Thursday, February 09, 2006

Hidayat Nurwahid yang mengecewakan

Dari: Budi Andra
Tanggal: Feb 9, 2006 9:47 AM
Judul: Re: [aliansi-kebebasan] Hidayat Nurwahid yang mengecewakan

Saya kira bukanlah hal yang aneh dan tdk terlalu istimewa jika Hidayat Nur wahid berkomentar sperti demikian, pada dasarnya Lingakaran Inti PKS jelas punya suatu grand design politik yg mana visinya sangat tdk akan bisa menerima pluralisme dalam segala bidang apalagi agama dan keyakinan. Jika saat ini PKS tdk lebih reakif atau eksplisit menyetujui fatwa MUI atau kekerasan terhadap Ahmadiyah atau non Muslim dengan kasus gereja dan SKBnya dibanding MMI atau FPI, lebih pada suatu strategi jangka panjang agar tdk terlihat frontal..dan masih mengambil hati..mungkin karena mereka berhitung belum kuat dan masih menyusun strategi...DEpok pasti jadi percontohan pertama PKS karena disana eksekutif dan legislatif dikuasainya..kita lihat saja lebih lanjut, namun saya yakin PKS jauh lebih berbahaya dibanding FPI dan MMI untuk hidupnya masyarakat madani yg pluralis di Indonesia sebab mereka lebih memakai otak, strategi dan jaringa yg terstruktur serta masuk dalam birokrasi, jadi nantinya setiap kebijakan mereka akan diegitimasi oleh produk hukum...PKS bagaimanapun produk builtup impor dari timur tengah yg hanya tahu dunia harus hitam dan putih dalam persepsinya sendiri
- Sembunyikan potongan email -


On 2/8/06, Anick HT <anick@islamlib.com> wrote:
Hidayat Nurwahid yang mengecewakan

Oleh: Farid Gaban < faridgaban@yahoo.com>

Dalam banyak hal, saya respek pada Hidayat Nurwahid, politisi PKS dan
kini Ketua MPR. Namun, pernyataannya soal perusakan dan pengusiran
warga Ahmadiyah di Mataram pekan lalu, seperti dikutip Kantor Berita
Antara di bawah, sungguh mengecewakan.

Hidayat Nurwahid menganggap bahwa Islam itu hanya satu, seperti yang
diyakininya. Dan jika orang punya interpretasi lain, menurut logika
dia, mereka harus mencari agama lain atau boleh diperlakukan seperti
pariah.

Pernyataan itu juga ahistoris. Kiprah Ahmadiyah dalam bidang
pendidikan Islam di Indonesia telah berumur puluhan tahun, jauh
melebihi umur PKS berkali-kali lipat.

Ketika Hidayat lupa mengutuk kekerasan yang dialami warga Ahmadiyah,
pernyataan itu mudah ditafsirkan sebagai restu untuk mempersekusi
mereka. Dan itu lebih mengecewakan lagi.

Bahkan jika kita definisikan Ahmadiyah itu sebagai ateis, saya kira
mereka tidak layak memperoleh perlakuan seperti yang terjadi di
Mataram. Dan jika pemerintah tak bisa melindungi sekelompok warga dari
prosekusi semacam itu, mereka berhak atas suaka politik.

Pernyataan yang mengecewakan juga datang dari Menteri Luar Negeri
Hasan Wirayuda (juga ada di bawah), yang seperti burung unta, ingin
menghibur diri bahwa pemerintah telah melindungi warga Ahmadiyah.
Kasus Mataram bukanlah kasus pertama, dan terbukti mereka tidak
dilindungi.

sumber: Milis PANTAU
___________________________________________________________________

KETUA MPR: AHMADIYAH JANGAN BUAT TINDAKAN ANEH MINTA SUAKA

Pekanbaru, 6/2 (ANTARA) - Penganut ajaran Ahmadiyah sebaiknya kembali
kepada ajaran agama Islam yang benar yakni mengakui Nabi Muhammad SAW
sebagai nabi terakhir daripada membuat tindakan yang aneh seperti
minta suaka ke negara asing.

"Permasalahan Ahmadiyah sesungguhnya bisa dibuat tidak rumit jika
mereka (penganut Ahmadiyah) kembali pada konsistensi menjadi muslim
sebagaimana muslim demokrat lainnya di Indonesia," ujar Ketua MPR RI
Hidayat Nurwahid di Pekanbaru, Senin.

Ia mengatakan, Indonesia adalah negara yang memberi jaminan bagi
warganya untuk melaksanakan ajaran agama dan di negara ini hanya ada
enam agama dengan jumlah populasi terbesar pemeluknya adalah agama Islam.
Menurut dia, dari enam agama yang diakui resmi di negara ini tidak ada
disebut agama Ahmadiyah. "Jika ada kawan-kawan yang menganut ajaran
ini kenapa tidak kembali saja pada arus besar umat Islam yang tidak
punya nabi bernama Mirza Gulam Ahmad itu," ungkap Hidayat.

Ia mengatakan, kembalinya pengikut Ahmadiyah dalam ajaran agama Islam
tidak akan menimbulkan permasalahan yang rumit sebab Islam memiliki
batasan yang sangat jelas bagi penganutnya.

Hidayat juga merasa sangat aneh atas sikap pengikut Ahmadiyah yang
ingin mencari suaka ke negara asing setelah ajaran mereka diprotes
masyarakat.

Padahal, lanjut dia, mereka tinggal di negara ini menjadi penduduk
Indonesia namun mereka minta diakui sebagai pemeluk Islam.
"Jika mereka mengaku beragama Islam, batasannya sangat jelas. Saya
kira lebih baik mereka berada dengan bangsa Indonesia di sini menjadi
umat Islam sebagaimana umat Islam lainnya untuk menghadirkan
kebersamaan yang kuat sebagai bangsa Indonesia," ujarnya.

Menurut dia, secara prinsip kalau mereka masih yakin sebagai komunitas
umat Islam maka kembalilah pada komunitas umat Islam secara penuh,
salah satu di antaranya adalah Islam tidak mengenal nabi terakhir
selain Nabi Muhammad SAW.

"Jika masih ingin jadi umat Islam apa sih susahnya untuk itu," tegas
Hidayat yang berada di Pekanbaru sebagai pembicara dalam sebuah seminar.

___________________________________________________________________

MENLU: PENCARIAN SUAKA OLEH AHMADIYAH TIDAK PERLU

Jakarta, 6/2 (ANTARA) - Pemerintah menganggap keinginan pengikut
aliran Ahmadiyah mencari suaka ke negara asing merupakan sesuatu yang
tidak perlu karena pemerintah sendiri akan memberikan perlindungan
kepada mereka sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk meminta suaka.
"Alasan untuk minta suaka tidak perlu. Ya mungkin luapan emosi, orang
yang merasa tidak cukup dilindungi," kata Menteri Luar Negeri Hassan
Wirajuda di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Senin.

Menlu mengatakan bahwa pemerintah Indonesia, dalam hal ini pihak
kepolisian, tetap akan memberikan perlindungan kepada warganya.
Departemen Luar Negeri melalui juru bicaranya, Desra Percaya, Minggu
(5/2), menegaskan bahwa pemberian status suaka oleh suatu negara harus
memiliki alasan kuat berdasarkan Konvensi Jenewa Tahun 1951 tentang
Pemberian Status Suaka.

Konvensi tersebut menentukan bahwa mereka yang bisa diberikan status
suaka oleh suatu negara adalah mereka yang ketakutan karena menghadapi
ancaman pengejaran oleh aparat pemerintahnya karena empat hal yaitu
masalah agama, etnis, kelompok, dan afiliasi politik.

"Ahmadiyah tidak menghadapi pengejaran oleh negara," kata Desra.
Sejumlah penganut aliran Ahmadiyah di Mataram, Nusa Tenggara Barat,
disebut-sebut telah mengancam akan meminta suaka ke negara-negara
lain, menyusul dengan aksi pembakaran rumah-rumah mereka oleh penduduk
dari beberapa desa pada Sabtu (4/2).

No comments: