Saturday, June 16, 2007

Kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud a.s.

بسم الله الرّحمٰن الرّحيم نحمده' ونصلّى ونسلّم علـٰى محمّد رسوله الكريم

وعلـٰى عبده المنصور المسيح الموعود


KEBENARAN

HADHRAT MASIH MAU'UD A.S.

…Sebagai jawaban terhadap beberapa keberatan para Ulama 'Ghair Ahmadi' (bukan Ahmadiyah) berkenaan dengan kebenaran Wahyu yang diturunkan kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s.—['alaihi's-salâm].


 


 

KEBERATAN PERTAMA

أنت منّي و أنا منك

[Anta minnî wa anâ minka]

Artinya: "Engkau dari-Ku dan Aku dari engkau."


 

Jawaban:

  1. Tidak benar makna harfiah wahyu tersebut bagi Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Beliau a.s. menyatakan bahwa wahyu tersebut harus dimaknai sebagai istiarah atau kiasan.

تفسير القول بما لا يرضٰى به, قآئله'

[Tafsîru'l-qauli bimâ lâ yardhâ bihî qâ'iluhû]

"Menafsirkan ucapan dengan apa yang tidak diridai oleh pembicaranya."


 

  1. Dalam Bahasa Arab, ungkapan ini digunakan dalam arti menyatu dalam kecintaan atau ittihad dan maĥabbat. Dalam Alquran Karim terdapat ayat:


[Famaŋ-syariba minhu falaisa minnî]

"Siapa pun yang meminum 'air' dari 'sungai' ini, maka dia bukan dariku."


 

Dan juga ada potongan ayat yang berbunyi:


 

[Famaŋ-tabi'anî fa'innahû minnî]

"Siapa pun yang mengikutiku, maka dia dariku."


 

  1. Dalam Hadis pun juga terdapat pernyataan semisal itu:
    1. Yang Mulia Rasulullah saw.—[sha'l-Lallâhu 'alaihi wa sallam] bersabda kepada Sayyidina Ali k.w.—[karrama'l-Lâhu wajhahu]:

أنت منّي و أنا منك

[Anta minnî wa anâ minka]

"Engkau dariku dan aku dari engkau."


 

  1. Beliau saw. bersabda kepada Kabilah Asy'ari:

هم منّي وأنا منهم

[Hum minnî wa anâ minhum]

"Mereka dariku dan aku dari mereka."


 

iii.    Dalam Hadis, disebutkan ungkapan demikian itu:

أنا من الله عزّ و
جلّ والمؤمنون منّي فمن أذٰى مؤمنا فقد أذاني و من أذاني فقد أذٰى الله عزّ وجلّ

[Anâ mina'l-Lâhi 'azza wajalla wa'l-mu'minûna minnî faman-adzâ mu'minaŋ-faqad adzânî wa man-adzânî faqad adzâ'l-Lâha 'azza wajalla]

"Yang Mulia Rasulullah saw. bersabda, 'Aku dari Allah 'azza wa jalla dan orang-orang mukmin dariku. Maka, siapa pun yang menyakiti orang mukmin lainnya, berarti ia menyakitiku. Dan siapa pun yang menyakitiku, maka berarti ia menyakiti Allah 'azza wa jalla.'"


 

  1. Hadis di bawah ini lebih jelas lagi:

يقول الله عزّ وجلّ السّخيّ منّي و أنا منه

[Yaqûlu'l-Lâhu 'azza wajalla assakhiyyu minnî wa anâ minhu]

"Yang Mulia Rasulullah saw. bersabda bahwa Allah 'azza wa jalla berfirman, 'Orang dermawan itu dari-Ku dan Aku darinya.'"

Dari kutipan ini, Allah swt.—[subĥânahu wa ta'âlâ] menggunakan ungkapan 'min' berkenaan dengan manusia.


 

v.    Dalam satu hadis lain tertulis:

العبد من الله و هو منه

[Al-'abdu mina'l-Lâhi wa huwa minhu]

"Yang Mulia Rasulullah saw. bersabda bahwa seorang hamba itu dari Allah dan Dia darinya." (Al-Baihaqi, Syu'bil-Iman; dikutip dari Jami'us-Shaghir, Imam Suyuthi rahmatullahi 'alaihi, "Babul-'Ain", Jilid II, hal.68, Cetakan Mesir)


 

vi.     Di dalam riwayat lainnya, Yang Mulia Rasulullah saw. bersabda:

أبوبكر منّي وأنا منه

[Abû bakrim-minnî wa anâ minhu]

"Abu Bakar dariku dan aku darinya."


 

vii.     Dalam sebuah hadis disebutkan:

إنّ العبّاس منّي وأنا منه

[Inna'l-'Abbâsa minnî wa anâ minhu]

"Sesungguhnya, Abbas [r.a.]
dariku dan aku darinya."


 

viii.     Dalam sebuah hadis lagi tertulis:

بنو ناجية منّي وأنا منهم

[Banû nâjiyati'm-minnî wa anâ minhum]

"Banu Najiyah dariku dan aku dari mereka."


 

d.    i.    Dalam Tafsir Baidhawi berkenaan dengan penjelasan ayat Alquran:


[Famaŋ-syariba minhu falaisa minnî, ...]

"Maka, siapa saja yang minum darinya, ia bukanlah dari golonganku." (Al-Baqarah, 2:250)

Tertulis demikian:

أليس بمتّحد بي

[Alaisa bimuttaĥidim-bî]

"Siapa yang minum air, maka dia tidak bersatu denganku."


 

ii.     Dalam Tafsir Abus-Saud, di bawah ayat tersebut tertulis:

ليس بمتّصل بي ومتّحد معي من قولهم فلان مني كأنّه بعضه لكمال اختلاطها

[Laisa bimuttashilim-bî wa muttaĥidim-ma'î miŋ-qaulihim fulânum-minnî ka'annahû ba'dhuhû likamâli'kh-tilâthihâ]

"Dia tidak dekat denganku dan tidak menyatu bersamaku, dari ucapan mereka 'fulan dariku', seakan-akan ia bagiannya untuk menyempurnakan percampurannya."


 

iii.    Dalam penjelasan Hadis tertulis:

قوله هم منّي وأنا منهم ، يراد به الإتّصال أعـني هم متّصلون بي

[Qauluhû hum minnî wa anâ minhum, yurâdu bihi'l-ittishâlu a'nî hum muttashilûna bî]

"Yakni maksudnya ialah: 'Al-Ittishâl'; yaitu: Dia dekat denganku."


 

iv.     Yang Mulia Rasulullah saw. bersabda tentang sifat santun, akhlak yang mulia dan ketakwaan:

ثلاث من لم تكن فيه فليس مني ولا من الله

[Tsalâtsum-mal-lam takuŋ-fîhi falaisa minnî wa lâ mina'l-Lâhi]

"Tiga macam orang yang tidak termasuk dariku dan tidak pula dari Allah."


 

v.     Dalam Wafiytul-I'yan tertulis:

بل هٰذا كما يقال ما أنا من فلان ولا فلان منّي يريدون به البعد والنّفرة ومن هٰذا قول النّـبيّ صلّى الله عليه وسلّم ولد الزّنا ليس منّا وعليّ مّنّي وأنا منه

[Bal hâdzâ kamâ yuqâlu mâ anâ min fulâniw-walâ fulânum-minnî yurîdûna bihi'l-bu'da wa'n-nafrata wa min-hâdzâ qaulu'n-Nabiyyi shalla'l-Lâhu 'alaihi wa sallama waladu'z-zinâ laisa minnâ wa 'aliyyu minnî wa anâ minhu]

"Perkataan Abu Tamam 'Lastu min Sau'din' adalah demikian sebagaimana dikatakan: Aku bukan dari si Fulan dan Fulan bukan dariku. Menurut para Ahli bahasa maksudnya ialah menzhahirkan kerenggangan dan kebencian. Dan, demikian juga sabda Rasulullah saw., 'Anak zina bukan dari kami, dan Ali dariku dan aku darinya."


 

vi.     Penyair Arab, Amar bin Syasy berkata kepada istrinya:

فإن كنت منّي أو تريدين صحبتي

[Faiŋ-kunti minnî au turîdîni shuĥbatî]

"Kalau engkau dariku atau menghendaki hubungan denganku."

Jadi, arti dari "Anta minnî wa anâ minka" ialah: Engkau mencintaiku dan aku adalah tujuanmu yang juga keinginanku.


 

vii.     Maulwi Tsanaullah Amritsari menulis dalam Tafsirnya "Tsana'i" berkenaan dengan terjemahan ayat sebagai berikut:

فمن شرب منه فليس منّي

[Famaŋ-syariba minhu falaisa minnî]

"Siapa pun yang minum air dari sungai ini, berarti ia bukan dariku, dan siapa yang tidak meminumnya, maka dia adalah temanku."


