Monday, February 13, 2006

[OPINI] Kartun Nabi Muhammad

From: Ulil Abshar-Abdalla 
Date: Fri, 10 Feb 2006 07:45:34 -0800 (PST)
Subject: [aliansi-kebebasan] Tentang kolom Mas Dawam

Salam,
Pagi ini, saya menikmati tulisan yang lugas, cerdas,
mencerahkan, yakni tulisan Mas Dawam Rahardjo tentang
kartun Nabi Muhammad. Saya memberikan apresiasi yang
setinggi-tingginya pada Mas Dawam yang mampu
menyuarakan akal sehat di tengah-tengah luapan emosi
umat saat ini.

Poin yang dikatakan oleh Mas Dawam pada ujung kolom
itu sangat penting: tugas pemimpin umat adalah
memimpin, bukan sekedar mengikuti apa yang dimaui oleh
mereka. Jika umat menghendaki suatu hal, tetapi dalam
jangka panjang hal itu bisa membawa mudarat besar,
seorang pemimpin harus berani mengatakan, "tidak!".

Ulil

Ulil Abshar-Abdalla
Department of Religion
Boston University
---

http://korantempo.com/korantempo/2006/02/10/Opini/krn,20060210,61.id.html
Jum'at, 10 Februari 2006
Opini
Kartun Nabi Muhammad

Encyclopedia Americana edisi 1960-an pernah memuat entri tentang Nabi Muhammad yang disertai gambar, padahal ajaran Islam melarang gambar Nabi Muhammad.

M. Dawam Rahardjo
# Presiden The International Institute of Islamic Thought, Indonesia

Encyclopedia Americana edisi 1960-an pernah memuat entri tentang Nabi Muhammad yang disertai gambar, padahal ajaran Islam melarang gambar Nabi Muhammad. Tapi ada sejumlah hadis sahih yang menggambarkan sosok nabi umat Islam itu, sehingga seorang pelukis bisa memindahkannya ke dalam sebuah gambar. Dalam ensiklopedia itu, Nabi Muhammad digambarkan sebagai seorang yang berperawakan gendut, pendek, dan memakai sorban tinggi. Dia memegang sebuah kitab--maksudnya Al-Quran--sedangkan tangan kirinya menggenggam sebilah pedang Arab yang melengkung itu. Gambar itu mirip sebuah foto dan bukan berupa sketsa atau gambar naturalis ala Basuki Abdullah.

Dalam kitab kumpulan hadis sahih himpunan KH Moenawar Cholil dan M. Hasby Assidieqy sebagaimana diceritakan oleh sahabat-sahabatnya, Nabi digambarkan sebagai orang yang berkulit putih dan berwajah rupawan. Perawakannya tinggi semampai. Jika berdiri di antara sahabat-sahabatnya, dia selalu tampak lebih tinggi walaupun tidak terlalu jangkung. Ia memelihara jenggot sedikit, tapi tidak berkumis, apalagi berewok. Rambutnya panjang sampai ke bahu alias gondrong. Jika berjalan, ia bagaikan seorang yang lagi menuruni gunung karena cepat. Ia tidak mungkin gendut seperti stereotipe syekh padang pasir. Sebab, ia punya kebiasaan berpuasa sehari dan tidak berpuasa hari berikutnya. Ia selalu berhenti makan sebelum merasa kenyang. Ketika berbuka puasa pun, ia hanya memakan dua butir korma. Dengan diet ketat seperti itu, tak mungkin ia gendut. Sekali-kali ia bukanlah seorang hedonis.

Nabi selalu menghiasi wajahnya dengan senyum. Jika berpapasan dengan orang, ia mendahulukan uluk salam. Ia mengasihi anak-anak kecil. Suka menyanjung orang dan punya kebiasaan mengunjungi orang yang lagi sakit, ia pun tidak pernah marah, selalu mengendalikan emosi, karena pedomannya adalah sabar. Pernah para sahabatnya yang marah kepada orang-orang Yahudi meminta agar Nabi mengutuk mereka. Tapi Nabi menjawab, "Tidak. Aku diutus tidak untuk mengutuk, tapi membawa rahmat." Pernah pula malaikat menyarankan kepada Nabi untuk mendoakan orang-orang Thaif agar dibinasakan Tuhan. Tapi Nabi menolak, padahal beliau telah dilempari baru dan jatuh ke lubang hingga hampir saja mati. Malah Nabi memohon agar dosa-dosa mereka diampuni karena "mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan".

Kartun yang dimuat dalam majalah Denmark Jyllands-Posten, yang menggambarkan Nabi sebagai orang yang berewokan dengan sorban yang ditempeli bom, tentu "jauh panggang dari api". Gambar Nabi dalam ensiklopedia yang membawa kitab juga tidak mungkin. Sebab, hingga wafatnya, wahyu Tuhan belum dikodifikasi dalam sebuah kitab, seperti Al-Quran yang tampak dalam gambar itu. Gambar dalam ensiklopedia itu memang tidak dimaksudkan sebagai sebuah potret, tapi hanya sebuah karikatur. Unsur-unsur gambar itu tidak pula didasarkan pada hadis, melainkan dari gambaran seorang Arab padang pasir Arab Saudi yang sebenarnya berlambangkan teks syariat dan pedang. Orang Barat tentu akan terkesan bahwa bendera itu melambangkan otoritarianisme: syariat ditegakkan dengan pedang.

Gambar kartun majalah Denmark itu juga didasari kesan sang kartunis mengenai umat Islam yang sekarang ini diidentikkan dengan terorisme bom dan sikap-sikap kekerasan. Kartun itu juga merupakan karikatur tentang umat Islam di dunia seperti yang umum dilihat oleh orang Barat. Kartun yang karikaturis itu oleh umat Islam dianggap sebagai sebuah penghinaan. Padahal kartun itu bukanlah sebuah penghinaan, melainkan sebuah kritik. Dengan menampilkan Nabi Muhammad sebagai simbol, ternyata perhatian umat Islam di seluruh dunia sungguh-sungguh tergugah dan bahkan marah. Sebenarnya masyarakat Barat sendiri sudah terbiasa dengan karikatur yang mencemooh kristianisme, khususnya katolikisme. Tapi mereka tidak marah besar karena karikatur itu ditanggapi sebagai kritik, bukan penghinaan.

Namun, barangkali sudah diperhitungkan oleh redaktur majalah tersebut bahwa kartun itu akan menimbulkan kemarahan yang diwujudkan dengan tindakan kekerasan. Sikap seperti itulah yang diharapkan akan timbul sehingga memberikan bukti bahwa gambaran kartun itu tentang umat Islam memang benar. Kemarahan umat Islam memang wajar-wajar saja, bisa dipahami. Tapi seharusnya umat Islam juga melakukan introspeksi, apakah kartun itu memang menggambarkan umat Islam. Di Indonesia, gambaran tentang Islam yang garang itu memang mencerminkan realitas. Misalnya, umat Islam mayoritas menyerbu perkampungan Ahmadiyah, membakar rumah dan masjid, menutup rumah ibadah umat Kristen, melakukan aksi sweeping terhadap tempat yang dianggap sebagai sarang maksiat, dan menghukum orang yang punya pandangan yang bertentangan dengan akidah mayoritas umat Islam.

Di hadapan aksi-aksi kekerasan itu, organisasi besar umat Islam, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah atau Nahdhatul Wathon di Lombok, tidak melakukan usaha apa pun untuk mencegah berkembangnya aksi kekerasan. Bahkan mereka cenderung menyetujuinya walaupun mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang sifatnya melindungi diri dari tuduhan menyetujui radikalisme. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin bahkan pernah membuat pernyataan bahwa dia adalah pelindung gerakan Islam radikal, tapi di tempat lain mengatakan dirinya sebenarnya berpaham liberal dan pluralis.

Organisasi-organisasi dominan itu sebenarnya telah kehilangan kendali kepemimpinan. Itulah sebabnya, berbagai kelompok umat Islam mengambil langkah sendiri-sendiri. Partai Keadilan Sejahtera dan Front Pembela Islam menghimpun massa dan mengajak umat Islam agar tidak mengkonsumsi produk-produk Denmark. Sebenarnya sangat disangsikan apakah kampanye antiproduk Denmark itu akan efektif. Mungkin masyarakat akan cuek saja. Tapi seandainya itu berhasil, produk-produk Denmark akan tidak laku. Akibatnya, perusahaan-perusahaan di Indonesia akan ditutup saja dan dipindahkan ke Vietnam atau Kamboja, yang dianggap lebih aman. Jika perusahaan-perusahaan itu hengkang dari Indonesia, akan terjadi pemutusan hubungan kerja. Akhirnya, rakyatlah yang menjadi korban dan menderita. Sekarang ini orang-orang kedutaan Denmark sudah diperintah untuk meninggalkan Indonesia. Pemerintah Indonesia diperkirakan tidak mampu melindungi warga asing. Sasaran demonstrasi sudah pula meluas kepada Amerika dan Inggris. Mungkin akan ada aksi-aksi bom lagi. Indonesia akan dipandang tidak aman bagi penanaman modal asing. Sementara itu, pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla berusaha membujuk modal asing. Jika perkembangan itu terjadi, yang terpukul bukan hanya rakyat, tapi juga Pemerintah.

Berhadapan dengan sikap umat Islam yang tidak cerdas dan tidak dewasa itu, organisasi-organisasi besar Islam, apalagi Majelis Ulama Indonesia, tidak mampu berbuat apa-apa dan tidak melaksanakan kepemimpinan. Mereka sudah tersandera oleh umatnya sendiri. Mereka tidak lagi memimpin, tapi disandera oleh emosi massa yang tidak bisa dikendalikan. Dilihat dari sudut ini, kartun yang sederhana itu telah berhasil mencapai tujuannya.[*]

No comments: