Monday, October 10, 2005

Berani Hidup

Berani Hidup

APA yang Anda rasakan dalam hidup ini? Apakah Anda merasa senang, puas, bahagia, nyaman, enak, tenang, damai atau kondisi lainnya yang bertolak belakang? Sebagian orang merasa hidup ini merupakan kondisi yang tidak menyenangkan karena diwarnai dengan berbagai macam masalah yang seakan-akan tidak ada habis-habisnya.

Biaya pendidikan mahal. Tidak ada lapangan kerja sehingga tidak bisa kerja. Kalaupun ada lowongan kerja, tidak masuk dalam perhitungan syarat yang ditentukan. Harga yang semakin tinggi. Tuntutan hidup yang semakin tinggi. Kebijaksanaan pemerintah yang tidak berpihak, dan masih banyak lagi kondisi-kondisi yang terjadi dalam kehidupan ini, yang dapat dianggap sebagai masalah kehidupan.

Mereka yang berpikiran sempit akan menggunakan jalan pintas untuk segera mengakhiri hidup ini. Dalam satu tahun terakhir, banyak orang yang mengakhiri hidupnya dengan sia-sia karena tidak dapat menanggung beban kehidupannya. Ada anak sekolah yang mengakhiri hidupnya gara-gara dikatakan sebagai anak penjual bubur. Orang tuanya memang berjualan bubur ayam, yang jauh lebih mulia daripada orang kaya yang korupsi.

Mereka yang berpikiran sempit, bisa jadi akan berpikir bahwa kehidupan di alam yang lain, terutama di sorga, akan lebih baik. Tidak ada kepincangan, tidak ada perbedaan, tidak ada kesulitan dan seterusnya. Sorga merupakan alam yang sangat menjanjikan, digambarkan penuh dengan segala kesenangan dan kenikmatan. Siapa yang tidak mau kesana? Inilah pertanyaan berikutnya yang disampaikan dengan penuh semangat walaupun penanyanya sendiri belum pernah pergi ke sana.

Tidak mengherankan bila banyak orang yang terbius angin sorga. Ada yang bunuh diri bersama-sama, bersama pemimpinnya. Ada yang rela melakukan bom bunuh diri. Ada yang gantung diri dengan usaha sendiri, dan masih banyak lagi cara yang lainnya. Satu hal yang perlu dipertanyakan; apakah mereka akan mendapatkan kebahagiaan di alam yang baru? Apakah mereka benar-benar lahir di alam yang lebih baik?

Dalam berbagai kesempatan, Sang Buddha menjelaskan bahwa hidup ini dukkha, diwarnai dengan berbagai kondisi yang tidak menyenangkan. Selain berbagai kondisi yang ada di luar yang menimbulkan dukkha, badan kita sendiri adalah sumber dukkha; sarang berbagai penyakit, akan menjadi lapuk atau tua, dan akhirnya akan mati. Ini sebuah kesunyataan, berlaku pada siapa saja di berbagai belahan dunia ini.

Semua kondisi yang tidak menyenangkan ini --suatu saat nanti, di masa yang akan datang- akan berakhir. Tepatnya, ketika semua kekotoran batin lenyap, ketika seseorang mencapai tingkat kesucian yang tertinggi, ketika pikiran tercerahkan. Inilah kondisi yang disebut nibbana. Dan untuk mencapai tujuan akhir tersebut, Sang Buddha telah menguraikan teori dan tekniknya. Semuanya sudah jelas, yang diperlukan hanyalah mempraktikkan dalam kehidupan ini.

Alam dewa bukanlah kondisi yang kekal untuk selamanya. Kehidupan di tigapuluh satu alam diwarnai dengan perubahan, kesedihan, perpisahan, dan berbagai kondisi yang tidak menyenangkan lainnya. Selain itu, tidak ada yang bisa menjamin apakah kita akan lahir di alam yang lebih baik atau lebih buruk. Yang bisa menjamin adalah perbuatan diri sendiri. Sesuai dengan yang ditanam, demikian pula buah (akibat) yang akan dipetik (diperoleh).

Di zaman sekarang, hidup memang terasa lebih menyesakkan dada, terutama setelah harga BBM naik dan pendapatan tidak akan serta merta naik. Ini hanya salah satu masalah yang muncul, selain masalah lainnya dalam kehidupan ini. Apa pun yang terjadi, marilah kita hadapi hidup ini dengan bijak. Jadikan kondisi yang ada untuk memperbaiki diri, melatih diri, meningkatkan pengertian kita tentang hidup dan kehidupan ini sehingga menjadi manusia yang berani hidup.

No comments: