Monday, October 08, 2007

Semoga Id ini Dipenuhi Kegembiraan dan Kebahagiaan





KHOTBAH Idul Fitri Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Amirul Mukminin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba. dari Mesjid Baitul Futuh Morden, Inggris — Selasa, 1 Syawal 1427 (24 Oktober 2006)
Semoga Id ini Dipenuhi Kegembiraan dan Kebahagiaan


Setelah mengucap syahadat, taawud dan tilawat Alquran Surah Al-Fâtiĥah, selanjutnya Hudhur atba. bersabda:

DENGAN karunia Allah swt., hari ini, kita sedang merayakan Hari Raya Id. Hari Raya Id ini kita rayakan setelah berpuasa sesuai perintah Allah swt.. Kita telah berpuasa selama 30 hari, karena tahun ini bulan Ramadan ada 30 hari. Karenanya pula, kita sudah berusaha memperoleh manfaat puasa, Allah swt. telah memberikan kemampuan kepada kita untuk meraih manfaat puasa.

Hari tersebut, Allah swt. telah memerintahkan kita untuk berbuka puasa. Buka puasa yang kita lakukan selama bulan Ramadan ketika matahari terbenam di mana kita harus berbuka puasa sebagaimana yang Allah swt. telah perintahkan bahwa Dia berfirman, “Sekarang kalian dapat makan-minum.” Selama sehari penuh kita sudah menghindarkan diri dari makanan dan minuman.

Dan pada umumnya, seberapa mungkin, kita harus menggunakan waktu itu dalam mengingat kepada Allah swt. dan dengan membaca Alquran Karim. Tentu saja, pekerjaan-pekerjaan lainnya pun harus terus berjalan. Tetapi, sebagian besar waktu tersebut, sebanyak mungkin yang dapat dikerjakan, seorang mukmin harus menaruh perhatian pada hal tersebut, yaitu bahwa ia harus berusaha menjenuhkan dan menceburkan hasil tujuan keduniawiannya dan tujuan materinya ke dalam keadaan rohani.

Demikian pula, di waktu malam hari, sejauh memungkinkan, kita harus berusaha beribadah kepada Allah swt.. Sehingga, kita dapat meraih rida dan iradat-Nya, pengabulan Allah swt. atas doa kita untuk kita, untuk kerabat kita, untuk Jemaat, untuk Negara, untuk umat Islam, di mana kita harus sebanyak-banyaknya berdo’a apa yang dapat kita lakukan, sejak pagi sampai petang hari, menghindarkan diri dari makanan dan minuman. Maka, setelah terbenam matahari, kita berbuka puasa.

Pada saat tersebut, bahkan dengan seteguk minuman pun, rasanya sungguh nikmat. Pada saat itu, kita dapat menikmati apa yang Allah swt. telah sediakan bagi kita dan kita pun sangat menghargainya.

Kita juga dapat merasakan, dengan selama berpuasa tersebut keadaan bagi orang-orang berkeadaan ekonomi tidak begitu bagus dan bahkan ada orang yang dengan susah payah mendapatkan makanan untuk hari itu sekali pun.

Setiap Ahmadi sejati yang berpuasa, harus menyadari keadaan saudara-saudara kita. Inilah tujuan puasa bahwa kita harus menaruh perhatian untuk beribadah kepada Allah swt. dan pada perintah Allah swt.. Termasuk, tugas dan kewajiban baik kepada Tuhan dan kepada sesama manusia.

Jadi, bahwa kita juga harus menaruh perhatian untuk memperbaiki karakter kita sendiri sebagaimana sesuai perintah Allah swt., bahwa kita harus menghindari dan menghentikan diri dari perbuatan tertentu; dengan mengikuti perintah Allah swt. ini, kita dapat menikmati apa pun karunia yang disediakan kepada kita dan dengan kemampuan apa pun yang seseorang miliki di mana kita dapat menikmatinya.

Kita berhenti dari makan-minum, dan pada hari tersebut, sesuai perintah Allah swt., kita sudah mulai mengambil makanan pada siang hari. Demikianlah, ganjaran spiritual itu pada hari ini, walau kita sudah tidak berpuasa. Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri hari ini, mengingatkan kita dan memberikan pelajaran kepada kita bahwa orang harus bekerja dan berbuat mengikuti perintah Allah swt. dan memperlihatkan contoh tinggi dalam penyerahan diri, yang pada kenyataannya merupakan cara dan sumber mendapatkan nikmat-nikmat Allah swt. dan pengabulan daripada-Nya. Seorang yang beriman haruslah berusaha sedapat mungkin mengikut apa yang ia dapat lakukan. Semoga Allah swt. memberikan kemampuan kepada kita untuk selalu menempa kehidupan kita.


[Fitrah Baru]

Dalam merayakan Hari Raya Id ini, jika “Kita harus kembali lagi pada keadaan sebelumnya”, yang demikian itu bukanlah mencerminkan seorang mukmin. Seorang ‘mukmin sejati’ adalah seorang yang jika sudah melakukan dan mengerjakan suatu pekerjaan amal saleh, maka ia harus terus maju dalam kondisinya.

Jika setelah Hari Raya Id kita harus meninggalkan segala sesuatu di sini dan akan pulang kembali ke rumah dalam keadaan yang sama seperti sebelum Ramadan, dan yang sesuai dengan kemampuan kita ternyata tidak diperoleh kemajuan akan hal-hal yang sudah diajarkan, dan tidak memperoleh kemajuan dalam langkah-langkah kita selama Ramadan dalam kesalehan, maka Ramadan ini menjadi tiada guna. Kegembiraan Hari Raya Id hanya pura-pura dan untuk sementara saja. Karena Hari Raya Id dalam keadaan seperti tersebut, tidaklah memperoleh pengabulan dari Allah swt., tetapi hanyalah berupa perayaan yang mengikuti masyarakat dan lingkungan di mana kita tinggal. Yaitu, karena di sana ada keramaian dan kegembiraan, maka kita pun ikut melakukan perayaan ini dikarenakan pengaruh dari lingkungan.

Seorang Ahmadi yang sudah bertekad untuk bekerja mengikuti perintah Allah swt., maka dalam setiap perbuatannya harus dapat meraih rida dan pengabulan Allah swt.. Jika tidak demikian, maka tak ada bedanya antara seorang Ahmadi dengan non-Ahmadi.

Seorang non-Ahmadi yang belum beriman kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s., ia belum memberikan suatu janji dengan Allah swt.. Jadi, setidaknya, mereka bebas melakukan perbuatan dosa karena tidak memenuhi ikrar janjinya. Tetapi di lain pihak, bagi seorang Ahmadi, berarti ia melakukan dosa dua kali lipat jika ia tidak berbuat mengikuti perintah Allah swt.. Dia melakukan dosa karena mengabaikan perintah yang telah Allah swt. turunkan kepada seorang Ahmadi sejati untuk mengerjakannya.


[Prinsip]

Oleh karena itu, pasal yang harus jadi perhatian besar bagi kita adalah bahwa kita harus introspeksi diri. Karena jika tidak demikian, Hari Raya Id ini tidak ada apa-apanya. tidak lebih dari keramaian hingar-bingar, bergembira ria, oleh raga dan hiburan belaka.

Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda bahwa prinsip Hari Raya Idul Fitri adalah yang memperlihatkan bahwa kita sudah menemukan Tuhan setelah berpuasa selama sebulan.

Jika kita sudah menemukan Tuhan, maka kemudian kita harus terus maju dan meningkat di dalam kesalehan. Jika pada kenyataannya Anda belum menemukan Tuhan dan Anda hanya membuat keramaian dan kegembiraan saja dari Hari Raya Id ini, maka hal itu dapat disamakan dengan orang gila yang tidak mengerti mana yang dikatakan uang. Ia menemukan beberapa pecahan gelas yang bersinar atau mendapatkan batu-batuan yang dikiranya intan permata. Mereka sangat gembira bahwa “Kita sudah memperoleh sedemikian banyak harta kekayaan sehingga kita akan menjadi orang yang kaya di dunia.”

Pada kenyataannya, ada orang-orang yang tenggelam dalam keduniawian dan mendapatkan harta duniawi hanya menjadi tujuannya, serta uang itu adalah tuhan mereka. Mereka menyembah uang tersebut. Ketika mereka bangkrut dikarenakan beberapa masalah—kalau tidak mati, mereka begitu terkejutnya sehingga menjadi gila. Dikarenakan uang mempengaruhi pikiran mereka, maka di dalam benaknya, mereka dapat membuat dunianya tersendiri di mana dikiranya mereka sudah menemukan segalanya.

Saya teringat ketika di Ghana, ada orang yang menjadi setengah gila dikarenakan kerugian finansial yang membuatnya sangat menderita. Seringkali, jika kami pergi ke pasar, kami biasa memberikan sedikit sedekah dan ia biasa menulis catatannya.

Sekali waktu, kami minta kepada beliau untuk datang dan ambil uang tersebut, tapi ia mengatakan “Tidak”.Beliau mengatakan bahwa dengan tanda-tangannya itu, ia memiliki banyak uang. Ia melintingnya seperti sebuah rokok. Dan dengan sebuah pisau, ia memotong-motong sigaret ini “Inilah uang yang saya miliki,” katanya. Ia sangat gembira dengan potongan kertas karton, yang ia pikir bahwa ia sangat kaya dan ia memperlihatkan kegembiraannya yang besar.

Dengan contoh seperti orang tersebut, Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda, bahwa orang-orang yang demikian merasa sangat bergembira, di mana mereka mengatakan “Kami sudah menemukan segalanya dan kamilah orang yang sangat kaya-raya.”


[Kebahagiaan dan Kegembiraan Hakiki]

Tetapi, seorang yang punya akal tidak dapat mengatakan bahwa “Inilah kebahagiaan hakiki dan kegembiraan yang benar-benar menggembirakan.” Karena setiap orang tahu bahwa yang mereka miliki hanyalah potongan kertas karton atau hanya beberapa pecahan gelas atau batu kerikil dan bukannya permata. Namun, orang gila tersebut sudah merasa sangat gembira dengan barang-barang tersebut, karena ia sudah kehilangan rasa kesadarannya.

Jadi hanya untuk bergembira begitu saja, bukanlah tujuan hidup orang yang berakal di mana ia akan selalu mencari kebahagiaan sejati. Anda akan mendapatkan kegembiraan sejati jika Anda sudah menemukan harta kekayaan yang benar dan tidak menganggap potongan karton atau pecahan gelas sebagai harta.

Oleh karena itu, seseorang yang telah melewati bulan Ramadan, maka ia harus berpikir: Apakah Hari Raya Id yang ia rayakan itu benar-benar kegembiraan yang telah dimiliki; yaitu, karena sudah melihat adanya pemandangan kecintaan dari Tuhan? Atau dikarenakan, “Saya sudah dapat mengembangkan kesalehan dalam hubungan kepada Tuhan saya, ada hubungan kontak dengan Tuhan-ku, dan saya sudah melangkahkan kaki saya pada satu keadaan yang baik dan maju.”

Maka hanya dengan begitu, ini baru benar-benar Hari Raya Id. Kemudian, akan menjadi patokan dalam langkah maju selanjutnya.

Perjalanan menuju Ramadan berikutnya akan merupakan satu perjalanan hidup yang baru, di mana setiap harinya akan terus maju di dalam kesalehan dan dalam memperoleh rida Allah swt.. Perjalanan ini akan dimulai untuk maju ke depan menuju khazanah yang baru, tetapi Allah swt. tidak akan membiarkan Anda kosong pada setiap langkah dan di mana Anda memperoleh kemajuan setiap langkah.

Anda akan memperoleh curahan hujan karunia kebaikan dan kemurahan-kemurahan Allah swt.. Jadi, jika hari ini kita merayakan Hari Raya Id dengan pemikiran seperti itu, maka kita sudah menemukan segalanya. Dan kita sudah memperoleh ilmu dalam melangkah maju menuju Tuhan kita. Dan kita pun akan dapat mengetahui ilmu yang mendalam dari perintah Allah swt. yang merupakan tujuan dan target kehidupan seorang yang beriman.

Jika dalam bulan Ramadan tersebut, mereka telah bekerja dan berbuat menuju pada kesalehan, dan mereka sudah menemukan cara baru dalam mengerjakan amal saleh dan menggunakannya, maka mereka sudah berhak merayakan Hari Raya Id dengan kegembiraan yang hakiki. Jika ada orang yang telah menghindarkan diri dari keburukan-keburukan mereka dan terus maju di dalam kesalehannya, maka ia dapat memperoleh kebahagiaan yang sejati.

Hari ni, Tuhan sedang bergembira bersama kita, karena [sebagaimana firman-Nya]: Hamba-hamba-Ku sedang berjalan menuju kepada-Ku. Dan dengan menghindarkan diri dari keburukan demi Aku dan menggunakan kesalehannya serta mengikuti perintah-Ku bersama-sama dengan keluarganya, dengan tetangganya dan dengan orang-orang di sekitar di kampungnya, mereka bersama-sama bergembira, maka kemudian Allah swt. pun ada bersama kegembiraan kita.

Hadhrat Rasulullah saw. bersabda bahwa ada seseorang yang kehilangan untanya. Padahal, dia membawa seluruh persediaan makanan dan keperluan lainnya, dia tidak punya daya apa-apa di dalam hutan itu, karena seluruh perbekalannya dimuatkan pada unta tersebut. Dia amat khawatir ketika untanya hilang. Dia lari ke sana ke mari berusaha mencari untanya, tapi tidak ditemukan. Sampai ia merasa lelah, berbaring di bawah naungan sebuah pohon dan tertidur. Ketika terbangun, ia melihat bahwa untanya berdiri di sampingnya, maka betapa gembiranya orang tersebut yang menemukan untanya kembali beserta semua perbekalannya.

Dalam hal ini, Allah swt. lebih bergembira lagi jika mendapatkan hamba-Nya kembali. Jadi, kegembiraan yang hakiki itu hanya dapat diperoleh jika Tuhan termasuk di dalam kegembiraan kita di mana Dia pun merasa bahagia. Jadi, kita harus ingat bahwa hari kebahagiaan dan kegembiraan hakiki dan benar-benar itu adalah: Ketika seseorang mensucikan dirinya dan Hamba-hamba-Nya itu bersujud kepada-Nya serta mencari rida dan iradat-Nya.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, semua orang harus ingat bahwa Allah swt. telah menjadikan beberapa hari yang merupakan hari kegembiraan dan hari kebahagiaan di dalam Islam. Allah swt. telah memberikan berkah-berkah yang istimewa dan menakjubkan pada hari-hari tersebut. Salah satunya adalah hari Jumat.

Hari Jumat adalah hari yang paling diberkati di mana Hadhrat Nabi Adam a.s. telah diciptakan pada hari tersebut. Dan pada hari yang sama pula, tobatnya diterima. Dan ada banyak lagi kegembiraan dan berkah-berkah yang terdapat pada hari Jumat.

Kemudian, ada Hari-hari Raya Id yang hakiki, di sini pun terdapat berkah-berkah yang menakjubkan. Tetapi ingatlah, bahwa hari-hari tersebut adalah dengan sendirinya merupakan hari-hari kebahagiaan yang sangat diberkati. Tetapi, ada satu hari yang jauh lebih banyak berkah dan kebahagiaan-kebahagiaannya.


[Hakikat Hari Mulia, Penuh Berkat, dan Kebahagiaan]

Tetapi sayang, kita lihat bahwa tidak ada orang yang menunggu-nunggu hari itu atau pun mencari hari tersebut. Jika orang mengetahui kualitas dan keindahan hari tersebut, maka mereka akan sungguh-sungguh memperhatikannya.

Pada kenyataannya, hari itu adalah hari yang penuh berkat serta kebahagiaan yang besar. Orang akan memikirkannya sebagai satu kemuliaan yang besar. Apakah hari itu? Hari yang lebih bagus daripada Jumat dan lebih baik daripada Hari Raya Id-kah? Saya katakan kepada Anda bahwa hari itu adalah hari di mana orang itu bertobat, hari yang jauh lebih bagus daripada semua hari lainnya dan yang lebih besar daripada semua Hari Raya Id.

Mengapa? Karena pada hari itu, semua perbuatan buruk yang membawa manusia menuju Neraka dan yang membawanya pada azab Tuhan, semuanya dicuci dan dibersihkan serta semua dosa-dosa diampuni. Jadi, pada kenyataannya, dapat menjadi hari yang lebih baik bagi seseorang yang akan membawa dia keluar dari keabadian Neraka! Orang yang berdosa, yang menjadi target kutukan Tuhan itu, sekarang, dengan kemurahan-Nya, ia akan menjadi dekat kepada-Nya dan ia akan dijauhkan dari siksaan api Neraka. Sebagaimana Allah swt. berfirman dalam Alquran Surah ke-2 Al-Baqarah ayat 223 (QS 2:223), sebagai berikut:


Inna'l-Lâha yuĥibbu't-tawwâbîna wa yuĥibbu'l-mutathahhirîn[a].

Yang artinya: Sesungguhnya, Allah swt. mencintai mereka yang banyak bertobat kepada-Nya dan Dia mencintai orang-orang yang menjaga kebersihan dirinya.

Bahwa, Allah swt. bersahabat dengan orang-orang yang bertobat dan yang mengikuti kesalehan. Bukan saja ayat ini memperlihatkan bahwa Allah swt. membuat orang-orang yang bertobat menjadi kecintaan-Nya, tetapi kita juga melihat bahwa tobat yang hakiki adalah yang disertai dengan kesalehan yang benar. Syaratnya ada. Yaitu, bahwa Anda harus pergi menjauh dari semua kekotoran dan segala perbuatan dosa. Sebab, jika tidak demikian, maka tobat tidak akan ada gunanya.

Jadi, suatu hari yang demikian diberkatinya bahwa seseorang yang dengan bertobat dari perbuatan buruk akan berjanji dengan Tuhan melakukan segalanya untuk mengikuti perintah-Nya, yang kemudian ia akan diselamatkan dari Neraka yang sudah disediakan baginya, kemudian ia mendapatkan satu hal yang sebelumnya ia sudah putus pengharapannya; jadi dengan pemikiran itu, kita harus merayakan Hari Raya Id yang pada bulan Ramadan tersebut dengan menyelamatkan diri kita dari berbagai keburukan, mengikuti kesalehan, serta “Saya harus menundukkan diri di hadapan Tuhan, bersujud kepada Tuhan dengan membersihkan diri”, maka kemudian, hari itu akan menjadi Hari Raya Id yang hakiki. “Hari ini, sesuai perintah Allah swt., saya dapat menikmati kebahagiaan ini dengan siapa pun.”


[Nur Dakwah IlAllah swt.]

Jadi, setelah tobat itu, letupan bunga api kecintaan Tuhan, jika hal itu sudah terciptakan di dalam hati, maka walaupun hanya letupan kecil saja, hal ini—insya Allah swt.—akan berkembang menjadi cahaya yang besar. Kemudian, setiap perbuatan orang seperti ini akan dipersembahkan demi keridaan Allah swt. dan akan memberikan pengaruh terhadap isteri serta anak-anak mereka. Teman-temannya dan orang-orang yang ada di sekitarnya pun, akan terkena pengaruhnya.

Maka, di dalam lingkungannya, dengan cara ini, ia akan menjadi contoh sebagai hamba Allah swt. yang suci. Kemudian cahaya ini akan terus menyebar. Bahkan di dalam masyarakatnya, dan sekarang Barat maupun Timur menjadi sama, dengan melalui media, semua tidak ada bedanya.

Pada negara-negara miskin, di sana timbul begitu banyak kejahatan dalam masyarakat mereka, dan juga yang ada di Barat ini. Karena itu, untuk perbaikan keturunan kita dan untuk menyinari mereka dengan nur Ilahi serta menyelamatkan mereka dari keburukan, kita harus membawa mereka ke jalan Allah swt..

Kita harus berusaha untuk menjadi teladan sehingga dapat membuat perubahan pada lingkungan keluarga kita. Para orang tua merasa cemas dengan anak-anak mereka. Maka dengan jalan ini, mereka dapat terhindar dari kecemasannya.

Percikan bunga api yang telah Allah swt. tanamkan di dalam diri kita atas kecintaan-Nya, jika ini fakta yang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah ingatkan kepada kita, yaitu jika Anda memperhatikannya, maka letupan tersebut bisa menjadi nyala api kecintaan yang besar sebagai kehangatan nur kasih sayang Allah swt.. Dengan cara tersebut, nur dan kehangatan ini akan dapat terus berkembang.

Jadi, Hari Raya Id yang hakiki itu, datang bersama kita yang juga membuat keturunan kita mendapatkan iradat Allah swt. sehinga kita dapat terus menyaksikannya. Jadi, inilah Hari Raya Id yang sebenar-benarnya, yang setiap Ahmadi harus mencoba untuk merayakannya.


[Titian Tugas dan Kewajiban]

Untuk ini, kita harus berusaha agar meniti pada jalan yang Allah swt. telah tetapkan. Sebagaimana yang sudah saya katakan di permulaan khotbah tadi, bahwa kita harus memperhatikan tugas dan kewajiban kita kepada Allah swt. dan juga kepada sesama manusia. Allah swt. telah mengajarkan kepada kita cara beribadahnya. Allah swt. berfirman dalam QS 2:44, yaitu:

Wa aqîmu'sh-shalâh[ta]….

Yang artinya: Dan, dirikanlah salat…!

Bahwa, Anda harus menegakkan salat. Kemudian Dia berfirman bahwa [Anda] harus memperhatikan dan terikat sepenuhnya pada salat sebagaimana yang Anda usahakan selama bulan Ramadan dan dengan datang ke mesjid.

Anda juga perlu mengerjakan Salat-salat Nafal, salat-salat sunah yang merupakan ‘tambahan’, Nawafil. Banyak orang-orang yang mengerjakan salat tahajud dan juga salat tarawih, dan kemudiannya Anda perlu meneruskan pekerjaan ibadah ini.

Setelah itu, ada pengorbanan harta di mana Anda harus mengorbankan harta yang Anda cintai di jalan Allah swt., memberikan [infak-infak berupa] candah dan zakat, serta—jika tidak ada halangan dan Anda pun mampu—juga untuk melakukan ibadah haji.

Perhatian yang Anda berikan selama bulan Ramadan, perhatian akan tugas kepada Allah swt., semua ini harus Anda teruskan sehingga kegembiraan Hari Raya Id ini akan berlangsung abadi dan akan diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kemudian, Anda juga harus menaruh perhatian akan tugas-kewajiban terhadap sesama manusia, kepada sesama mahluk Allah swt.. Sehingga, jika ada orang yang memarahi dan mencaci Anda, maka selama bulan Ramadan itu Anda katakan “Saya sedang puasa! Saya tidak akan membalas Anda! Saya tidak mau merusak puasa saya! Janganlah membuat puasa saya cacat!”

Jadi, setelah Ramadan, Anda harus terus mengerjakan amal-amal saleh tersebut. Bahwa, jika Anda menjadi terganggu terhadap relasi Anda dan yang lainnya juga, janganlah melayani mereka sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Allah swt. dengan kebahagiaan Hari Raya Id.

Kalian harus merukunkan diri Anda sendiri dan memperhatikan serta menolong orang-orang miskin, menolong orang-orang yang malang serta menciptakan suasana penuh cinta kasih dan sayang. Anda harus membuang segala ketidaknyamanan dalam rumah tangga sendiri. Istri harus membuat hubungan baik dengan ibu mertua. Dan jangan sampai saya menerima keluhan bahwa hubungan antara orang-orang ini menjadi rusak. Anda harus berusaha untuk menegakkan mana yang benar. Bahwa, Anda harus dapat merayakan Hari Raya Id yang hakiki jika di sana ada kebahagiaan Hari Raya Id.

Saya ingatkan dengan sebuah syair Bahasa Punjabi bahwa ibu mertua tidak boleh berlaku demikian. Mereka mengatakan bahwa “Menantu perempuan saya selalu tidak benar, tetapi anak perempuan saya sendiri tidak pernah salah.” Jadi, Anda perlu memandang kepada menantu perempuan Anda dengan cara yang sama seperti kepada anak perempuan Anda sendiri, maka dengan jalan ini segala pertikaian itu dapat dihilangkan.

Hubungan yang menjadi rusak dan kadang-kadang terjadi perceraian, jika saya memeriksanya dari Dewan Qadha ternyata yang banyak terlibat adalah ibu mertuanya. Jadi, jika Anda ingin memberikan kegembiraan Hari Raya Id yang hakiki dan ingin mengisi rumah Anda dengan kebahagiaan, maka Anda harus berbuat sesuai perintah yang Allah swt. telah berikan kepada Anda, yaitu tugas kepada sesama manusia, dan hanya dengan demikian, tobat Anda akan menjadi tobat yang kekal dan abadi.

Percikan bunga api kecintaan Allah swt. itu akan menyebar dan menjadi api yang menyala, yang akan memberi penerangan. Hubungan baik keluarga ini akan memberikan manfaat dan tetangga akan memuji Anda. Kebaikan Anda terhadap orang-orang dan kebahagiaan mereka akan menjadikan Anda sebagai contoh di dalam masyarakat. Indahnya kejujuran Anda akan membuat orang-orang lain ikut maju dan menjadi baik.

Semoga Allah swt. menakdirkan bahwa dengan terjadinya perubahan yang revolusioner ini, dapat membuat hari ini sebagai Hari Raya Id yang hakiki dan dapat menciptakan rasa sayang dan cinta kasih di dalam hati kita yang kemudian akan kembali menerima kecintaan Allah swt.. Amin.


[Kewajiban Hadir dalam Salat Id]

Saya ingin mengingatkan kepada Anda sebuah kekeliruan pada Khutbah Jumat [tanggal 20 Oktober 2006] lalu, di mana saya memberikan contoh bahwa bagi kaum wanita ‘tidak perlu’ melaksanakan Salat Jumat. Ketika saya melihatnya kembali, saya tidak mengatakannya bahwa itu ‘tidak perlu’ dan ‘tidak diwajibkan’.

Saya tidak mengatakan bahwa Salat Id itu adalah wajib. Yang saya katakan adalah bahwa Salat Id itu adalah sunah yang menjadi tradisi Hadhrat Rasulullah saw., yaitu sunah muaqad bahwa kita diingatkan untuk melakukannya. Ada suatu penekanan untuk mengerjakan ini dan kita pun sudah merasakan kenikmatannya.

Tetapi, kepada Hadirin di sana, dapat saya ingatkan/sampaikan mengenai hadis ini:

Ummu Atiyya menyampaikan bahwa ketika Hadhrat Rasulullah saw. datang ke Medinah, beliau mengumpulkan para ibu dari kaum Anshar di rumah beliau dan mengutus Hadhrat Umar bin Khatab r.a., dan setelah mengucapkan di depan pintu, maka kami pun membalasnya.

Kemudian, Hadhrat Umar r.a. mengatakan “Saya datang sebagai wakil Hadhrat Rasulullah saw. untuk menyampaikan perintah Hadhrat Rasulullah saw..” Kami diperintahkan bahwa pada waktu Id, kami harus menghadirinya. Semua orang yang muda dan yang sedang dalam keadaan hari bulanan khusus pun, harus pergi ikut Id. Tetapi, pada hari Jumat itu, tidaklah diwajibkan dan kami pun diberitahu supaya ikut mengantar penguburan jenazah ke tempat kuburan.

Nah, apa yang tidak Anda ketahui itu janganlah terus disebarluaskan. Bahwa, apa yang saya katakan tentang tidak diwajibkannya Salat Jumat [bagi kaum perempuan]. Tetapi Salat Id adalah sunah, yang Anda harus hadiri.


[Id Mubarak]

Maka dengan ini, saya ucapkan: Id Mubarak Hari Raya Idul Fitri kepada Anda—semuanya!

Semoga, Allah swt. menjadikan Id ini suatu Id yang hakiki dan yang akan mengisi seluruh rumah-rumah dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Dan semoga, kita mendapatkan rida Allah swt. sesuai tujuan hidup kita. Kepada segenap Ahmadi, saya ucapkan: Id Mubarak Hari Raya Idul Fitri!

Dan atas semua surat melalui faksimil maupun pos, dan telepon yang diterima, saya ucapkan kepada mereka: Id Mubarak Hari Raya Idul Fitri!

Semoga, Allah swt. melindungi semua Ahmadi di setiap segi apa pun. Dan semoga Id ini, dipenuhi dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Amin.


[Doa Khusus Jemaat Srilangka]

Sebagaimana yang sudah saya katakan bahwa keadaan di Sri Lanka sekarang ini amat buruk. Dalam hal itu, saya terima laporan bahwa pihak yang memusuhi Ahmadiyah sedang merencanakan penyerangan pada mesjid-mesjid Ahmadiyah. Kadang-kadang situasinya amat menegangkan. Jadi dengan sangat aktifnya pihak yang memusuhi itu, maka berdoalah, semoga Allah swt. melindungi para Ahmadi dari segala macam gangguan dan kerusakan.

Id mereka sekarang, seharusnya akan menjadi lebih membahagiakan daripada waktu sebelumnya. Amin!

--
Penerjemah: H. Syarif Ahmad Lubis & H. Pipip Sumantri—20061107
Editor: A. Shaheen—20071008



-------oooOooo-------

No comments: