Tuesday, October 25, 2005

Islam’s Response To Contemporary Issues (6--Habis)

Ini yg ke-6.

>>>

VI. Kedamaian Individu

1. Berdamai dengan diri sendiri
2. Berprasangka baik satu dengan lainnya
3. Kasih sayang pada kaum kerabat
4. Berkorban bagi sesama
5. Mencari kecintaan Allah ta’ala
6. Peduli dengan sesama
7. Menumbuh-kembangkan cinta dan kasih sayang
8. Tujuan penciptaan manusia
9. Tanpa Allah ta’ala tidak ada perdamaian sejati


(Ar-Raad :29)

Berdamai dengan diri sendiri
Akhirnya saya akan jabarkan kualitas dan kecenderungan seorang individu selaku anggota masyarakat serta peran-sertanya dalam menciptakan perdamaian didalam masyarakat.
Kita telah mendiskusikan sejauh ini mengenai rancang-bangun masyarakat termasuk juga tatanan ekonomi, maupun politik yang ingin ditegakkan Islam. Sebagaimana halnya suatu bangunan yang kualitasnya ditentukan oleh materinya yang paling dasar yakni batu-bata, begitu pulalah Islam meletakkan materi dasar masyarakat pada individu-individu yang berkarakter dan berkualitas.

Berprasangka baik satu dengan lainnya
Menurut Islam, ambisi dan nafsu harus di aktifkan selaras dengan petunjuk samawi. Dengan demikian kerharmonisan diantara keduanya dapat dicapai. Tanpa keseimbangan atas kedua hal ini, maka amat mustahil mencapai perdamaian sejati. Islam menekankan keselarasan ini dapat dicapai tanpa memerlukan nilai ekonomis apapun sehingga tiap individu dalam strata sosial apapun dapat meraihnya.
Ambisi yang muncul pada kebanyakan orang adalah semu dan tidak alami. Walau demikian seberapa alaminya pun ambisi individu jika tidak dipupuk dengan kedisiplinan yang tinggi serta usaha pemeliharaan yang berkelanjutan akan menjadi sia-sia. Kecemburuan serta tindakan tidak adil pada hal tertentu misalnya akan meracuni semangat bersaing secara wajar. Maka sekali masyarakat melanggarnya maka sulit sekali meluruskannya.
Sebagai contoh kecenderungan penggunaan obat perangsang dikalangan atlit menimbulkan kegelisahan mendalam bagi yang mengetahuinya, apalagi jika dicontohkan berbagai praktek tidak terpuji yang dilakukan kalangan industri, bisnis dan sejenisnya maka akan muncul contoh-contoh yang sangat buruk.
Praktek yang tidak adil ini berbeda diantara negara industri maju dan negara dunia ketiga. Di negara-negara dunia ketiga praktek korupsi, perzinahan, ingkar-janji, pemalsuan, penipuan adalah instrumen yang sering digunakan dalam mencapai tujuan memperkaya diri. Makanya dalam setiap lingkup masyarakat seperti ini harus dibuka ruang yang cukup bagi pendidikan agama, pendidikan moral, jika tidak maka akibatnya sungguh serius.
Islam menyediakan detail perintah yang meliputi segala segi kehidupan. Sayangnya dinegara-negara yang banyak penduduk muslimnya kita sering mendengar istilah islamisasi, Islam fundamental dan banyak lagi istilah lain yang pada praktek nya ide ini saling bertentangan sehingga menhancurkan tatanan yang baik dalam industri dan perdagangan. Tragis memang.


(Al-Baqarah 149)

Dalam pernyataan ayat itu nampak kebijakan yang tanpa batas secara cemerlang dipadukan dan layak untuk dipraktekkan. Kebajikan itu dipraktekkan di segi kehidupan apapun. Kebajikan harus ditegakkan setinggi-tingginya. Ia harus menjadi tujuan akhir segala bentuk kompetisi, sesiapa yang mengingkarinya akan menjadi binasa. Jika waktu mengizinkan kita dapat menggali lebih jauh mengenai hal ini, sekaligus memberikan illustrasi yang akurat dari agama Islam. Bagaimana kompetisi yang sehat dijalankan secara benar dan sempurna. Terkadang orang menyadari bahwa ketentraman jiwa dan hati terletak merupakan realisasi perbuatan yang mengandung kebajikan. Begitu sebaliknya.
Seorang teman saya yang juga menjadi teman dekat salah seorang multi-milioner Pakistan suatu kali bercerita pada saya. Suatu waktu teman saya ini memuji kesuksesan sang milioner itu, namun jawaban atas pernyataan itu sangat mengejutkan. Sang milioner menyentakkan kancing bajunya seraya berkata. Apa lah sukses yang kudapatkan ini jika saja orang dapat melihat isi dadaku maka dia tidak menemukan apa-apa kecuali api yang berkobar-kobar.
Beberapa orang seperti sang milioner itu secara terbuka mengakuinya, beberapa lagi tidak. Tak seorangpun dapat bertentangan dengan keadaan alaminya. Banyak orang dapat saja sukses di dunia ini, memiliki harta yang berlimpah dan tiada tara, namun harus dipahami hanya sedikit dari para hartawan di dunia ini yang terbebas dari ketidak tenteraman jiwa.


(Al-Humazah : 2-10)

Ketenteraman sempurna hanya dapat dicapai dengan cara yang alami, yakni dengan cara, tindakan dan menjalankan kehidupan alami serta mulia.


Kasih sayang pada kaum kerabat
Menumbuhkan rasa cinta pada kaum kerabat didalam keluarga diperoleh dengan membangun persaudaraan yang erat didalam keluarga. Walau sudah dibahas pada sub judul perdamaian sosial disini akan ditekankan pada kebutuhan memperbaiki kualitas individual guna melaksanakan perannya dalam masyarakat. Kondisi ini sama juga dimisalkan suatu batu-bata yang digunakan pada suatu bangunan. Tanpa meningkatkan mutu batu-bata tadi maka kualitas bangunan itu tidak dapat ditingkatkan.

Melayani orang lain
Penekanan lain dari Islam adalah kemampuannya mendapatkan kenikmatan dengan berkorban bagi sesama.


(Ali Imran -111)

Ini menunjukkan setiap muslim tanpa kecuali adalah pengawas bagi yang lain. Menjadi muslim tidaklah cukup menggambarkan bahwa dia lebih baik dibanding yg lain. Dia harus membagi kemampuannya bagi sesama.
Definisi “KHAIR” berarti “lebih baik dan terbaik”. Rasulullah saw bersabda “Tangan diatas lebih bak dari pada dibawah” (Ibnu Umar Bukhari-Muslim)
Didalam al-qur’anul karim dan hadist menunjukkan sahabat-sahabat beliau berada pada standar kemanusiaan yang sangat tinggi. Tidak hanya tingkat pengorbanannya yang tinggi namun tingkat pelayanannya pada masyarakat juga sangatlah cemerlang. Auf ibnu Malik Ashjai r.a meriwayatkan : Suatu kali kami berada dekat dengan Rasulullah saw, ada tujuh, delapan atau sembilan dari kami saat itu. Beliau bersabda Maukah kalian ba’iat ditanganku, lalu kami ba’iat ditangannya, beliau berkata : ulangi apa yang kukatakan !. Kami menyembah Allah ta’ala dan tidak menyekutukannya, kami melaksanakan shalat wajib lima waktu, kami berjanji tidak akan meminta bantuan selain kepadamu ya Allah. Setelahnya saya berjanji pada diri saya sendiri jika saat menunggang binatang tunggangan pun jika cambuk yang saya gunakan terjatuh saya tidak sekali-kali meminta bantuan orang untuk memungutnya. (Muslim). Praktek seperti ini dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya memperbaiki sikap hati namun juga bermaksud menaikkan taraf derajat kemanusiaan itu sendiri. Salah satu rahasia lain dari sikap ini adalah manusia dilatih menjadi pelayan bagi lainnya ketimbang menuntut pelayanan dari sesama.
Setengah dari iman adalah melayani ciptaan Tuhan. Motto Islam ini berarti kebajikan akan dapat dipanen secara langsung. Namun tentu saja ia harus dipraktekkan.

Mencari kecintaan Allah ta’ala
Untuk meraih nilai kemanusiaan yang lebih tinggi lagi, Islam tidak berhenti sampai disitu, melainkan Islam merangsang pemeluknya untuk mencapai kesadaran kasih sayang Allah ta’ala. Kebajikan demi kebajikan yang dilakukan akan meraih kecintaan Allah ta’ala


(Al-Zilzal : 5-9)

Harus disadari bahwa ini adalah langkah arahan penting bagi merubah tatanan kemasyarakatan. Ini adalah hanya suatu langkah penyembuhan terbaik bagi manusia dan jika dipraktekkan akan terlihat hasilnya.
Dalam definisi lain yang lebih luas Rasulullah saw menyatakan ada hubungan timbal-balik antara kebajikan dengan hadiah dari Allah swt.
Kebajikan adalah hak bagi setiap ruas tulang insan tiap harinya. Membantu mengangkatkan beban orang lain adalah sedekah, membantu menghilangkan rintangan di jalan juga sedekah (Abu Hurairah, Bukhari-Muslim)
Jika seorang muslim menanam pohon dan siapapun yang meraih manfaat dari pohon itu adalah sedekah baginya. (diriwayatkan Jabir , Muslim).
Hindarilah dirimu dari api, walau dengan mengorbankan setengah biji korma (diriwayatkan Adiyy ibnu Hatim).
Jika seseorang tidak memiliki apa-apa, hendaknya ia bekerja dengan tangannya, bagi kepentingannya dan hasilnya sebagian ia sedekahkan. Jika ia tidak sanggup bekerja ia harus membantu yang lebih lemah dari dia, jika ia tak mampu juga berbuat demikian ia mengajak orang untuk berbuat kebajikan, jika inipun ia tak mampu maka ia harus bertekad tidak melakukan sebarang keburukan. Ini jugalah merupakan sedekah bagi dirinya. (diriwayatkan Abu Musa Ashari : Bukhari dan Muslim)
Sesuap makanan yang engkau berikan kepada istrimu, dapat membuat Tuhan dekat dengan kamu.

Peduli dengan sesama
Islam membangun rasa kepedulian atas penderitaan yang dialami oleh orang lain. Kita telah membahas ini dalam sub judul sosio-ekonomi dan perdamaian politik.

Menumbuh-kembangkan cinta dan kasih sayang
Islam tidak hanya membatasi bahasan dalam ruang-lingkup kemanusiaan semata, melainkan juga memancarkan keindahannya keseluruh ciptaaan Nya.
Islam mengklaim ia sebagai agama samawi terakhir tidak hanya terbatas pada perseorangan namun juga keseluruh ummat manusia. Rasulullah saw sebagai sumber rujukan dan panutan bagi seluruh manusia. Al qur’anul Karim sendiri mengatakan


Rasulullah saw adalah rahmat bagi sekalian alam (Al-Anbiya:108)

Kata “Alam” dalam bahasa Arab berarti seluruh dunia. Kata yang digunakan selengkapnya adalah Al-Alamin yang merupakan bentuk jamak dari “alam”. Kami mengartikannya sebagai “ seluruh alam semesta”.
Pihak-pihak yang skeptis menyatakan hal itu amat berlebihan, namun jika ia merenungkannya lebih dalam hubungan antara kenabian dengan keuniversalan kenabian itu sendiri maka tidaklah mustahil kalau beliau saw memiliki kebijaksanaan yang meliputi seluruh alam semesta ini.

Tujuan penciptaan manusia
Menurut konsep al-qur’an penciptaan manusia tidaklah semata-mata sekadar penciptaan biasa, melainkan memiliki tujuan mulia karena hanya manusialah yang diberikan kesadaran mengenal penciptanya.
Tujuan penciptaan itu sendiri adalah menciptakan kesadaran dan memperbaiki kualitas kesadaran secara berkesinambungan.
Ini bukanlah bahasan ringan dan ini membutuhkan waktu yang cukup dalam diskusi lain pula. Bagian yang relevan dalam kaitan ini adalah : Tujuan penciptaan adalah menciptakan makhluk yang memiliki kesadaran penuh terhadap keberadaan Tuhan, yang selanjutnya tidak hanya secara sukarela tunduk pada keindahan NYA melainkan pula Tuhan merefleksikan keindahan itu kepada ciptaannya (manusia) dan akhirnya membuat manusia-manusia lain mampu mencontoh nya dalam mencapai Tuhannya.
Secara hipotetik meniadakan tujuan sejati penciptaan manusia membuat hilangnya raison d’être penciptaan itu sendiri dan seluruh alam semesta menjadi sia-sia.
Dalam contoh sederhana, menanam, menyiangi, memberi air, memanen suatu kebun adalah untuk tanaman itu sendiri. Jika tidak ada buah yang diharapkan maka tidak perlu ada pohon. Konsep apapun yang menerangkan bagaimana berkebun yang baik jika tidak menghasilkan produk berupa buah maka tidak ada artinya. Seluruh komponen tanaman ; a.l akar, ranting, cabang, biji, putik, daun kesemuanya ini bertujuan menghasilkan buah. Dalam kurun waktu tertentu masing-masing bertujuan sama dan inilah tujuan mengapa instrumen penciptaan ini ada.
Hubungan antara pencipta semesta ini dengan objek ciptaannya amat jelas dibahas oleh Islam. Islam tidak hanya membahas hubungan antara manusia dengan Tuhan melainkan juga membahas dan memberikan petunjuk hubungan manusia dengan lingkungannya termasuk didalamnya dunia hewan, dan lingkungan sekitarnya.
Tidak ada ciptaan Tuhan yang sia-sia, termasuk juga bintang-bintang yang amat jauh jaraknya dari bumi, kesemuanya diciptakan tunduk kepada ciptaanNya yang paling mulia yakni manusia.


(Al-Shams:2-11)


(Al-Jathiyah:14)



(An-Nahl:13)



(Al-Luqman:21)




(At-Tin:5)


Banyak ayat dalam al-qur’an bahkan beberapa surat pendeknya menerangkan ciptaanNya, makro universe (bintang-bintang) memiliki kontribusi bagi manusia (mikro universe).
Hubungan ini bukanlah seperti hubungan antara pelayan dengan tuannya. Tuan tidak harus tunduk kepada pelayannya yang melayaninya. Manusia adalah tuan semesta ini dan hanya mengabdi kepada Allah swt selaku penciptanya.
Begitu beda filosofi ini jika dibandingkan dengan filosofi agama lain. Filosofi mereka menyembah berhala bahkan termasuk menyembah bulan, bintang, matahari, laut, pohon, hujan, guruh, petir, bahkan kepada binatang, a.l. sapi, ular, burung, yang tampak seolah-oleh lebih mulia dari manusia.
Dalam pemahaman islam, manusia adalah ciptaan tertinggi yang lainnya adalah mengabdi kepadanya. Dengan kata lain manusia terlepas dari belenggu apapun kecuali menerima hanya satu kewajiban dari Tuhan sang penciptanya. Manusia adalah simbol kesadaran di alam ini dan hanya ia lah yang akan kembali kepada Nya
Makanya kesadaran akan kehidupannya sendiri selaku manusia adalah sumber kedamaian sejati.


(Al-Baqarah:157)

Beberapa orang mengartikan kata “Kembali” dalam ayat itu tidak secara fisik namun secara spiritual. Ini bukanlah suatu pernyataan melainkan sebagai peringatan arti tujuan penciptaan manusia. Seperti halnya ikan salmon yang tak menemukan kedamaian jika tidak kembali ke hulu sungai tempat asalnya dilahirkan begitu pulalah manusia. Hati manusia tidak akan tenteram tanpa secara spiritual kembali ke asal dia diciptakan.


(Ar-Rad:29)

Tanpa Allah swt tiada perdamaian sejati
Manusia tak dapat berdamai dengan dirinya, masyarakat sekelilingnya tanpa rumusan ini. Tak ada rumus lain yang terbukti bekerja baik hanya kecintaan tuhanlah yang mampu mewujudkannya. Semakin tinggi ciptaannya semakin dekatlah ia dengan sang pencipta, dan semakin kuat hubungan antara pencipta dengan ciptaannya.
Kedekatan manusia dengan Tuhan akan semakin memuliakan manusia tersebut, selanjutnya penghormatannya kepada sesama juga makin meningkat. Dapat dikatakan kecintaannya kepada Tuhan akan mengimbas pada cinta pada ciptaanNya. Singkatnya mengabaikan Tuhan dalam proses perdamaian akan menghasilkan perspektif yang sangat berbeda.
Kevakuman yang dihasilkan dengan tidak menyertakan Tuhan berakibat ego manusia akan meliputinya. Sangatlah naif dan absurd filsafat yang mengatakan manusia dapat hidup tanpa adanya Tuhan. Apa yang dicapai Atheisme, bukan hanya kematian Tuhan namun ia menghidupkan Tuhan-Tuan palsu. Setiap manusia yang memiliki kesadaran akan memerlukan peranan Tuhan dalam kehidupannya. Egois, mementingkan diri sendiri akan segera menyergap orang yang tak bertuhan tadi.
Masyarakat yang dibangun dari bata individu tersebut akan tetap egois, dan berorientasi pada kepentingan dirinya sendiri. Tidak ada logika yang tinggal bagi kemashlahatan yang lain tanpa motif hati yang mulia. Tidak ada referensi lain kecuali Tuhan yang mampu mengikat, dan melebur seluruh kepentingan makhluk.
Ini adalah filsafat utama Islam. Tanpa kembali ke Tuhan seseorang tak dapat mencapai kedamaian sejati. Tanpa kedamaian masyarakat tidak akan terbentuk. Semua keinginan untuk menciptakan perdamaian berdasarkan motif-motif pribadi akan sia-sia dan tak dapat terwujud dengan langgeng
Jika tidak ada Tuhan, tidak ada perdamaian. Inilah kebijaksanaan yang paling utama.

Terima kasih.

No comments: