Saturday, June 02, 2007

Selalu Ingatlah Kepada Mati , Kematian

Karena sebenarnya ketika Mati itulah ,Kalian semua memulai Hidup Yang Panjang tak ada habisnya.Kuncinya memperbanyak Bekal Mati dan membawa Aqidah yang benar.Jangan mendekati syirik.

Tuesday, 29 May 2007

Waspada LDII

Laporan Abu Nafi’ah Dari Sarasehan Sehari MUI Bekasi:
Papan Nama LDII Seharusnya Dibuang
http://swaramuslim.net/
PAPAN nama LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) yang terdapat di mana-mana seharusnya dibuang atau ditiadakan, sebab LDII itu telah dinyatakan sebagai aliran sesat oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia), disejajarkan dengan aliran sesat Ahmadiyah.
Sekitar 250 ulama dan tokoh Islam sekabupaten Bekasi Jawa Barat setelah mendengarkan penjelasan Ketua MUI Pusat, KH Ma’ruf Amin, mereka menyuarakan keharusan dibuangnya plank-plank (papan-papan nama) LDII itu. Dengan tegas ketua umum MUI Kabupaten Bekasi, KH Amin Noer MA mempidatokan untuk dibuangnya plank-plank (papan nama) LDII itu dalam penutupan sarasehan sehari MUI Kabupaten Bekasi, di Kantor Pemda Bekasi, Rabu 26 Juli 2006. Tema sarasehan yang dibuka oleh Pjs Bupati Bekasi, Drs. H. Tenny Whisramwan Msi, ini adalah Membedah Paham Sekulerisme, Pluralisme, dan Liberalisme (Sepilis); dan Aliran Sesat di Indonesia. Bertindak selaku nara sumber dalam sarasehan ini tiga tokoh: KH Ma’ruf Amin (Ketua MUI Pusat), Hartono Ahmad Jaiz (penulis buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia), dan Adian Husaini MA (Ketua Dewan Dakwah). Dalam sarasehan itu KH Ma’ruf Amin menegaskan, LDII adalah aliran sesat, sebab Munas (Musyawarah Nasional) MUI, Juli 2005, memutuskan bahwa LDII itu jelmaan kembali dari Islam Jama’ah yang telah difatwakan MUI sebagai aliran sesat, sebagaimana Ahmadiyah. Demikian pula faham Sekulerisme, pluralisme agama, dan liberalisme telah difatwakan dalam Munas MUI itu sebagai faham yang haram diikuti. “Ini sangat ramai, sehingga saya ditanya wartawan Amerika segala,” ujar KH Ma’ruf Amin. Tentang Gus Dur yang menyatakan Al-Qur’an itu kitab suci paling porno di dunia, dipersoalkan pula dalam sarasehan MUI bekasi ini. Berkaitan dengan banyaknya plank-plan atau papan nama LDII di mana-mana, padahal jelas-jelas LDII itu sudah dinyatakan sebagai aliran sesat, maka ketua Umum MUI Kabupaten Bekasi KH Amin Noer MA meminta langsung kepada pihak keamanan yang dalam sarasehan ini tampak hadir di barisan depan, untuk meniadakan papan-papan nama LDII di mana-mana itu.
Sementara itu Hartono Ahmad Jaiz mengemukakan, kalau LDII mengaku bahwa sekarang sudah berbeda dengan Islam Jama’ah dan sudah pakai paradigma baru, maka perlu bukti. Tetapi bukti yang ada justru paradigma lebih canggih dalam hal menipu seperti yang telah ditulis dalam Koran Radar Jombang secara bersambung, kemudian dibukukan oleh LPPI dengan judul Akar Kesesatan LDII dan Tipuannya Triliunan Rupiah. LDII telah menipu sampai triliunan rupiah dengan dalih untuk investasi dan uang tagihan listrik secara kolektif. LDII mengiming-imingi untuk memberi bunga 7 sampai 10 persen per bulan, dan modalnya bisa diambil oleh pemiliknya kapan saja. Dengan iming-iming yang menggiurkan itu lalu banyak orang yang setor uang ke LDII, tahu-tahu janji itu tinggal janji. Jumlahnya hampir 11 triliun rupiah.
Duit tipuan LDII 11 triliun itu kalau berupa ratusan ribu yang merah, bila disusun menjadi satu tumpukan maka sampai setinggi tugu Monas Jakarta. Betapa banyaknya jumlah tipuan LDII ini. Kasus tipuan LDII tahun 2002-2004 mencapai hampir sebelas triliun rupiah itulah paradigma baru dalam hal canggihnya menipu. Makanya ditulis dalam buku berjudul Akar Kesesatan LDII dan Tipuannya Triliunan Rupiah. Di samping itu, sampai sekarang LDII menganggap sholat yang sah dan diterima oleh Alloh swt hanyalah sholat orang LDII yang berlandaskan buku KITABUSSHOLAH yang di halaman terakhir 152 tertulis: Tidak diperjual belikan, khusus untuk intern warga LDII. Buku 152 halaman yang jadi rujukan dan diajarkan khusus untuk warga LDII itu justru ada tipuannya di halaman 124 yaitu dengan mencantumkan Ubaidah bin Abdul Aziz (maksudnya Nur Hasan Ubaidah pendiri aliran sesat Islam Jama’ah yang telah dilarang Kejaksaan Agung 1971 dan difatwakan oleh MUI sebagai aliran sesat) sebagai sanad dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi.
Persoalannya, kenapa nama pendiri aliran sesat yang telah dilarang pemerintah ini dicantumkan dalam sanad hadits Imam At-Tirmidzi? Berarti itu membuat kebohongan. Tetapi kenapa justru dijadikan buku rujukan khusus warga LDII, dan dijadikan landasan untuk menganggap bahwa sholat yang sah hanya sholatnya orang LDII (yang berdasarkan buku palsu itu)? Hingga orang LDII biasanya tidak mau makmum terhadap orang selain LDII. Contoh nyata, dalam kasus mau mengadakan sholat Ied (hari raya) di Gedung Juang di Bekasi tahun lalu (2005), ternyata pihak LDII hanya mau kalau LDII yang jadi imam. Lalu ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim) tidak mau, ternyata LDII memisahkan diri. Jadi bohong belaka, kalau LDII mengaku bahwa sekarang sudah beda dengan Islam Jama’ah yang telah dinyatakan sesat dan dilarang pemerintah itu.
Tentang Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad disamping mengaku sebagai Nabi sesudah Nabi Muhammad saw, masih pula mengaku sebagai reinkarnasi (penjelmaan kembali) Nabi Muhammad saw. Jadi sudah sangat menyesatkan, kata Hartono Ahmad Jaiz. Demikian pula Abdurrahman alumni IAIN Jakarta 1997 yang dijadikan imam besar kelompok sesat Lia Eden, mengaku reinkarnasi Nabi Muhammad saw pula. Lia Eden telah divonis penjara 2 tahun oleh hakim pengadilan negeri Jakarta Pusat, Juni 2006, karena terbukti melakukan penodaan agama. Sedang Abdurrahman masih dalam proses diadali, dan sekarang masih dalam tahanan, jelas Hartono. Sementara itu Adian Husaini menjelaskan tentang bahaya Sepilis (sekulerisme, pluralisme agama, dan liberalisme) dengan mengemukakan data-data. Bagaimana umat Islam bisa menerima ketika dosen IAIN Surabaya, Sulhawi Ruba, menulis lafal Alloh, lalu dia injak sendiri, untuk menyatakan pendapatnya bahwa Al-Qur’an itu makhluk sebagaimana rumput. Bagaimana pula ketika mahasiswa IAIN Semarang membuat buku, Indahnya Perkawinan Sesama Jenis.

Bagaimana pula ketika mahasiswi dari IAIN Jogjakarta menulis, Ijinkanlah aku jadi pelacur ya Tuhan. Itu disamping tesis dari IAIN Jogjakarta yang dibukukan dengan judul Menggugat Otentisitas Wahyu Tuhan, maksudnya menggugat kemurnian Al-Qur’an. Lalu di IAIN atau UIN Jakarta ada dosen yang kerjanya menikahkan pasangan beda agama.
Kasus-kasus semacam itu itu telah merajalela di IAIN se-Indonesia, tandas Adian. Sarasehan sehari ini tampak hidup dan dinamik, dikemukakan bukti-bukti kesesatan yang nyata. Di antaranya sebagai berikut. Berbagai kesesatan LDII Menganggap kafir orang Muslim di luar jama’ah LDII. Dalam Makalah LDII berjudul Pentingnya Pembinaan Generasi Muda Jama’ah dengan kode H/ 97, halaman 8, berbunyi: “Dan dalam nasehat supaya ditekankan bahwa bagaimanapun juga cantiknya dan gantengnya orang-orang di luar jama’ah, mereka itu adalah orang kafir, musuh Allah, musuh orang iman, calon ahli neraka, yang tidak boleh dikasihi. ” Menganggap najis Muslimin di luar jama’ah LDII dengan cap sangat jorok, turuk bosok (vagina busuk). Ungkapan Imam LDII dalam teks yang berjudul Rangkuman Nasehat Bapak Imam di CAI (Cinta Alam Indonesia, semacam jamboree nasional tapi khusus untuk muda mudi LDII) di Wonosalam Jombang tahun 2000.
Pada poin ke-20 (dari 50 poin dalam 11 halaman): “Dengan banyaknya bermunculan jamaah-jamaah sekarang ini, semakin memperkuat kedudukan jamaah kita (maksudnya, LDII, pen.). Karena betul-betul yang pertama ya jamaah kita. Maka dari itu jangan sampai kefahamannya berubah, sana dianggap baik, sana dianggap benar, akhirnya terpengaruh ikut sana. Kefahaman dan keyakinan kita supaya dipolkan. Bahwa yang betul-betul wajib masuk sorga ya kita ini. Lainnya turuk bosok kabeh.” (CAI 2000, Rangkuman Nasehat Bapak Imam di CAI Wonosalam. Pada poin ke-20 (dari 50 poin dalam 11 halaman). Menganggap sholat orang Muslim selain LDII tidak sah, hingga orang LDII tak mau makmum kepada selain golongannya. Bagaimanapun LDII tidak bisa mengelak dengan dalih apapun, misalnya mengaku bahwa mereka sudah memakai paradigma baru, bukan model Nur Hasan Ubaidah. Itu tidak bisa. Sebab di akhir buku Kitabussholah yang ada Nur Hasan Ubaidah dengan nama ‘Ubaidah bin Abdul Aziz di halaman 124 itu di akhir buku ditulis: KHUSUS UNTUK INTERN WARGA LDII. Jadi pengakuan LDII bahwa sekarang sudah memakai paradigma baru, lain dengan yang lama, itu dusta alias bohong.
Penyelewengan utamanya: Menganggap Al-Qur’an dan As-Sunnah baru sah diamalkan kalau manqul (yang keluar dari mulut imam atau amirnya), maka anggapan itu sesat. Sebab membuat syarat baru tentang sahnya keislaman orang. Akibatnya, orang yang tidak masuk golongan mereka dianggap kafir dan najis (Lihat surat 21 orang dari Bandung yang mencabut bai’atnya terhadap LDII alias keluar ramai-ramai dari LDII, surat ditujukan kepada DPP LDII, Imam Amirul Mu’minin Pusat , dan pimpinan cabang LDII Cimahi Bandung, Oktober 1999, Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI Jakarta, cetakan 10, 2001, halaman 276- 280). Itulah kelompok LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) yang dulunya bernama Lemkari, Islam Jama’ah, Darul Hadits pimpinan Nur Hasan Ubaidah Madigol Lubis (Luar Biasa) Sakeh (Sawahe Akeh/ sawahnya banyak) dari Kediri Jawa Timur yang kini digantikan anaknya, Abdu Dhohir. Penampilan orang sesat model ini: kaku –kasar tidak lemah lembut, ada yang bedigasan, ngotot karena mewarisi sifat kaum khawarij, kadang nyolongan (suka mencuri) karena ada doktrin bahwa mencuri barang selain kelompok mereka itu boleh, dan bohong pun biasa; karena ayat saja oleh amirnya diplintir-plintir untuk kepentingan dirinya. (Lihat buku Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI Jakarta, cetakan 10, 2001).
Modus operandinya: Mengajak siapa saja ikut ke pengajian mereka sacara rutin, agar Islamnya benar (menurut mereka). Kalau sudah masuk maka diberi ajaran tentang shalat dan sebagainya berdasarkan hadits, lalu disuntikkan doktrin-doktrin bahwa hanya Islam model manqul itulah yang sah, benar. Hanya jama’ah mereka lah yang benar. Kalau menyelisihi maka masuk neraka, tidak taat amir pun masuk neraka dan sebagainya. Pelanggaran-pelanggaran semacam itu harus ditebus dengan duit. Daripada masuk neraka maka para korban lebih baik menebusnya dengan duit. Dalam hal duit, bekas murid Nurhasan Ubaidah menceritakan bahwa dulu Nurhasan Ubaidah menarik duit dari jama’ahnya, katanya untuk saham pendirian pabrik tenun. Para jama’ahnya dari Madura sampai Jawa Timur banyak yang menjual sawah, kebun, hewan ternak, perhiasan dan sebagainya untuk disetorkan kepada Nurhasan sebagai saham. Namun ditunggu-tunggu ternyata pabrik tenunnya tidak ada, sedang duit yang telah mereka setorkan pun amblas. Kalau sampai ada yang menanyakannya maka dituduh "tidak taat amir", resikonya diancam masuk neraka, maka untuk membebaskannya harus membayar pakai duit lagi.
Kasus terakhir, tahun 2002/2003 ramai di Jawa Timur tentang banyaknya korban apa yang disebut investasi yang dikelola dan dikampanyekan oleh para tokoh LDII dengan iming-iming bunga 5% perbulan. Ternyata investasi itu ada tanda-tanda duit yang telah disetor sangat sulit diambil, apalagi bunga yang dijanjikan. Padahal dalam perjanjian, duit yang disetor bisa diambil kapan saja. Jumlah duit yang disetor para korban mencapai hampir 11 triliun rupiah. Di antara korban itu ada yang menyetornya ke isteri amir LDII Abdu Dhahir yakni Umi Salamah sebesar Rp 169 juta dan Rp 70 juta dari penduduk Kertosono Jawa Timur. Dan korban dari Kertosono pula ada yang menyetor ke cucu Nurhasan Ubaidah bernama M Ontorejo alias Oong sebesar Rp22 miliar, Rp 959 juta, dan Rp800 juta.
Korban bukan hanya sekitar Jawa Timur, namun ada yang dari Pontianak Rp2 miliar, Jakarta Rp2,5 miliar, dan Bengkulu Rp1 miliar. Paling banyak dari penduduk Kediri Jawa Timur ada kelompok yang sampai jadi korban sebesar Rp900 miliar. (Sumber Radar Minggu, Jombang, dari 21 Februari sampai Agustus 2003, dan akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah karya H.M.C. Shodiq, LPPI Jakarta, 2004. ).


Bambang Irawan dkk Insyaf
April 22, 2006
Alhamdulillah, saya dapat menghadirkan sebagian kisah nyata yang bersumber dari buku “Bahaya Islam Jama’ah LEMKARI LDII”, oleh LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam)
Mereka yang Insaf dan Keluar dari LDII (kami contohkan lima orang saja),

K.H. Achmad Subroto
Ia seorang pengasuh pesantren mini yaitu Al-Fatah dengan santri 20 orang, di Desa Banjarmasin, Kec. Buduran, 5 km dari kota Sidoarjo, Jawa Timur. Belajar Al-Qur’an dan hadits pertama kali lewat Nurhasan Al-Ubaidah, dan dalam tempo 6 bulan sudah menjadi kader.
Suatu ketika ia menanyakan masalah kepada Nurhasan Al-Ubaidah: “Kenapa Nurhasan yang sudah amir kok malah memberi contoh tindakan yang berlawanan dengan syari’at, yaitu bercanda dan berbicara cabul dengan wanita?” Nurhasan jadi berang, maka kemudian: “Saya disuruh tobat 50 hari 50 malam, dan dilarang mengikuti pengajiannya selama itu dan diharuskan bai’at lagi.” Tak lama setelah peristiwa itu, Subroto keluar dan sadar.

Rina Wien Kusdiani
Ia terlibat Islam Jama’ah/LDII pada tahun 1977 ketika seorang temannya datang memperkenalkan pengajian kepadanya. “Saya saat itu sangat ingin mempelajari agama. Kok datang temen saya, dan pengajarannya bagus,” kata Rina.
Akan tetapi setelah lama kemudian ia merasa seperti yang dikatakannya, “ada yang tidak beres dalam ajaran yang saya peluk ini.” Tutur Rina yang berkaca mata itu: misalnya soal keamiran yang menurut dia mirip kepausan (Katolik), juga pemaksaan pajak 10% dan pengafiran kepada orang lain yang tidak sealiran. Rina mengaku pernah 2 kali menghadap imam Nurhasan yang dikiranya bisu itu, di kompleks Islam Jama’ah/LDII di Karawang. Adapun kebisuan Nurhasan itu terjadi setelah peristiwa Malang: ia dipermak di sana, dengan ilmu ghoib segala, akibat melarikan gadis cantik kemenakan CPM ke Garut (TEMPO, 15 September 1979). Rina berkomentar, “Saya lihat orangnya kelihatan agak sok.” Rina juga mengaku pernah diintimidasi setelah keluar dari aliran sesat ini. “Tapi saya tidak takut.” Keyakinannya kini: “Kita kini harus terbuka, dan dalam mencari kebenaran harus melalui proses yang wajar.”

Bambang Permono
Pada tahun 1977 ia masuk Islam Jama’ah/LDII dan tahun itu pula dibai’at. Ia keluar dari aliran sesat ini karena beberapa peraturan yang dibuat amir tidak mungkin lagi diterimanya: pada waktu itu tidak boleh mendengarkan radio, nonton tv, baca koran, majalah dan lain-lain. Mungkin sekarang ini peraturannya sudah berganti dengan lunak. Tahun 1979 ia sudah mau keluar setelah ada peristiwa ramai-ramai Islam Jama’ah. Ketika itu ia pimpinan masjid di Cempaka, ia berada tak jauh dari masjid dekat rumah Benyamin di Kemayoran yang digerebek rakyat (TEMPO, 15 September 1979). Nah, Bambang saat itu ingin bertemu amir untuk minta pendapat: bagaimana jalan keluarnya kalau aksi masa merembet ke Cempaka. “Kok imamnya pada ngumpet. Batang hidung mereka tidak kelihatan. Padahal itu belum lagi masalah besar. Lalu bagaimana kalau yang lebih gawat terjadi?” Bambang ambil kesimpulan: pengurus tidak bertanggung jawab. “Di dunia sudah tidak berani menjamin apalagi di akhirat.”

Debby Nasution
Selebritis, pencinta lagu dan yang tergabung dalam group Achmad Albar, God Bless ini, termasuk tenaga militan Islam Jama’ah/LDII. Sebagian besar aktivitasnya, mulai dari ia masuk Islam Jama’ah sejak umur 18 tahun, diperuntukkan mengaji. Boleh dibilang Debby anak emas Ubaidah dan ini diakuinya.
Toh dia memberontak. Masalah pokok yang dia bahas kemudian ditentangkan pada amirnya, adalah soal keamiran dan bai’at dalam Islam. Tapi mengapa tidak sejak dulu? “Dulu itu darah muda,” katanya. Kemudian Debby mengaji kepada ustadz-ustadz lain dan akhirnya menemukan kepalsuan-kepalsuan hadits yang dijejalkannya selama ini. Beringas memang ciri Islam Jama’ah. Memaki kepada yang bukan Islam Jama’ah dengan sebutan babi, anjing, adalah lumrah. Menurut Debby, “Apa begitu moral Rasulullah?” Dan kata-kata itu diucapkan di masjid!

Bambang Irawan bin Hafiludin
Ia adalah orang kedua setelah Nurhasan Ubaidah Lubis. Bahkan pernah menjadi menantunya. Ayah 5 anak kelahiran Pamekasan Madura itu mengaku, sejak usia 20 tahun sudah bersimpati kepada aliran ini yang waktu itu masih bernama Darul Hadits. Memang demikian kuatnya pengaruh Nurhasan Ubaidah, menurut Bambang, sampai-sampai orang bersedia menelan ludahnya. “Alhamdulillah, saya tidak sampai berbuat begitu,” ujarnya. Caranya orang itu menguap, kemudian Ubaidah meludahi mulutnya. Konon agar mudah mencari ilmu.
Proses kesadaran timbul setelah pergi ke Makkah 1974. Di Makkah, ia dan rombongan tidak cuma naik haji tetapi juga belajar memperdalam Al-Qur’an dan hadits kepada beberapa ulama. Di Saudi memang usaha Darul Hadits mendapat pujian. Tetapi setelah diceritakan bagaimana prakteknya, ulama Syaikh Abdul Aziz malah berang.”Ini namanya pekerjaan dajjal,” ujar sang ulama Saudi itu. Bambang menyatakan resmi keluar dari aliran sesat ini awal Desember 1982. Bambang mengatakan bahwa tenaga teras aliran sesat ini umumnya hebat, semangatnya tinggi bisa baca kitab. Sayangnya mereka masih dalam biusan dajjal Madigol.

No comments: