Saturday, November 19, 2005

FILE: Hasan Mahmud Audah

Pada bulan January 1986 sdr Hasan Mahmud Aodah dipanggil ke London untuk menyiapkan literature dalam bahasa arab dan untuk mengadakan hubungan dengan bangsa arab dan beliau juga ditunjuk sebagai ketua Arabic Desk.
Hal ini adalah penting untk menerbitkan suatu majalah berbahasa arab yng tinggi. Untuk itu Hasan Aodah meminta agar Abusardanah dipanggil dari Gazzah karena dia adalah seorang Auditor majalah terkenal dan dia adalah seorang journalis terkenal dan Hasan Aodah juga mengatakan, bahwa dia seorang Ahmadi, padahal Hasan Aodah tahu benar kalau Abusardanah telah mengumumkan dirinya keluar ( dari Ahmadiyah ) melalui ceramah dan juga secara tertulis . Hasan Aodah menyatakan dalam satu suratnya tertanggal 7 Juni 1987 tentang pertemanan dan kecintaan dari Abusardanah.
Ketika diminta laporan dari Jemaat Kababir tentang Abusardanah, maka dari laporan tertanggal 30 Oktober 1986 tersebut diketahui, bahwa dia ( Abusardanah ) masuk Jemaat dizaman Tn Basyiruddin Ubaidillah. Setelah itu melalui satu pengadilan dia menyatakan dirinya sebagai ghair ahmadi, ada copy sertifikat dari pengadilan dan juga dimuat dalam surat kabar “ Al a’dhaa’ “. Oleh karena itu pengumuman tersebut terbit tanggal 22 Maret 1975 dan ada copynya .
Memperhatikan keadaan tersebut, maka Hazrat Amirulmukminin atba memanggil Hasan Aodah untuk menjelaskan kelakuannya itu. Bukannya dia mengakui kesalahannya tetapi malah marah dan menunjukkan adat yang tidak baik seolah olah dia tidak mempunyai kesalahan. Atas kesombongannya itu Huzur memutuskan untuk memberhentikan dari tanggung jawabnya, mengenai hal itu juga telah dikirim sebuah surat tertanggal 9 -12- 1986 kepada ayahnya ( ayah Hasan Aodah ) di Pelistina. Tetapi dalam hal ini Tuan Mustafa Sabit memohon kepada Huzur atba melalui suratnya tertanggal 12 – 12 – 1986 agar Hasan Aodah dimaafkan dan diberi kesempatan sekali lagi untuk berkhidmat.
Hasan Aodah pada tanggal 11 -12 – 1986 dan 12 – 12 – 1986 menulis surat permohonan maaf kepada Huzur dan mengakui kesalahannya dan dia juga menulis, bahwa ayahnya ( Mahmud Ahmad Aodah ) banyak mengetahui tentang Abusardanah. Dia mengakui dengan semua kesalahannya itu.
Dengan penuh kasih sayang Huzur atba memaafkan dan memberi kesempatan kepadanya untuk kembali bekerja. Tetapi pada tanggal 18 -12 -1989 Huzur menulis surat kepada Hasan Aodah, bahwa “ rasanya saya tidak kuasa lagi untuk memberi pengertian kepadamu “

Dari berbagai kantor yang didirikan Huzur atba , dari pimpinan kantor itu diketahui, bahwa bila ada pekerjaan yang diberikan kepada Hasan Aodah, maka dia tidak menunjukkan kerjasama yang baik. Oleh karenanya Add Wakilut Tabsyir dalam hal ini menyampaikan penyesalan kepadanya melalui surat tertanggal 27 – 5 – 1987.
Pendek kata perintah yang diberikan langsung oleh Huzur dia kerjakan, tetapi kadang kala dia tidak merasa hawatir / tidak mengindahkan perintah Khalifah. Maka dengan sangat menyesal pada tanggal 18 – 7 – 1988 Huzur menulis kepadanya, bahwa orang yang tidak taat kepada pegawai yang telah saya tunjuk berarti dia tidak mentaati perintah saya.
Hasan Aodah mempunyai kebiasaan menggunakan uang tanpa persetujuan kantor yang bersangkutan. Maka dalam hal ini telah ditulis surat kepadanya pada tanggal 19 – 4 – 1986 dan 21 – 10 – 1986, bahwa untuk pengeluaran kantor harus ada persetujuan dari kepala kantor yang bersangkutan. Begitu juga dia sering meninggalkan tempat tampa izin. Untuk hal itu telah diingatkan secara tertulis pada tanggal 30 – 12 – 1986. Berperasangka buruk kepada atasannya adalah adat kebiasaannya. Lebih jelasnya ada dalam surat tertanggal 7 – 4 – 1986.
Tidak ada sopan santun dihadapan pimpinan seksinya. Sehingga pada tanggal 31 – 5 – 1988 Huzur memberi petnjuk tentang itaat serta menjaga tatakrama kepadanya, Huzur atba juga menulis, bahwa selain berita yang baik kami juga menerima perkataan yang menyakitkan dari anda.
Dalam hal itu dia menulis surat penyesalan dan istigfar kepada Huzur atba serta menulis beberapa doa yang masnun sebagai tanda maafnya.
Untuk majalah At-Taqwa Huzur telah menetapkan satu Dewan Editor dan Beliau memberi petunjuk kepada seluruh anggota dewan editor, bahwa sebelum artikel majalah tersebut belum siap dan belum diedit maka majalah tersebut tidak akan diterbitkan. Walaupun sudah ditekankan demikian namun Hasan Aodah atas prakarsa sendiri berusaha menyiapkan majalah tersebut dan tidak merasa perlu bermusyawarah dengan anggota dewan editor. Sehingga penerbitan majalah tertunda beberapa bulan lamanya dan satu lagi kerugiannya adalah, bahwa banyak kesalahan dalam majalah tersebut dan dalam satu nomor ada beberapa tulisan pilihan tentang mubahalah yang tidak dimuat.
Tentang seratus tahun jubli eisyu dia tidak memperdulikan petunjuk petunjuk Huzur atba sehingga jubli eisyu tidak dapat terbit pada waktunya dan juga tidak mengadakan perbaikan dan musyawarah dengan dewan editor. Alhasil majalah tersebut sangat terlambat, karena tidak bekerjasama dengan organisasi serta tidak mentaati petunjuk petunjuk Hazrat Khalifatul Masih IV atba, maka Huzur atba memberhentikan dia dari pengurus majalah berbahasa arab At Taqwa.
Salah satu tugasnya di Arabik Desk adalah menterjemahkan khutbah-khutbah Huzur kedalam bahasa arab kemudian menyampaikannya ke Negara-negara arab tepat waktu. Dalam pekerjaan itu dia sangat malas sehingga terjadi keterlambatan. Walaupun sudah berkali-kali di ingatkan agar pekerjaan dipercepat tetapi tetap saja malas. Dalam hal itu pada tanggal 16-1-1987 , 24-1-1987 dan 26-1-1987 telah ditulis surat agar frekuensi kerja dipercepat. Dari beberapa kali peringatan ahirnya ada sedikit kemajuan tetapi kemudian mulai muncul pengaduan, bahwa ada beberapa kata dipakai dalam terjemahan yang tidak sesuai sehingga keluar dari isi dan pesan yang sebenarnya.
Setelah diberhentikan dari kepengurusan majalah At Taqwa, kemudian Huzur sendiri menulis kepadanya, bahwa kepadanya akan diberikan tugas terjemahan. Untuk itu tolong di cek khutbah-khutbah mana saja yang telah diterjemahkan dan mana saja yang belum diterjemahkan. Dalam hal ini buatlah schedule pekerjaan anda dan berikan pada kami, tetapi dia sedikitpun tidak memperdulikan perintah tersebut.
Selain itu ada beberapa pekerjaan yang ditugaskan kepadanya yang telah beberapa kali diingatkan agar dikerjakan, namun tetap lalai dalam pelaksanaannya. ( Copy nya ada dalam file ).

Ada sesuatu hal yang sangat berbahaya, bahwa dia berusaha mempengaruhi pandangan orang-orang Pakistan atau bukan Pakistan, bangsa arab atau bukan bangsa arab dan tentang tinggi rendahnya pandangan. Dan sasaran pertamanya ditujukan kepada seorang pemuda ahmadi Denmark yang sedang menuntut ilmu disini. Ahirnya pemuda itu terpengruh dan keluar dari jemaat.

Ketika dia diberhentikan dari editor majalah At Taqwa, maka dia terus menerus menzahirkan pandangan tersebut diatas. Sehingga perlu dibahas disini tentang seorang pemuda Inggris yang bukan Islam dari Birmingham yang bernama Muzafar Farist. Bahwa untuk menambah keimanannya Hasan Aodah bukannya memberikan kisah yang menarik tentang keimanan malah dia mulai meniupkan keragu-raguan, bahwa Al- Quran terbitan Pakistan penuh dengan kesalahan-kesalahan dan dia katakan, bahwa ada perbedaan dalam I’rab dan hurufnya dengan Al-Quran yang biasa terbit di Arab. Dengan demikian suatu yang tidak berdasar dan salah telah membuat pemuda bukan islam itu keluar dari petunjuk.

Penjelasan ini ada dalam surat Aodah tanggal 31-5-1989 bersma surat Muzafar Farist. Untuk itu pada tanggal 28-5-1989 Huzur atba menulis surat kepadanya dimana Huzur menampakkan kesedihan atas caranya meniupkan keragu-raguan kepada manusia. Atas semua itu Aodah menulis surat dan mengakui kesalahannya pada tanggal 7-6-1989.
Selain itu dia bukannya menanamkan ketenangan kepada pemuda-pemuda ahmady lainnya yang berasal dari berbagai Negara bahkan mengaburkan kebenaran Ahmadiyah dan juga menimbulkan keburukan, bahwa na’uzubillah beberapa da’wa Hazrat Masih Mau’ud itu tidak jelas, dan beberapa nubuatan Hazrat Masih Mau’ud tidak sempurna. Dalam hal surat dari seorang pemuda Mauritus terlampir sebagai bukti dari semua fakta diatas.
Selain itu dia juga mengatakan hal serupa kepada seorang pemuda yang mukhlis dari Tunisia yang bernama Ubadah Barbosh yang bekerja di Raqeem Press Islam Abad, dalam hal ini ada surat dari Ubadah Barbosh, mengenai hal itu ada surat dari Ubadah Barbosh.

Dari situ jelaslah, bahwa secara keyakinan dia sudah jauh dari Ahmadiyah dan dia menghendaki agar ghair muslim dan para pemuda yang kurang pengetahuannya tentang Ahmadiyah membenci dan menjauhi Ahmadiyah. Orang seperti itu tidak layak bekerja sebagai muballigh. Setelah menerima surat dari pemuda Mauritus itu, maka Huzur atba menetapkan Tuan Hilmi Assyafi’i, tuan Basyir Ahmad Khan Rafiq, Add wakilut tasnif, Abdul Hamid dan Abdur Rahman dari Mauritus dalam satu komisi. Laporan dari komsi tersebut terlampir.

Setelah itu Aodah pada tanggal 16-6-1989 diminta untuk mengembalikan pimpinan Arabik Desk. Untuk itu keesokan harinya dia mengembalikan kantornya, tetapi dia tidak mengembalikan buku buku Hazrat Masih Mau’ud as dan khutbah khutbah Hazrat Khalifatul Masih dll serta kaset kaset dan juga tidak ada niat untuk mengembalikannya.
Setelah itu tanpa memberitahukan siapapun dia meninggalkan Islam Abad dan pindah ke tempat lain. Dan beberapa hari kemudian muncul berita tentang kemurtadannya serta pertemuannya dengan Mansoor Cinioti.

Innaa lillahi wa innaa ilihi raji’un.

No comments: