Saturday, November 12, 2005

Ansyaad Mbai: Tewasnya Azahari Tak Hentikan Terorisme

Ansyaad Mbai: Tewasnya Azahari Tak Hentikan Terorisme
M. Rizal Maslan - detikNews


Jakarta - Pemerintah tidak akan kendor dalam upaya memerangi terorisme pascatewasnya Azahari. Sebab tewasnya Azahari menghentikan gerakan terorisme. Gerakan terorisme yang bermotif ideologi dan politik tidak pernah berhenti karena kematian tokohnya.

Hal ini disampaikan Ketua Desk Koordinasi Penanggulangan Teror (DKPT) Kementerian Polhukam Ansyaad Mbai kepada wartawan di kantornya, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jum'at (11/11/2005).

"Kematian Azhari itu bukan berarti sudah mematikan gerakan terorisme itu. Terorisme itu adalah suatru gerakan yang didasari atau motif ideologi dan politik. Gerakan ini tidak akan pernah berhenti karena kematian figur tokohnya," jelas Ansyaad.

Menurut Ansyaad, aksi terorisme yang dilakukan jaringan Azhari mungkin akan berkurang dengan tewasnya Azhari. Namun tentu Azhari bukanlah pelaku tunggal dalam aksi terorisme di Indonesia.

Azhari sendiri dalam struktur Jamaah Islamiyah bukan pada level high ranking. Bahkan instruktur perakitan bom Azahari di Afghanistan masih bergentayangan. "Semua kader-kader dan militan JI dan DI itu rata-rata punya kemampuan merakit bom," jelas Ansyaad.

Dalam skala internasional, Ansyaad mencontohkan, setelah operasi militer besar di Afgnaistan dan Irak, kurang lebih 3.000an tokoh Al Qaeda ditangkap dan mati. Namun setelah operasi militer tersebut, frekuensi serangan teror tiga kali lipat lebih banyak sebelum adanya operasi tersebut.

"Itu artinya, kematian ribuan tokohnya tidak menghentikan, justru mereka lebih militan dan lebih radikal untuk melakukan serangan," tambah Ansyaad.

Dari perspektif sejarah Indonesia, menurut Ansyaad, dapat dibuktikan gerakan radikal yang bermotif ideologi dan politik saat ini sama dengan gerakan radikalisme 50 tahun lalu. Dia mencontohkan gerakan DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat dan Kaharmuzakar di Sulawesi, lalu muncul gerakan PRRI-Permesta, begitu juga antara tahun 1976-1982 muncul kongji-kongji di Jawa dan Sumatera.

"Sekarang muncul lebih radikal dan lebih menggelobal, penangkapan tidak mengurangi militansi, karena terorisme yang kita hadapi bukan teror musiman," ujarnya.

Untuk itu, Anysaad berharap semua pihak jangan berpuas diri dengan keberhasilan menangkap jaringan Azhari. "Justru kita harus meningkatkan kewaspadaan," jelasnya.

Ansyaad mengaku tidak memiliki angka pasti mengenai berapa jumlah orang yang memiliki kemampuan merakit bom. Menurutnya, kalau selama ini ada yang menyebutkan sekitar 300-an orang, itu merupakan catatan kepolisian dari jumlah kader atau militan yang pernah dilatih di Afghanistan dan Moro (Filipina Selatan).

Wilayah yang perlu mendapatkan perhatian setelah tewasnya Azhari, lanjut Ansyaad, tidaklah sulit. Menurutnya, hal itu bisa ditelusuri dari kantong-kantong radikal bila melihat sejarah di atas.(gtp)

Baca juga:
Widodo AS: Tes DNA Terhadap Azahari Tak Diperlukan
Misno Pergi ke Batam Sejak Agustus untuk Mencari Kerja
Polisi Periksa Keluarga dan Tetangga Misno di Cilacap
Cari Amunisi, Polisi Obok-obok Pegunungan di Ponorogo

No comments: