Tuesday, October 25, 2005

Islam’s response to contemporary issues (3)

Sekali lagi, ini masih terjemahan mentah, Bung!

>>>>>

III. KEDAMAIAN SOSIO-EKONOMI

1. Pendahuluan
2. Keadilan ekonomi dibawah kapitalisme, sosialisme dan Islam
3. Membelanjakan harta dijalan yang benar, walau dimasa sulit
4. Membelanjakan harta bagi kaum miskin
5. Bersyukur
6. Berterima kasih pada manusia
7. Kegunaan meminta-minta
8. Keterbukaan dan kerahasiaan
9. Tanggung jawab sosial
10. Perluasan perbelanjaan
11. Contoh dari masa awal Islam
12. Berkorban bagi sesama
13. Larangan meminum arak dan perjudian

(Al-Baqarah: 266)

(Ali-Imran: 15)

PENDAHULUAN
Islam menggunakan istilah nasihat bagi wilayah yang berhubungan dengan sosio dan ekonomi. Jika ajaran semisal ini diterapkan ia akan merubah suasana temaram dan gulita menjadi bersinar dan terang benderang

KEADILAN EKONOMI DIBAWAH KAPITALISME, SOSIALISME DAN ISLAM

Keadilan ekonomi adalah slogan yang indah. Semua pihak berkeinginan agar hal ini di monopoli mereka sekaligus dibuat eksklusip. Slogan ini didengungkan baik di masyarakat kapitalis maupun sosialis. Keduanya berbicara tentang keadilan ekonomi, namun saya mohon maaf jika harus menyampaikan kegundahan hati saya bahwasanya kedua mereka gagal menerapkan keadilan secara utuh ditinjau dari prinsip keadilan ekonomi. Lebih jelasnya saya bahas dibelakang.
Konsep keadilan mutlak oleh Islam sangatlah luas, ia nya meliputi segala aspek ajaran Islam bahkan lebih jauh lagi ia melangkah lebih jauh.
Dalam masyarakat sosialis, upaya keras diterapkan guna menyamaratakan seluruh masyarakat. Menurut sistem ini jika sebidang tanah diairi dengan baik dan setara tinggi maka tanah itu akan menghasilkan produk yang sama pula. Tidak ada pertanyaan dan keinginan dari kaum miskin maupun kaya dimana untuk yang terakhir ini dirampok sedemikian rupa dengan paksa untuk membagi surplus kekayaannya.
Di masyarakat kapitalis, mereka berbicara tentang kesempatan yang sama bagi setiap strata sosial untuk berkiprah didalam ekonomi pasar bebas. Walau ada tekanan dari beberapa kelompok seperti organisasi buruh, kiranya kesejahteraan para buruh ini masih sangat memprihatinkan.
Dalam sistem ekonomi sosialis jika diterapkan sempurna maka tidak ada bagian masyarakat yang menuntut lebih. Namun prakteknya tidak demikian. Pemerintah akan membagi seluruh kekayaan menurut kebutuhan rakyatnya. Tidak ada ruang untuk berbagi kebutuhan diantara rakyat yang berkelebihan kepada yang kurang mampu. Dalam masyarakat seperti ini ‘kebutuhan’ tidak lagi memainkan peranan penting.
Sistem kapitalis dilain pihak ‘kebutuhan’ merupakan orientasi. Kaum miskin diberikan hak mengutarakan ketaksetujuannya dan didengar, mereka diberikan peluang membentuk organisasi penekan kemauan mereka antara lain serikat buruh, pemogokan dan sejenisnya.
Islam berupaya mengingatkan pemerintah dan kaum kaya akan kewajiban mereka menstabilkan ekonomi, kaum miskin dan lemah tidak dibiarkan tertinggal dan diberikan kebebasan bersaing wajar memilih profesinya, kemudahan pendidikan, tempat tinggal dan kebutuhan dasar wajar kehidupan manusia. Hal-hal seperti inilah yang kerap kali menimbulkan kepedihan dalam sejarah manusia dan inilah hal wajar dalam perjuangan hidup. Islam dalam hal ini ‘memberi’ ketimbang ‘mengambil’, ‘menyimpan’. Pemerintah dan kaum kaya secara terus menerus mesti memperhatikan bagian masyarakat lemah seperti ini. Negara Islam yang benar mesti mengambil peran dalam mencukupinya sehingga protes dari warga negara yang dapat mencederai perdamaian menimbulkan kesedihan dapat dihindari.
Dalam hal ini Islam sepertinya mirip dengan kaum sosialis, namun sebenarnya tidak demikian. Islam mencapai tujuannya sama sekali berbeda dengan jalan paksaan yang biasa ditempuh kaum sosialis.
Waktu yang singkat dalam ceramah ini membatasi saya menelaah lebih detail tentang bagaimana Islam mencapai tujuan yang mulia ini. Namun secara singkat saya dapat menggambarkan bahwa cara Islam dalam menangani hal ini tidak seperti filsafat dialectic materialis yang tak memiliki jiwa atau tidak bersesuaian dengan keadaan alami manusia.
Hal lain lagi adalah Islam menciptakan atmosfir dimana kebutuhan akan hak asasi tidak tumpang tindih dengan hak orang lain. Aras kesadaran dan kepekaan manusia diangkat sedemikian tingginya sehingga individu merasa kepentingan masyarakat lebih didahulukan daripada kewajiban masyarakat kepada individunya.
Tunaikan hak pekerja lebih dari yang diberikannya, ucapan ini berulang-ulang disampaikan Rasulullah saw pada sahabatnya. Bayarlah upahnya sebelum keringatnya kering. Jangan memberi tugas kepada bawahanmu melebihi tugas yang engkau sendiri jika mengerjakannya tidak akan mampu. Sebaik mungkin berilah makan pekerjamu sama dengan yang engkau makan. Berilah pekerjamu pakaian yang layak seperti yang kamu pakai. Jangan menghukumnya tanpa alasan jelas, karena nanti kamu dimintai pertanggung-jawaban oleh Tuhan. Undanglah ia sesekali makan bersamamu dan layani ia (dari berbagai Hadist)

MEMBELANJAKAN HARTA DENGAN PANTAS

Fitrati manusia untuk menyombongkan diri sangatlah besar untuk itu Allah swt mengatur kode etik dalam hal pemenuhan kebutuhan bagi si miskin dan yang memerlukan serta dengan cara bagaimana ia dilakukan.
Allah swt akan mengampuni orang-orang yang :

(Ali-Imran:135)

MEMBELANJAKAN HARTA BAGI KAUM MISKIN

Konsep sedekah kebanyakan tidak dimengerti banyak orang, padahal harga diri orang yang bersedekah amatlah tinggi, sedangkan bagi yang menerima ada rasa malu yang amat sangat. Islam mengubah cara pandang seperti itu.
Amat menakjubkan analisis orang kaya dan orang miskin oleh ayat berikut ini:

(Al-Dariyat:20)

Ada dua hal penting dari perkataan HAQ (menerangi, benar) yang berbicara tentang kecendrungan seseorang ketika bersedekah. Pihak yang memberi diingatkan begitu pula yang menerima. Ada suatu yang salah pada ekonomi saat satu pihak dibiarkan meminta-minta hanya untuk keperluan hidup sehari-hari. Pada sistem ekonomi yang baik dan sehat maka tidak ada meminta-minta untuk keperluan hidup. Pesan ini ditujukan pada penerima sedekah bahwa tidak ada cela pada mereka untuk berlaku demikian. Adalah hak mereka untuk tetap bertahan hidup apakah itu dengan kemampuan mereka sendiri ataupun melalui bantuan orang lain.
Seperti diterangkan sebelumnya. Ajaran Tuhan langsung berhubungan erat dengan sifat alami manusia. Setiap upaya menggangu keseimbangan alami ini akan terkoreksi langsung.

SYUKUR
Seperti dibicarakan didepan maka bahaya laten mengancam mereka yang menyalahgunakan sedekah. Selain tidak bersyukur pada pemberi sedekah, mereka malah mengatakan ini adalah hak mereka yang wajar. Begitu juga tidak ada keharusan untuk bersedekah jika sedekah diharapkan akan menaikkan pamor pemberi sedekah.
Kembali kepada penerima sedekah, Al-qur’an berulangkali menyatakan adalah sia-sia bagi mereka yang menghitung-hitung sedekahnya.

(Az-Zumar:8)

Lebih jauh lagi Rasulullah saw berkata :

Seseorang yang tidak berterima kasih pada sesamanya maka orang itu tidak berterima kasih pada Tuhan

Sebagai implikasinya adalah seseorang yang tidak berterima kasih kepada sesama meski ia berterima kasih dengan Tuhan, kebajikannya itu tidak diterima oleh Tuhan. Singkatnya peduli sesama, hormat kepada yang mulia dan berterima kasih sangat dihargai oleh Al-Qur’an. Akan halnya ayat Az-Zumar diatas tidak berarti menerima sumbangan dan peduli dari orang lain dilarang, namun jangan pula penerima menderita secara pribadi mungkin juga kehinaan dan inilah yang diangkat oleh makna ayat itu.
Kembali kepada si pemberi atau donor, Islam memandang mereka sebagai suatu berbeda dari pandangan luar Islam. Adalah suatu kemuliaan menerima bantuan dan simpati orang lain. Islah menyuruh kepada donor untuk memperhatikan si miskin dan pengkhidmatan mereka akan dinilai tinggi dalam Islam dan akan mengundang kecintaan Tuhan kepada mereka.
Dari segi ini nyata bahwa Muslim sejati pengorbanan sejati bukan berdasarkan kebutuhan dan dasar kemuliaan yang akan diperoleh akibat pengorbanannya melainkan semata-mati mencari keridhoan sang pencipta dan inilah tujuan pengorbanan itu sendiri.
Dari prinsip sederhana diatas, apapun yang dibelanjakan atas dasar pengungkapan kepedulian dan semata-mata ridha akan Tuhan akan bersesuaian dengan ayat Al-Qur’an:

(Al-Baqarah:4)

Oleh karena itu , bukan dikarenakan oleh basa-basi orang beriman itu menolak sedekah namun dikarenakan sebab yang hanya diketahui oleh dia sendiri lah ia menolaknya jadi hanya ia dan Tuhan yang mengetahuinya. Orang beriman jika mengetahui hakekat sebenarnya dari sedekah akan merasa terhina sekali jika menerimanya dan ia akan mengucapkan terima kasih atas pemberian yang didasarkan demikian. Lebih jauh Al-Qur’an mengatakan berkenaan hal ini

(Al-Dahr:9-10)

Dengan hanya memberi makan orang saja tidaklah cukup tanpa mengetahui hakekat lapar dan dahaga itu sendiri. Dengan memahaminya maka diharapkan ada saling peduli akan kepedihan yang diderita.
Ajaran Islam lebih halus dari ajaran lainnya, sang dermawan diminta tidak boleh mendermakan bagian yang sama kepada dua kelompok berbeda. Hal ini dikarenakan tidak mungkin meniatkan dua hal dalam waktu yang sama.
Jika diteliti lebih jauh maka hamba-hamba Allah swt maka kebiasaan diatas harus berakar pada keyakinan akan adanya Tuhan.

TANPA PAMRIH

Dalam Islam berbuat baik kepada yang lain bukanlah semata-mata akibat kemajuan kebudayaan melainkan didasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa. Jika sedekah yang diberikan pada fakir miskin hendaknya tanpa motif apapun terlebih lagi meminta balasan dari yang menerima.

(Al-Mudaththir:7)

Jika satu kebajikan ditunjukkan kepada seseorang maka Islam menyarankan untuk melupakannya. Jika tidak ada akibat lanjutan maka kebiasaan seperti ini akan menghapuskan kebaikan yang pernah dibuat. Sebaliknya orang beriman akan mengkoreksi perilakunya dalam bentuk yang lebih menyeluruh.

(Al-Baqarah:262-265)

(Ad-Duha:11)

MENGEMIS

Pengemis pun harus diperlakukan dengan baik, jangan berbicara kasar kepada mereka. Meski mengemis sebaiknya ditinggalkan namun adalah hak seseorang untuk melakukannya. Kebiasaan ini akan mencederakan rohani yang melakukannya khususnya bagi mereka yang menyalahgunakannya.
Dimasa awal Islam kebiasaan mengemis ini jarang ditemukan, sebagian besar sahabat Rasulullah saw memahami hadist beliau:
Tangan diatas lebih baik dari tangan yang dibawah.
Sebagai hasilnya kebanyakan orang Islam beranggapan lebih baik mati daripada meminta-minta. Al-Qur’an menjelaskan dengan bersiteguh dijalan Allah swt maka Allah swt sendiri yang akan menghapuskan kemiskinan dari antara mereka.

(Al-Baqarah:274)

Lebih jelasnya prinsip ini didukung ayat berikut:

(Al-Hashar:8)

Nabi suci Islam juga membahas hal ini :
Diriwayatkan oleh Hakim bin Hizam: Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Seseorang pertama tama memulai memberi sedekah pada bawahannya, Yang pantas diberikan adalah yang paling engkau cintai. Namun jika engkau tidak meminta apapun kepada mereka (orang kaya) maka Allah sendiri akan mencukupi kebutuhan engkau.

APA YANG DAPAT DIBERIKAN SEBAGAI SEDEKAH ?.

Hal biasa yang kita dengar berkenaan ini adalah: Apa saja yang baik dapat saja diberikan selama anda sendiri tidak malu menerima pemberian yang sama dari orang lain. Al-Qur’an lebih jauh menjelaskan:

(Al-Baqarah:208)

(Al-Hajj:38)

MEMBERIKAN SECARA TERBUKA ATAU DIAM-DIAM

Islam membolehkan kedua-duanya:

(Al-Baqarah:271-272)

TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Dalam Islam negara harus peka dalam masalah ini sehingga mutlak adanya tanggung jawab, sehingga tidak diperlukan adanya kelompok-kelompok penekan.
Menurut Al-Qur’an, penguasa berkali-kali diingatkan akan tanggung-jawab dan akan ditanya oleh Tuhan atas tindakannya dalam memegang amanah. Dalam salah satu hadist Rasulullah saw berkata:
Tiap engkau adalah gembala dan akan ditanya atas gembala-annya.

Hadist ini menyebutkan hubungan timbal balik antara Tuan dan pembantunya, Suami atas istrinya, dan Atasan dengan bawahannya. Seperti yang dikatakan Rasulullah saw kita akan dimintakan tanggung-jawab dan jawabannya.

CONTOH DARI SEJARAH AWAL ISLAM

Suatu waktu dimasa Khalifah Umar ra, beliau melewati suatu rumah dimana terdengar ada anak-anak yang menangis. Beliau mendekatinya dan melihat ada tiga anak yang mengelilingi tungku masak dimana ada panci yang berisi air mendidih. Selanjutnya beliau menanyakan ada apa gerangan, si Ibu menjawab anak-anak saya menangis karena lapar. Saya tidak memiliki sesuatu untuk mereka makan. Yang saya masak itu hanya air dan beberapa batu guna menenangkan anak saya. Itulah yang Tuan lihat.
Umar ra sangat sedih dan dengan cepat beliau kembali ke kantornya. Ia menyiapkan sekarung gandum, mentega dan kurma. Ia meminta pembantunya mengangkat karung itu ke punggungnya. Pembantunya heran mengapa ia tidak menyuruh mereka saja membawa karung itu. Umar ra menjawab. Tidak aku ragukan kalian dapat membawa karung ini sekarang, tapi siapa yang memikul beban ini dihari kiamat?. Maksud Umar ra adalah pembantunya itu tidak dalam posisi menjawab dihari kiamat nanti karena ini memang tanggung-jawab dan beban Umar ra sendiri. Ia harus melakukannya sendiri, beliau merasa seluruh kota ini adalah tanggung-jawab beliau karena beliaulah yang dipercayakan Tuhan menjadi penguasa waktu itu.
Memang sulit mencari padanan seperti ini sekarang, namun semangat dari peristiwa diatas bisa dijadikan contoh bagaimana seharusnya pemerintah bertindak. Pemerintah dalam hal ini tidak melakukan hal diatas karena takut kehilangan pamor melainkan semata-mata dikarenakan menunaikan suara hati nurani mereka sendiri.

MELUASKAN PENGORBANAN

Al-Qur’an karim memperluas bidang apa saja yang harus diluaskan pengorbanannya selama itu didasarkan atas Allah semata-mata. Beberapa ayat diantaranya diulang-ulang diantaranya:

(Al-Baqarah:4)

Pengorbanan yang dimaksud ayat ini meliputi segala sesuatunya tentang materi yang dimiliki, hubungan baik dan semisalnya sehingga nilai-nilai seperti kehormatan, kedamaian dan kenyamanan termasuk didalamnya.
Pendeknya segala sesuatunya yang termasuk dalam akar kata Arab wa mimma razaqnahum.
Sekali lagi penggunaan kata min (sesuatu, itu) membawa kita kepada suatu nasihat yang universal. Tidaklah maksudnya engkau harus membelanjakan sesuatu harus ada sebabnya yang dimaksud adalah engkau harus membelanjakan sesuatu yang Tuhan berkenan untuk itu dan telah memberinya kepadamu. Cakupan pembelanjaan ini adalah engkau harus ikut dalam kapasitas apa saja tidak peduli besar atau kecil nilainya asalkan engkau berpartisipasi.
Dalam jargon ekonomi jika seluruh masyarakat berorientasi kepada kepemilikan maka adalah sulit mempraktekkan apa yang dibahas diatas, amat sulit juga mempraktekan kebijaksanaan yang adil dan fair dalam masyarakat demikian. Atmosfir pelayanan yang dianjurkan Islam akan bersinggungan dengan hak masyarakat tersebut.
Dalam arti yang lain jika masyarakat diingatkan dan dilatih terus menerus untuk memberi lebih dari yang diwajibkan maka akan sulit dibayangkan adanya eksploitasi.

MELAYANI ORANG LAIN

Prinsip dasar Islam mengenai pelayanan adalah seperti yang dilukiskan ayat berikut:

(Ali Imran: 111)
Engkau akan menjadi yang terbaik disisi Tuhan jika dalam pikiranmu ada kecendrungan untuk melayani. Jika engkau gagal dalam melayani yang lain maka engkau tidak dapat mengatakan bahwa Islam mengungguli agama lainnya atau tatanan masyarakat lainnya.

LARANGAN MENGGUNAKAN BARANG MEMABUKKAN DAN PERJUDIAN

Jika seseorang berbicara tentang ketagihan maka narkotik selalu pertama terlintas dalam pikirannya. Saya mengambil contoh suatu masyarakat yang selalu mencari kesenangan dalam meminum arak dan perjudian, tidak akan memperoleh perdamaian dan masyarakat yang tenteram.
Perjudian telah disosialisasikan sedemikian rupa dinegara-negara maju. Bahkan beberapa negara berkembang telah melakukan hal yang sama dan lebih parah lagi telah merasuk kesegala strata masyarakatnya. Meminum arak menduduki tempat kedua dalam ha ini dan seluruh dunia telah menjadi korbannya.
Al-Qur’an melarang menggunakan arak dan perjudian:

(Al-Maidah:91-92)

Rasulullah saw sendiri berkata:

Minuman keras akar dari semua kejahatan

Kedua-duanya menimbulkan ketagihan dan secara menyeluruh menyebar keseluruh dunia sehingga sukar mencari batasannya.. Secara politik negeri-negeri barat maupun timur tidak dapat bersatu namun untuk yang satu ini negeri utara-selatan, negeri barat-timur seakan bersatu padu.
Keduanya juga menimbulkan masalah sosial dan ekonomi yang parah. Nilai ekonomi yang dihabiskan peminum arak di Inggris dalam sehari cukup untuk memberi makan pada korban kelaparan di Afrika dalam beberapa minggu. Beberapa negara Afrika dan Asia yang miskin bahkan sanggup menyediakan kebutuhan meminum arak kepada warganya. Bahkan di India yang anggur sulit didapatkan namun arak lokal (toddy) dapat diperoleh dengan mudah disudut-sudut negeri. Tampaknya kemiskinan bukan menjadi halangan dalam menghalangi setan menyebarkan keburukan meminum arak.
Jika pendapatan perkapita naik maka pembelanjaan untuk urusan ini juga meningkat, sehingga masyarakat menjadi kecanduan, barulah orang orang memikirkan dampaknya.
Orang akan heran mendengar mengapa meminum bahan yang memabukkan dan berjudi dianggap sebagai masalah dunia. Sebenarnya ia bukanlah masalah saat ini saja melainkan sudah ada sejak dahulu kala bahkan di setiap zaman.
Dalam ekonomi, perjudian menjadi objek penelitian dibandingkan dengan meminum minuman keras. Dalam perjudian uang berpindah tangan tanpa memutar roda perekonomian, jadi tidak ada komoditas yang dipertukarkan dipasar dalam prosesnya. Dalam berbagai hal transaksi pasar uang mirip dengan hal ini. Dalam pasar bebas saat ini uang tidak berubah wujud dari benda atau produk ke suatu nilai tertentu. Maka tak heran jika pemain valas banyak menderita kerugian. Sementara itu dalam hal perjudian maka sebagai aturan dasarnya adalah kebanyakan merugikan pesertanya. Ribuan bahkan ratusan ribu dari mereka mengalami kerugian, hanya satu yang mereka nikmati yakni perasaan tegang menunggu apakah mereka menang atau kalah. Akibat langsung dari hal ini ternyata lebih parah, mereka yang kalah akan terus menerus mengalami stress yang hebat melebihi kesenangan yang mungkin mereka dapatkan jika memenangkan perjudian.. Akibat lanjutan dari ini adalah kehilangan keluarga dan lebih buruk lagi kehilangan ini disebabkan oleh meja judi. Al-Qur’an dalam hal ini juga menjelaskan ada beberapa manfaat dari minuman keras dan judi namun ia juga mengingatkan bahwa keburukan yang ditimbulkannya lebih besar.

(Al-Baqarah: 220)

Mungkin dapat diperdebatkan seseorang yang mengatakan mencari kesenangan lewat judi sangatlah menyenangkan. Namun perlu diingat bahwa masyarakat tidak dapat turut campur atas kebebasan individu warganya, namun harus diingat kebanyakan ajaran agama adalah suatu peringatan dan sukarela. Ukuran yang dikenakan agama dalam hal yang demikian tidaklah serta merta menghukumnya, kecuali beberapa hal seperti hal-hal kriminal seperti pembunuhan, pencurian, pemalsuan, korupsi dan penyalah-gunaan hak orang lain. Namun tentu saja ada beberapa kejahatan sosial yang menurut agama jika tidak dicegah akan meracuni masyarakat secara keseluruhan.
Ketagihan akan alkohol dan perjudian tidak memerlukan waktu yang lama untuk meracuni masyarakat. Lebih jauh masyarakat menjadi lebih canggih sehingga sebagian besar kekayaan nasional dapat hilang karena hal ini. Kriminalitas seiring sejalan dengan pengguna bahan yang memabukkan dan penjudi. Kesedihan dan tragedi mengiringi banyak keluarga akibat ini. Perceraian dan sejenisnya banyak diakibatkan oleh kedua hal ini.
Penggunaan bahan yang memabukkan berdampak besar bagi ekonomi dan konsekuensi sosial (seperti yang ditunjukkan majalah scientific American). Diluar dari kekerasan didalam rumah tangga, incest dan perkosaan hal-hal berikut dituliskan:

Tingkat kematian
-Berkurangnya 10 tahun usia kehidupan
-Dua kali lebih cepat laju kematian bagi pria dan tiga kali bagi wanita
-Enam kali lebih banyak tingkat bunuh diri
-Alcohol menjadi faktor ke-empat dalam kasus yang mengakibatkan kematian pada pria usia 25 – 44 tahun. Pemicu kecelakaan (50%), pembunuhan (60%), bunuh diri dan kerusakan hati akibat alkohol.

Dampak ekonomi
-Kehilangan produksi : $ 14,9 milyar
-Biaya kesehatan : $ 8,3 milyar
-Kecelakaan : $ 4,7 milyar
-Kebakaran : $ 0,3 milyar
-Biaya akibat kejahatan : $ 1,5 milyar
-Respons masyarakat akan hal ini : $ 1,9 milyar

Total kerugian : $ 31,6 milyar

Meminum alkohol, berjudi, music, tari dan berbagai jenis pemuas kenikmatan secara umum dianggap biasa saja bagi kebanyakan masyarakat dunia. Hal-hal ini dikemas dalam berbagai bentuk dibelahan mana saja didunia ini. Hal ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya mereka, namun harus diketahui bahwa dasar dari ini adalah sama. Lukisan porno, patung telanjang tidak lagi dianggap hal yang merisaukan melainkan sebagai suatu karya seni ulung. Namun kesemua ini akan menjadi tak terkendali, masyarakat tidak lagi menjadi tuan yang dapat mengendalikan keadaan ini. Cepatnya pengaruh-pengaruh ini akan menghancurkan masyarakat itu sendiri.
Melihat keadaan masyarakat sekarang ini seorang akan menjadi percaya bahwa mencari kesenangan dan kesensualan telah menjadi tujuan mereka, namun sebenarnya ini bukanlah tujuan mereka dijadikan. Islam mengajarkan hal ini:

(Ali Imran: 191-192)

Ini suatu pernyataan terbuka dari Al-Qur’an dimana manusia selaku ciptaannya setelah mencari tujuan penciptaaannya akan mengatakan hal yang demikian
Ayat ini mengingatkan kita akan ucapan Archimedes yang berteriak Eureka !. Ada dua hal yang berbeda disini, menurut Al-Qur’an, manusia diciptakan guna mencapai tujuan mulia yakni tetap menyembah PenciptaNya.

(Al-Dhariyat:57)

Dengan menelaah setiap usaha mencari kenikmatan dan kesenangan duniawi orang akan serta merta mengatakan apakah seluruhnya harus dilarang. Secara umum dalam masyarakat bebas akan terasa sulit untuk mengerti akan Islam dan menganggapnya sebagai ajaran puritan dan hampa. Islam tidaklah kering sebagaimana yang mereka bayangkan. Satu hal penting adalah untuk mencapai kedekatan atas kebaikan harus dibuat batasan jelas antara kesenangan yang melantur dan bukan. Hal kedua adalah bagi mereka yang beruntung mengalami cinta dan kedekatan Tuhan, beralih dari kesenangan dunia ke tingkatan yang lebih tinggi akan mengetahui kesenangan akan dunia berada pada tingkat yang sangat rendah, tidak bermakna dan tidak berarti apa-apa. Ketiga adalah dalam praktek yang lebih luas suatu masyarakat yang tidak ada hentinya mencari kesenangan duniawi memang memperoleh sesuatu yang tidak hampa sama sekali. Mereka akan menukar kesenangan yang mereka peroleh dalam hal pemuasan nafsu seksual, ketegangan dalam meja judi dan kesenangan lainnya akibat bahan memabukkan dengan hilangnya kedamaian, hilangnya keseimbangan jiwa, hilangnya rasa aman, meningkatnya ketakutan. Kesemua ini harus dibayar masyarakat seperti itu dengan tunai.
Jika kedua atmosfir itu dibandingkan maka akan sulit dimengerti jika pohon yang ditanam dan dicintai oleh Tuhan berakar pada materialistis dan kesenangan duniawi.[]

No comments: