Tuesday, February 21, 2006

Pertarungan di Media: MAFTUH vs AHMADIYAH

Pernyataan Menteri Agama Maftuh Basyuni semakin tajam. Setelah 5 bulan tidak
berkomentar mengenai Ahmadiyah (Gatra
09/051)
tiba-tiba Menteri ini mulai menyuarakan idenya (kembali) agar
Ahmadiyah
menjadi agama baru tepat setelah kejadian di Ketapang, Lombok Barat (Rakyat
Medeka: Menag Imbau Ahmadiyah Dirikan
Agama2)
Padahal sehari sebelumnya SBY menjanjikan masa depan Indonesia tanpa
DISKRIMINASI AGAMA (Kompas:Bangsa Indonesia Tak Ingin Lagi
Diskriminatif3).
Sejak saat itu dalam berbagai kesempatan Menag berulang kali
mempertegas
statmennya. Ide ini bak gayung bersambut didukung dari gerakan Islam yang
dikenal radikal seperti FUUI dan Muhamadiyah. Menarik bahwa adalah
pernyataan Ketua MPR Nur Wahid di Pekanbaru diucapkan dalam hari yang
samadengan Menag, semuanya 6 Ferbruari 2006, sekali lagi sehari
setelah Presiden
mengetok palu anti diskriminansi. Dua buah counter attack terhadap
pernyataan Presiden.

Ahmadiyah sendiri baru mengeluarkan bantahan dalam empat hari (10/02) ketika
melaporkan kasus lombok ke KomnasHAM (Detik: Ahmadiyah Tolak Jadi
Agama Baru4),
Tepat hari itu Dawam Raharjo menjawab bahwa Pemuka Agama hanya
mengikuti
kebijakan yang populis (10/02) dalam opini Koran Tempo (Kartun Nabi
Muhammad5).
Pernyataan ini segera disambut berturut-turut oleh Anick
H.T. (18/02) masih dalam Opini Koran Tempo "Surat Terbuka kepada Ketua
MPR"(6)
kali ini dengan sasaran ketua MPR. Tak puas sayap JIL di Boston, USA - Uli
segera memperkuat teori Dawam lagi-lagi melalui Opini Koran Tempo
(20/02) Doktrin
Dawam Rahardjo(7).

Kubu pro "agama baru" tak juga berhenti mengangkat isu tersebut dengan
dukungan Muhamdiyah berserta Ormasnya Aisyiah. Kemudian opini ini dibuat
menggila kembali oleh Menag dengan penekanan "penodaan agama" Antara
20/02: "MENAG:
AHMADIYAH BISA TERKENA PASAL PENODAAN AGAMA JIKA MENGAKU
ISLAM"(8). Ada
upaya yang menguat untuk memurtadkan Ahmadiyah seperti yang
terjadi di Pakistan. Apakah dengan membuat agama "Ahmadiyah" akan
menghentikan persekusi ini? Baru saja kita dengar pembunuhan brutal terhadap
8 Ahmadi Pakistan
(Thepersecution.org-
9) di desa Mong.

Kubu vs Kubu

Ada dua kutub yang semakin memperlihatkan pertarungannya di media masa
berkenaan kasus Ahmadiyah ini. Kubu pertama dipimpin oleh Menag Maftuh
Basuni dengan Muhamdiyah Ormas pendukung utamanya. Kubu kedua adalah aktivis
dan simpatisan JIL yang disalurkan ke Koran Tempo. Dalam 10 hari Koran Tempo
menerbitkan 3 Opini kubu JIL, Dawam dengan Teori Pemuka Agama Populis (Koran
Tempo: Kartun Nabi
Muhammad10)
, Anick
H.T. ( Surat Terbuka kepada Ketua
MPR11)
yang sedianya akan memasang surat terbuka di Gatra namun Gatra meminta
tanggapan ketua MPR yang sayangnya sedang berad di Arab Saudi. Ide Pemuka
Agama Populis di formulasikan dengan indah oleh
Ulil(12)
di Boston. Ditambah lagi Koran Tempo juga mengelurkan pendapat "resmi"
melalui Editorial 17/02 "Keyakinan Jangan
Diadili"
(13). Lengkap sudah duet JIL-KoranTempo.

Maftuh Basyuni.

Perjalanan karier Maftuh tak bisa dilepaskan dari Jazirah Arab, setelah
sempat menjadi PNS Depag Maftuh muda memulai debut dengan Pendidikan S-1
Universitas Islam Madinah, Arab Saudi sehingga satu Almamater dengan Ketua
MPR Hidayat Nur Wahid. Lulus pada 1968 dia menjadi staf kedutaan besar di
KBRI Arab Saudi. Sempat pula bekerja di KBRI Jordania dan KBRI Maroko,
karier diplomatiknya mulai terlihat saat dipercaya sebagai Wakil Komandan
Garuda VIII pada 1969. Saat itu ia terkena program wajib militer dengan
pangkat letnan satu. Setelah sempat kembali ke Indonesia dia kembali ke Arab
Saudi sebagai sekretaris pribadi Duta Besar (1976-1979). Karier Diplomatik
lainya yaitu 1984-1988 di Kuwait, 1991 di Maroko dan puncaknya 1999-2001
Duta Besar Kuwait dan Bahrain, serta 2002-2004 Duta Besar Arab Saudi.

Selain di lingkungan Deplu, Maftuh juga sempat dekat dengan halaman Istana.
Tahun 1991-1996 menjabat Sekertaris Negara. 1996-1999 Kepala Rumah Tangga
Istana. Dipisah tugas ke Kuwait, Maftuh kembali ke Istana menggantikan
Djohan Effendi di tahun 2001. Djohan Effendi sempat di isukan kedekatannya
dengan Ahmadiyah ketika kadatangan Khalifah Ahmadiyah Hz. Mirza Tahir Ahmad
ra ke Indonesia (2000) sebelum digantikan oleh Maftuh sebagai Sekertariat
Negara.

1. http://www.gatra.com/2005-09-05/artikel.php?id=88077
2.
http://www.rakyatmerdeka.co.id/situsberita/index.php?pilih=lihat_edisi_website&id=7607
3. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/05/utama/2412028.htm
4.
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/02/tgl/10/time/131818/idnews/536514/idkanal/10
5 http://korantempo.com/korantempo/2006/02/10/Opini/krn,20060210,61.id.html
6.
http://www.korantempo.com/korantempo/2006/02/18/Opini/krn,20060218,57.id.html
7.
http://www.korantempo.com/korantempo/2006/02/20/Opini/krn,20060220,56.id.html
8. http://www.antara.co.id/seenws/index.php?id=28263
9. http://www.thepersecution.org/news/2005/mong.html
10.
http://korantempo.com/korantempo/2006/02/10/Opini/krn,20060210,61.id.html
11.
http://www.korantempo.com/korantempo/2006/02/18/Opini/krn,20060218,57.id.html
12
http://www.korantempo.com/korantempo/2006/02/20/Opini/krn,20060220,56.id.html
13
http://www.korantempo.com/korantempo/2006/02/17/Editorial/krn,20060217,105.id.html

No comments: