Wednesday, October 26, 2005

Masih Layakkah Dikatakan Umat Islam?

Jikalau tidak ada lagi nabi atau khalifah yg hidup, sehingga tiada lagi kepatuhan dan taat dari umat, apakah masih layak kemudian dikatakan sebagai umat Islam?



From: "ma_suryawan"
Date: Wed, 26 Oct 2005 05:50:34 -0000
Subject: ~JIL~ Re: Kenapa saya berpendapat, Islam harus dikritik?

Assalamu'alaikum,

Sepakat dengan penjelasan Pak Chodjim, juga Hz. Abu Bakr r.a. di
sebut sebagai khalifah rasulullah, bukan khalifahnya orang Islam.
Sama seperti Hz. Umar, Ustman, Ali r.a. sebagai amirul mu'minin,
bukan pemimpinnya orang Islam. Dengan kata lain, mereka berempat
adalah khalifah rasulullah, dan juga sekaligus amirul mu'minin.

Mungkin penjelasan ini juga bisa bermanfaat buat mas Noval, di mana
orang Islam sering menyebut dirinya sebagai golongan ahlul sunnah wal
jamaah atau nama populernya sunni. Penyebutan demikian sangat akrab
di telinga kita, apakah itu Muhammadiyah, NU, Persis, dst atau
(bahkan JIL?) juga biasa menyebut dirinya sbg golongan Sunni, sebagai
pembeda dari golongan Syi'ah, artinya Sunni menerima khalifah
rasulullah (Abu Bakr) dan amirul mu'minin (Umar, Ustman, Ali) sebagai
penerus/pengganti Nabi s.a.w., sementara gol Syiah hanya menerima Ali
saja.

Sebenarnya yang dimaksud dengan 'Sunni' berabad kemudian bersandar
pada perkataan Rasulullah s.a.w. dari hadits riwayat Abu Daud yang
menjelaskan, kata kanjeng nabi: bahwasanya barangsiapa yang hidup
lama diantara kamu niscaya dia akan melihat berjangkitnya
perselisihan yang cukup banyak. Maka ketika itulah hendaknya
berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para khalifah yang rasyiddin
dan mahdiyyin dan pegang teguhlah bagaikan kamu menggigitnya dengan
geraham-mu.

Yang dimaksud sunnah adalah perbuatan/sikap/contoh dari Hz.
Rasulullah s.a.w. sebagai seorang nabi/rasul dan sunnah para khalifah
yg rasyiddin dan mahdiyyin sebagai pengganti (successor) dari seorang
nabi/rasul. (Tidak ada disebut kata Islam didalamnya)

Jadi, yang disebut "ahl sunnah" sejatinya adalah orang yang mengikuti
dan mengamalkan cara hidup rasul s.a.w. dan para khalifahnya serta
yang perjalanan hidupnya seperti perjalanan hidup Rasulullah s.a.w.
dan para khalifahnya yang rasyidin dan mahdiyyin.

Apakah yang mengikuti dan mengamalkan cara hidup Rasulullah s.a.w.
dan para khalifahnya lantas kemudian dikatakan sebagai orang Islam?
Nampaknya ada kriteria lain yg pantas disebut sebagai orang Islam,
yaitu bersumber dari makna perkataan 'Islam' itu sendiri yaitu damai,
patuh, taat.

Satu aspek terpenting dari sunnahnya Kanjeng Nabi s.a.w. adalah:
bahwa Rasulullah s.a.w. dan para khalifahnya telah menggalang satu
umat yang damai, kompak, bersatu, patuh dan taat kepada pimpinan
yaitu Hz. Rasulullah s.a.w. sendiri, yang kemudian diteruskan oleh
para khalifah rasulullah. Umat yang demikian disebut sebagai kaum
muslimin, karena mereka patuh, tunduk serta taat kepada Rasulullah
s.a.w. dan khalifah rasyidin.

Jikalau tidak ada lagi nabi atau khalifah yg hidup, sehingga tiada
lagi kepatuhan dan taat dari umat, apakah masih layak kemudian
dikatakan sebagai umat Islam?

Salam,
M. A. Suryawan


--- wrote:
>
> Salaamun 'alaykum, Mas Noval.
>
> Saya hanya ingin menanggapi sebagian dari tulisan Anda. Di mana
masalahnya? Masalah yang amat krusial inilah yang melanda kebanyakan
umat Islam. Masalah itu ialah mempersamakan Islam dengan Rasulullah,
dan bahkan mempersamakan Islam dengan Allah. Jika ini yang kita
lakukan, maka hidup kita mengabdi kepada thagut.
>
> Coba perhatikan, perintah Allah yang termuat di dalam Alquran.
Artinya, Allah tidak sama dengan Alquran. Kitab Alquran hanya sarana
untuk menampung perintah Allah. Jadi, ALLAH jangan sekali-kali
dikerdilkan menjadi Alquran. Lalu, di Alquran disebutkan bahwa jika
sesama orang beriman terjadi perselisihan, maka harus dikembalikan
atau diserahkan kepada ALLAH dan RASULNYA.
>
> Salahnya, hal itu tidak diserahkan kepada ALLAH dan RASUL, tapi
kepada teks-teks yang diam seribu bahasa, yaitu dengan istilah
kembali kepada Alquran dan Assunnah. Kita lupa bahwa ALLAH ialah Dzat
Yang Mahahidup dan Mahamengetahui. Dialah yang bisa memberikan solusi
terhadap perselisihan umat orang-orang beriman. Lalu, kembali kepada
Rasul adalah "Rasul yang hidup" bukan "rasul yang mati". Kalau
perselisihan diserahkan kepada yang mati, maka yang terjadi adalah
rebutan kuasa bagi pihak-pihak yang berselisih itu. Karena umat Islam
menyerahkan perselisihannya kepada teks yang tidak bisa bicara dan
rasul yang mati, maka jawabannya akan datang dari thagut. Dan,
ketahuilah bahwa thagut itu mengeluarkan manusia dari cahaya menuju
area yang gelap.
>
> Islam bukanlah ALLAH, dan bukan RASUL. Islam hanyalah produk
manusia yang mengaku beragama Islam. Sebagai produk ia dapat salah
dalam perjalanannya. Hanya kebenaran ALLAH yang absolut yang tidak
dapat salah. Inilah yang harus kita camkan!
>
> Islam sebagai produk tidak sama dengan Alquran!! Dan, yang
diinformasikan dalam Alquran bahwa diin yang diridhai Allah adalah AL-
ISLAAM DIINA. Coba perhatikan sedalam-dalamnya perbedaan antara ISLAM
dan AL-ISLAAM DIINA. Kalau dibahasa inggriskan, ISLAM = ISLAM
sedangkan Al-Islam diin = Diin of Al-Islaam. Kata "al" itulah
kuncinya. Dan, ini bisa dahsyat perbedaannya.
>
> Dalam Alquran yang berbahasa Arab itu, umat Muhammad
disebut "alladziina aamanuu". Tak ada informasi secuilpun dalam
Alquran bahwa umat Muhammad itu umat Islam. Sehingga para sahabat
besar yang menjadi khalifah sepeninggal Nabi Muhammad disebut "amir
al-mu'miniin" dan bukan amir al-muslimiin.
>
> Kata "al" dalam bahasa Arab bisa bermakna "definite article" yang
kalau dikaitkan dengan "diin" yang diterima Rasulullah, berarti "the
real way yang diterima Nabi dari Allah dan diajarkan kepada orang-
orang yang meneladani beliau". Jadi, islam yang diinformasikan dalam
QS 5:3 ini adalah teladan nyata dalam kehidupan yang dipraktikkan
oleh Nabi Muhammad. Jadi, al-Islam bukanlah "ajaran abstrak yang
berupa teks".
>
> Kata "al" juga bermakna "the whole atau all". Dengan
demikian, "semua bentuk penyerahan diri Rasul kepada Tuhan"
adalah "diin al-Islam". Inilah yang diridhai Allah dan wajib
diteladani oleh umat. Jadi, Al-Islam bukanlah Islam yang bersandar
pada ajaran yang beranak-pinak yang berupa fikih, hadis, dan lain-
lain teks yang tumbuh sepeninggal beliau.
>
> Semoga penjelasan saya ini bisa direnungkan!
>
> Wassalam,
> chodjim
>
>
>
> -----Original Message-----
> From: Noval Adib
> Sent: Tuesday, October 25, 2005 2:16 PM
> Subject: ~JIL~ Re: Kenapa saya berpendapat, Islam harus dikritik? --

> Bagian kedua
>
>
> Tapi ketika anda sekarang mengatakan bahwa Islam juga bermasalah,
> bukan hanya umat Islamnya, maka dengan demikian rasulullah
> bermasalah, Allah juga bermasalah. Atau bagaimana anda mengawinkan
> pendapat anda tentang Islam yang sekarang dengan pendapat anda
> hampir setahun yang lalu itu?
>
> Wassalam,
>
>
> Noval

No comments: