Saturday, November 12, 2005

Misteri Anak Muda di Vila Flamboyan Tempat Tewasnya Azahari

BERITA UTAMA Jum'at, 11 November 2005
Misteri Anak Muda di Vila Flamboyan Tempat Tewasnya Azahari

VILA yang berderet di antara rumah warga Jl Flamboyan, Batu, Jawa Timur, tersebut berbeda dengan rumah-rumah lainnya yang terlihat bersih dan anggun. Tempat yang menjadi sarang Azahari mengatur berbagai kekacauan dan menjadi tempat ajal menjemputnya itu tidak layak disebut vila karena kondisinya tidak terawat.

Kini vila milik Soepomo warga Surabaya tersebut tinggallah puing-puing setelah 11 ledakan bom yang dilepas Azahari dan Arman memorak-porandakannya. Sisa lubang dan ledakan masih terlihat jelas di antara dinding dan bangunan yang masih tersisa.

Bagi warga, sekalipun vila itu tidak terawat, penghuninya masih tampak sebagai anak-anak muda berwajah bersih yang banyak mengumbar senyum manis di saat bergaul dan bertutur sapa.

Adalah Dewi Ambarwati, 25, penghuni vila itu pada 2002-2004 dengan harga Rp2 juta per tahun. Karena ingin suasana baru, saat kontrakannya habis dia dengan suaminya mencari kontrakan yang hanya berjarak 100 meter dari rumah yang telah dihuni orang sangat berbahaya itu.

Dewi mengaku di kontrakan yang ditinggalkannya itu sering menjumpai tiga laki-laki muda. Bahkan, salah satunya sering berbicara, bernama Yahya Antoni, sedangkan dua lainnya tidak mengenalkan diri.

Sebenarnya, menurut ibu muda tersebut, dari hari ke hari tingkah penghuni rumah tersebut tidak ada yang aneh dan mencurigakan. "Ini kalau dilihat dari luar dan berbicara dengan pemuda-pemuda berumur sekitar 25 tahun itu," ujarnya.

Namun, Dewi bertutur, kalau sudah masuk rumah, baru terasa hal aneh. Dewi mengenang pernah dipersilakan masuk ke rumah tersebut untuk mengambil gorden. Dengan niat baik, dia sekaligus mengingatkan penghuni bahwa rumah itu sering kebanjiran karena selokan kerap buntu kalau hujan. ''Yahya yang sedang memasak di dapurnya yang kotor saya ingatkan juga agar membersihkan rumput yang sudah tinggi."

Karena sudah akrab dengan isi rumah, Dewi pun tanpa beban melihat-lihat lebih jauh seisi rumah, yakni tiga kamar (dua kamar besar dan satu kamar kecil), satu kamar mandi, dan dapur berada di belakang.

Dewi sempat melihat seperangkat komputer berada di ruang tengah. Ketika menyadari masih ada gorden di salah satu kamar, Dewi hendak memasukinya, tapi dicegah Yahya.

''Mbak, jangan masuk ke kamar. Terkunci dan anaknya lagi kuliah,'' kata Dewi menirukan kalimat yang disampaikan Yahya. Karena tidak boleh masuk, Dewi akhirnya mengurungkan niatnya.

Dewi sempat bertanya-tanya karena ada dua kamar yang kelihatannya memang aneh. Anehnya, kata Dewi, selalu dikunci dan orang tidak boleh masuk. "Lebaran kemarin saya juga masih bertemu dengan mereka, tapi karena tidak memiliki perasaan apa-apa, saya tidak mau berspekulasi masuk kamar tersebut," ujarnya.

Dewi mengaku di antara ketiga pemuda tersebut tidak ada yang mirip Dr Azahari. Ia hampir tidak percaya bahwa di dalam rumah tersebut ada Azahari yang selama ini dicari-cari. Dewi baru sadar ketika bom sudah meledak dan daerahnya jadi terkenal seantero dunia karena gembong teroris Dr Azahari di sana bersembunyi hingga maut menjemput. ''Lo, yang anak-anak masih muda itu ke mana?'' kata Dewi. (Faishol Taselan/Bagus Suryo\N-3)

No comments: