Monday, October 10, 2005

TAJUK RENCANA: Kita Bantu Korban Gempa & Lemah Data dan Administrasi

KOMPAS--Opini | Senin, 10 Oktober 2005

TAJUK RENCANA

Kita Bantu Korban Gempa

Gempa bumi yang menghantam wilayah Pakistan, India, dan Afganistan, Sabtu, sungguh dahsyat. Gempa 7,6 skala Richter itu menelan korban puluhan ribu jiwa.

Minggu (9/10) sore jumlah korban tewas di ketiga negara ditaksir telah lebih dari 18.300 orang. Angka tersebut diyakini akan lebih besar lagi apabila regu penolong bisa menjangkau kawasan terpencil yang juga diguncang gempa di wilayah Kashmir yang dikontrol Pakistan, juga wilayah provinsi barat laut negeri ini.

Juru Bicara Militer Pakistan Mayor Jenderal Shaukat Sultan seperti dikutip CNN mengatakan, di sejumlah wilayah seluruh desa hancur dan di sejumlah wilayah lain bahkan seluruh kota hancur. Juru bicara militer tersebut juga menyebutkan, dari jumlah korban di atas, sekitar 18.000 berasal dari Pakistan, dan mayoritas memang warga Kashmir yang dikontrol Pakistan. Sementara jumlah korban luka ditaksir tak kurang dari 41.000 orang. Adapun di wilayah Jammu Kashmir yang dikuasai India jumlah korban yang diketahui sekitar 250 orang.

Menyusul terjadinya gempa, Pakistan dan dua negara lain yang diguncang gempa telah melancarkan operasi kemanusiaan. Di Pakistan bahkan merupakan operasi penanggulangan bencana yang paling besar.

Melihat skala bencana yang terjadi, Pakistan memang menjadi negara yang paling berat menanggung bencana gempa Sabtu lalu. Ucapan bela sungkawa pun mengalir dari berbagai penjuru dunia. Seiring dengan simpati, negara-negara juga menawarkan bantuan.

Sebagai negara yang acap mengalami bencana gempa bumi, kita memaklumi, gempa yang berlangsung selama beberapa menit itu lazimnya meninggalkan dampak yang untuk menanggulanginya perlu waktu bertahun-tahun, dengan kerugian jiwa dan material yang luar biasa.

Terjadinya bencana membuat pihak-pihak yang bertikai pun bisa menyisihkan ketegangan. Perdana Menteri India Manmohan Singh telah menelepon Presiden Pakistan Pervez Musharraf dan menawarkan bantuan. Kedua negara telah berperang selama tiga kali—dua di antaranya mengenai Kashmir—semenjak merdeka dari penjajahan Inggris tahun 1947.

Kebersamaan dalam semangat kemanusiaan, khususnya manakala terjadi bencana alam, memang terbukti mampu mengatasi perbedaan pandangan politik yang sering ada di antara negara bertetangga.

Kini, meski kita sendiri tengah dililit berbagai persoalan, kita pun terpanggil untuk mengulurkan tangan untuk memberikan bantuan kepada saudara-saudara di ketiga negara, khususnya Pakistan. Apalagi ketika kita dilanda tsunami, Pakistan pun mengulurkan bantuan.

***
Lemah Data dan Administrasi

Dari data warga miskin dan administrasinya, kita diingatkan akan kelemahan kita. Lemah dalam mengumpulkan dan mengelola data serta pengadministrasian.

Padahal untuk tujuan baik pemerintah memberikan dana kompensasi kepada warga miskin, kita tahu betapa pentingnya data dan administrasi. Bahkan vitalnya data dan administrasi warga bertambah nyata lagi jika dihubungkan dengan tantangan keamanan yang diguncang aksi teror. Untuk mengusut aksi teror kedua di Bali pun, petugas keamanan segera turun ke lapangan, mencari informasi perihal alamat tersangka dan keberadaannya.

Kelemahan perihal data dan administrasi di lapangan bukan saja kelemahan pemerintah, tetapi kelemahan kita bersama. Sebab, sebagai warga pun, kesadaran mematuhi ketentuan hal-hal kependudukan juga lemah.

Data, fakta, angka, ternyata bagian esensial dari kemajuan hidup bermasyarakat. Implikasinya bukan saja individual, sekaligus kolektif, kebersamaan sebagai sesama warga. Agar terkumpul, bisa diuji dan siap pakai untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan hidup bermasyarakat, data itu harus dicatat dan diatur dalam tata administrasi yang selalu dibuat aktual dan relevan.

Tidak berlebihan jika pemahaman dan sikap disiplin terhadap data, angka, dan administrasi adalah sikap warga, masyarakat, dan negara yang melangkah maju. Apa boleh buat, hidup dalam peradaban yang maju memerlukan data, angka, dan administrasi.

Pendekatan komprehensif ini pun sekaligus menjelaskan mengapa kita berpendapat, kelemahan dalam soal data dan administrasi merupakan kelemahan kita bersama. Artinya, jika akan diperbaiki, semua pihak harus ikut serta dan ikut pula bertanggung jawab.

Atas alasan itu pula, misalnya, Gubernur DKI Jakarta dalam persoalan data dan administrasi warga miskin menyampaikan kesulitannya, tidak semua warga miskin di Jakarta terdaftar atau sudah terdaftar. Mereka mungkin terdaftar di daerah asal, tetapi belum terdaftar di Jakarta atau terdaftar ganda, di daerah dan di Jakarta.

Mengapa masalah kelemahan data dan administrasi kita kemukakan? Pertama untuk sedapat mungkin masih mengejar perbaikan, mengejar aktualisasi data dan administrasi agar jangan ada warga miskin yang dirugikan dalam urusan dana kompensasi kenaikan harga BBM.

Kedua, bersama dengan pertimbangan pertama adalah pertimbangan komprehensif dan strategis, yakni memahami dan menyadari, penguasaan secara cermat atas data dan administrasi adalah bagian integral dari langkah dan upaya kemajuan masyarakat, bangsa, dan negara.

Kita tegaskan, karena secara umum, kita masih lemah dalam pemahaman dan kesadaran perihal data berikut administrasinya. Kelemahan ini berpengaruh negatif tidak saja pada tata pemerintahan dan pelaksanaannya, sekaligus juga berpengaruh negatif terhadap pemahaman, langkah, dan kultur kita dalam urusan sosial, ekonomi, dan urusan-urusan lain dalam kehidupan kita bersama. Bahkan ketika bom meledak di Bali, serentak tampak dan terasa arti kekurangan data kependudukan, tempat tinggal, pendaftaran pada instansi lokal. Membuat lebih sulit mencegah aksi teror dan menindaknya.

No comments: