan demikian, tobat Anda akan menjadi tobat yang kekal dan abadi.

Percikan bunga api kecintaan Allah swt. itu akan menyebar dan menjadi api yang menyala, yang akan memberi penerangan. Hubungan baik keluarga ini akan memberikan manfaat dan tetangga akan memuji Anda. Kebaikan Anda terhadap orang-orang dan kebahagiaan mereka akan menjadikan Anda sebagai contoh di dalam masyarakat. Indahnya kejujuran Anda akan membuat orang-orang lain ikut maju dan menjadi baik.

Semoga Allah swt. menakdirkan bahwa dengan terjadinya perubahan yang revolusioner ini, dapat membuat hari ini sebagai Hari Raya Id yang hakiki dan dapat menciptakan rasa sayang dan cinta kasih di dalam hati kita yang kemudian akan kembali menerima kecintaan Allah swt.. Amin.


[Kewajiban Hadir dalam Salat Id]

Saya ingin mengingatkan kepada Anda sebuah kekeliruan pada Khutbah Jumat [tanggal 20 Oktober 2006] lalu, di mana saya memberikan contoh bahwa bagi kaum wanita ‘tidak perlu’ melaksanakan Salat Jumat. Ketika saya melihatnya kembali, saya tidak mengatakannya bahwa itu ‘tidak perlu’ dan ‘tidak diwajibkan’.

Saya tidak mengatakan bahwa Salat Id itu adalah wajib. Yang saya katakan adalah bahwa Salat Id itu adalah sunah yang menjadi tradisi Hadhrat Rasulullah saw., yaitu sunah muaqad bahwa kita diingatkan untuk melakukannya. Ada suatu penekanan untuk mengerjakan ini dan kita pun sudah merasakan kenikmatannya.

Tetapi, kepada Hadirin di sana, dapat saya ingatkan/sampaikan mengenai hadis ini:

Ummu Atiyya menyampaikan bahwa ketika Hadhrat Rasulullah saw. datang ke Medinah, beliau mengumpulkan para ibu dari kaum Anshar di rumah beliau dan mengutus Hadhrat Umar bin Khatab r.a., dan setelah mengucapkan di depan pintu, maka kami pun membalasnya.

Kemudian, Hadhrat Umar r.a. mengatakan “Saya datang sebagai wakil Hadhrat Rasulullah saw. untuk menyampaikan perintah Hadhrat Rasulullah saw..” Kami diperintahkan bahwa pada waktu Id, kami harus menghadirinya. Semua orang yang muda dan yang sedang dalam keadaan hari bulanan khusus pun, harus pergi ikut Id. Tetapi, pada hari Jumat itu, tidaklah diwajibkan dan kami pun diberitahu supaya ikut mengantar penguburan jenazah ke tempat kuburan.

Nah, apa yang tidak Anda ketahui itu janganlah terus disebarluaskan. Bahwa, apa yang saya katakan tentang tidak diwajibkannya Salat Jumat [bagi kaum perempuan]. Tetapi Salat Id adalah sunah, yang Anda harus hadiri.


[Id Mubarak]

Maka dengan ini, saya ucapkan: Id Mubarak Hari Raya Idul Fitri kepada Anda—semuanya!

Semoga, Allah swt. menjadikan Id ini suatu Id yang hakiki dan yang akan mengisi seluruh rumah-rumah dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Dan semoga, kita mendapatkan rida Allah swt. sesuai tujuan hidup kita. Kepada segenap Ahmadi, saya ucapkan: Id Mubarak Hari Raya Idul Fitri!

Dan atas semua surat melalui faksimil maupun pos, dan telepon yang diterima, saya ucapkan kepada mereka: Id Mubarak Hari Raya Idul Fitri!

Semoga, Allah swt. melindungi semua Ahmadi di setiap segi apa pun. Dan semoga Id ini, dipenuhi dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Amin.


[Doa Khusus Jemaat Srilangka]

Sebagaimana yang sudah saya katakan bahwa keadaan di Sri Lanka sekarang ini amat buruk. Dalam hal itu, saya terima laporan bahwa pihak yang memusuhi Ahmadiyah sedang merencanakan penyerangan pada mesjid-mesjid Ahmadiyah. Kadang-kadang situasinya amat menegangkan. Jadi dengan sangat aktifnya pihak yang memusuhi itu, maka berdoalah, semoga Allah swt. melindungi para Ahmadi dari segala macam gangguan dan kerusakan.

Id mereka sekarang, seharusnya akan menjadi lebih membahagiakan daripada waktu sebelumnya. Amin!

--
Penerjemah: H. Syarif Ahmad Lubis & H. Pipip Sumantri—20061107
Editor: A. Shaheen—20071008



-------oooOooo-------