 


 

KEBERATAN KEDUA

أنت مـنّي بمـنزلة أولادي

[Anta minnî bimanzilati aulâdî]


 

Masalah:

A.    أنت منّي بمنزلة أولادي
[Anta minnî bimanzilati awlâdî]—"Engkau dariku menduduki posisi putra-putraku."

B.    أنت منّي بمنزلة ولدي
[Anta minnî bimanzilati waladî]—"Engkau dariku menduduki posisi putraku."


 

Jawaban:

1.    Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, "Allah swt. adalah suci dari mempunyai anak."

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menjelaskan wahyu ini:

"Ingatlah bahwa Allah swt. suci dari mempunyai anak. Ia tidak mempunyai sekutu, tidak mempunyai anak dan tak seorang pun yang berhak mengatakan 'Aku Tuhan atau anak Tuhan.' Akan tetapi, kalimat pada tempat ini merupakan kiasan. Dalam Alquran Karim, Allah swt. menyatakan bahwa Rasulullah saw. adalah tangan-Nya. Sebagaimana firman-Nya:


[Yadu'l-Lâhi fauqa aydîhim]

'Tangan Allah berada di atas tangan mereka.'

"Demikianlah, Allah swt. bukannya mengunakan kata قل يا عباد الله
[Qul yâ 'ibâda'l-Lâhi]—yakni, 'Wahai hamba-hamba Allah'; tapi, menggunakan kata [Qul yâ 'ibâdî]—artinya, 'Wahai Nabi, katakanlah kepada mereka: Wahai hamba-hambaku!'

"Dia swt. pun berfirman:


[Fadzkuru'l-Lâha kadzikrikum âbâ'akum]

'Maka, ingatlah kalian kepada Allah swt. seperti ingat kalian kepada bapak-bapak kalian.'

"Bacalah dengan bijak dan hati-hati firman-firman Allah swt. tersebut. Dan, percayailah sebagai jenis mutasyâbihat—yang mempunyai bermacam-macam makna). Dan, yakinilah bahwa Tuhan itu suci dari mengambil anak. Dan tentangku, wahyu ini menjadi dalil yang tertulis dalam Barâhîn-i-Aĥmadiyyah:

قل إنمّآ أنا بشر مثلكم يوحٰىۤ إليّ أنمَّآ إلهٰكم إلـٰه وٰحد والخير كلّه' فى القرآن

[Qul innamâ anâ basyarum-mitslukum yûĥâ ilayya annamâ Ilâhukum Ilâhuw-Wâĥiduw-wa'l-khairu kulluhû fî'l-Qur'ân[i]]

'Katakanlah bahwa aku pun manusia seperti kamu yang diberi wahyu. Tidak diragukan lagi Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Esa, semua kebaikan ada dalam Alquran.'

"Yakni: 'Katakanlah bahwa aku pun manusia seperti kamu yang diberi wahyu. Tidak diragukan lagi, Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Esa, semua kebaikan ada dalam Alquran.'"

2.     "Dalam Alquran terdapat ayat:


'Maka, ingatlah kalian kepada Allah seperti ingat kalian kepada bapak-bapak kalian.'

"Ingatlah kepada Allah swt.
sedemikian rupa seolah-olah kamu mengingat bapak-bapak kamu. Tuhan bukan bapak kita, tapi berkedudukan sebagai bapak. Sebagaimana satu anak hanya mengakui satu bapak. Dalam pemahaman inilah pernyataan Ketauhidan-Nya.

"Demikian pula, Tuhan juga menginginkan bahwa Ia diyakini tidak memiliki sekutu. Dan dalam pemahaman inilah, pernyataan ketauhidan Allah swt.. Dan, Dia memiliki ghairat atau kecemburuan bahwa Allah swt. berkedudukan sebagai bapak."

3.     Wahyu ini bukan berbunyi "Anta waladî." Tetapi "Bimanzilati waladî," yang jelas sekali menafikan bahwa Allah swt. memiliki anak.

4.    Yang Mulia Rasulullah saw. bersabda:

a.    Dalam Hadis Qudsi, Allah
swt. berfirman:

الخلق عيال الله فأحبّ الخلق إلى الله من أحسن إلىٰ عياله،

[Al-khalqu 'iyâlu'l-Lâhi fa'aĥabbu'l-khalqi ila'l-Lâhi man aĥsana ilâ 'iyâlihî]

"Bahwa semua manusia keluarga Allah, maka sebaik-baik manusia adalah orang yang berbuat baik kepada keluarga-Nya."

Menurut hadis tersebut bahwa semua manusia adalah keluarga Allah, maka sebaik-baik manusia adalah orang yang berbuat baik kepada keluarga-Nya.

b.     Dalam Hadis:

إنّ الفقرآء عيال الله

[Inna'l-fuqarâ'a 'iyâlu'l-Lâh[i]]

"Sesungguhnya orang-orang fakir itu keluarga Allah."

5.     Syah Waliyullah Sahib Muhaddis Delhi r.h. menulis tentang kata "Ibnu Allah":

"Kalau ungkapan anak digunakan selain untuk menyatakan rasa kecintaan, tentulah itu sesuatu yang aneh."

Beliau r.h. bersabda:

فخلف من بعدهم خلف لم يفطنوا الوجه التّسميّة وكادوا يجعلون البنوّة حقيقة

[Fakhalafa mim-ma'dihim khalful-lam yafthanu'l-wajha't-tasmiyyata wakâdû yaj'alûna'l-banuwwata ĥaqîqa[h]/[tan]]

"Yakni, sesudah masa permulaan kaum Nasrani, muncullah generasi baru yang mana mereka tidak memahami sebab penamaan Al-Masih sebagai anak Allah, dan mereka memahami ungkapan anak itu dalam arti hakiki."

6.     Yang Mulia Maulwi Sahib Muhajir Makki r.h. berkata dalam bukunya Izalatul-Auhâm, halaman 520. Yang dimaksud dengan farzand atau anak, adalah Hadhrat Isa a.s. yang dianggap oleh orang Nasrani sebagai anak yang sebenarnya.

Namun, semua orang Islam mempercayai bahwa Isa a.s. yang dijuluki sebagai anak Allah itu adalah kekasih pilihan Allah swt.. Seolah-olah kata "anak Allah" mengandung arti sebagai kekasih pilihan Tuhan. Dalam pengertian ini orang-orang Islam juga mempercayai bahwa Almasih itu sebagai anak Allah.


 


 


 

KEBERATAN KETIGA

أنت مـنّي بمـنزلةِ توحـيدي وتفـريدي

[Anta minnî bimanzilati tauhîdî wa tafrîdî]

"Engkau dari-Ku menduduki ketauhidan-Ku dan ketunggalan-Ku"


 

Jawaban:

  1. Kata "tauĥîd" dan "tafrîd" adalah bentuk masdar yang artinya 'mempertunggal' dan 'mengesakan Allah'. Maka, maksud wahyu tersebut adalah bahwa Tuhan itu Tunggal dan Esa; yaitu pada zamannya, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. adalah seorang muwahhid yang besar. Dalam arti demikian, apakah ada keberatan?
  2. Hadhrat Masih Mau'ud a.s.—berkenaan dengan ungkapan itu—menjelaskan, "Engkau di sisi-Ku begitu dekat, demikian pula Aku menghendaki engkau seperti Kemanunggalan-Ku dan Keesaan-Ku."
  3. Hadhrat Bayazid Bustomi r.h. berkata, "Setelah Allah swt. meletakkan mahkota kekeramatan di atas kepalaku, maka terbukalah pintu ketauhidan bagiku.

    "Ketika aku diberitahu bahwa sifat-sifatku dan sifat-sifat-Nya menyatu, maka setelah Dia swt. menganugerahkan kemuliaan dari sisi-Nya, lalu memberitahukan nama dari hadirat-Nya. Sehingga, dua wujud menjadi sirna dan melarut menjadi satu wujud. Kemudian, Tuhan berfirman, 'Apa yang menjadi keridaanmu itulah yang menjadi keridaan-Ku.'

    "Keadaan sampai pada puncak sedemikian rupa di mana aku mendapatkan segenap sifat kemanusiaan lahir dan batin, menjadi hilang sirna. Dia membukakan sebuah lubang di dalam kegelapan dada, lalu aku dianugerahi lidah tajrîd dan tauĥîd—artinya, wahyu-wahyu mengalir dari lidahku. Maka sekarang—pasti, lidahku dari Tuhan yang bersifat 'Berdiri Sendiri', dan hatiku dari 'cahaya Ketuhanan', dan mataku dari 'ciptaan Wujud Yang-tiada-tanding'. Dan dengan pertolongan-Nya itulah, aku berkata, dan dengan kekuatan-Nya aku bergerak.

    "Apabila dengan itu aku hidup, maka sekali-kali aku tidak akan mati. Manakala aku telah mencapai maqam ini, maka isyarahku merupakan isyarah Tuhan Yang Azali. Dan, ibadahku merupakan ibadah yang abadi, dan lidahku [merupakan] lidah tauhid, dan ruhku [adalah] ruh tajrîd (yang tiada duanya).

    "Aku tidak berkata dengan kehendakku sendiri bahwa aku sebagai orang yang berbicara dan aku tidak mengetahui kepada diriku bahwa aku yang berbicara. Dia-lah yang menggerakkan lidahku ini dan sebagai penerjemah di antara keduanya. Pada hakikatnya, Dia-lah yang Ada. Aku tidak ada."

    4.    Catatan tentang kepribadian agung Hadhrat Bayazid Busthami r.h., ada tertulis di tempat lain dengan judul Hajar Aswad Manam, halaman 642 dan 662, tertulis seperti ini.


 


 


 

KEBERATAN KEEMPAT

أنت من مآئنا و هم من فشلٍ

[Anta mim-mâ'inâ wa hum miŋ-fasyal[in]]

"Engkau dari air Kami, sedang mereka dari kegagalan"


 

Jawaban:

  1. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menerangkan mafhumnya seperti ini. Di tempat ini, arti 'air' adalah air keimanan, air istiqamah, air ketakwaan, air kesetiaan, air kebenaran, air kecintaan kepada Allah swt. yang didapatkan dari Tuhan. Dan fasyal berarti kepengecutan, kepenakutan dan kegagalan yang berasal dari setan.
  2. Dalam Alquran Majid terdapat ayat:


[Khuliqa'l-insânu min 'ajal[in]...]

"Manusia diciptakan dari ketergesaan."

Hadhrat Jalaluddin Sayuthi r.h. menerangkan tentang tafsirnya demikian:

إنّه' لكثرة عجله، فيۤ أحـوٰله، كأنّه' خلق منه'

[Innahû likatsrati 'ajalihî fî aĥwâlihî ka'annahû khuliqa minhû]

"Manusia dalam berbagai keadaan selalu menempuh cara yang tergesa-gesaو seolah-olah ia diciptakan dari ketergesa-gesaan. Bukankah manusia itu anak dari ketergesa-gesaan?"

  1. Air Tuhan dikatakan 'wahyu Ilahi' dan 'kecintaan kepada-Nya' sebagaimana Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sendiri bersabda, "Satu alam telah mati tanpa air-Mu. Wahai Tuhan, salurkanlah aliran sungai itu ke arah sini!"

    Di lain tempat, beliau a.s. bersabda:

فإن شئت مآء الله فاقصد مناهلي فيعطيك من عين وعين تنوّر

[Fa'iŋ-syi'ta mâ'a'l-Lâhi faqshud manâhalî fayu'thîka min 'ayniw-wa'ainuŋ-tunawwar[u]]

"Apabila engkau menginginkan air Allah, maka datanglah ke sumber mata-airku ini. Maka, Dia akan memberikan mata air kepadamu, dan kamu akan diterangi dengan mata rohani."


 


 


 

KEBERATAN KELIMA

رَبُّـنَا عَـاجٌ

[Rabbunâ 'aajj[un]]

Para penentang Jemaat Ahmadiyah mengartikan wahyu tersebut dengan: Tuhan kami adalah gading gajah.


 

Jawab:

Lafaz 'âjjun [ عاج ] bukan berarti 'gading gajah', melainkan 'âjjun yang tertulis tasydid di atas jim [ ج ] yang berarti 'orang yang memanggil.' Lafaz 'âjj


(
عاج ) adalah isim musytaq.

Lihatlah dalam Kamus:

عَجَّ - عَجًّا - وَعَجِيْجًا

['Ajja – 'ajjân – 'ajîjân]

"Panggillah olehmu"

Sebagaimana dalam suatu hadis, Rasulullah saw. bersabda:

أَفْضَلُ الحْـَجِّ اَلْعَجُّ وَالثَّجُّ

[Afdhalu'l-ĥajji al-'ajju wa'ts-tsajju]

"Haji yang paling utama adalah mengumandangkan talbiyah dan memberikan pengorbanan."

Dalam hadis tersebut, dinyatakan bahwa "Haji yang paling utama adalah mengumandangkan talbiyah dan memberikan pengorbanan." Wahyu tersebut juga berarti: Tuhan kami adalah Penyeru ahli dunia ke sisi-Nya.


 


 


 

KEBERATAN KEENAM

إسمـع ولـدي

[Isma' waladî]

"Wahai anak-Ku, dengarkanlah!"


 

Jawaban:

  1. Tuduhan ini sungguh salah bahwa Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menerima wahyu tersebut. Perlihatkanlah dari salah satu kitab beliau; dan kalau ada, ambillah hadiah ini!
  2. Wahyu yang diterima Hadhrat Aqdas Masih Mau'ud a.s. tidak berbunyi tersebut di atas, tetapi berbunyi:

أسمـع وأرى

[Asma'u wa'arâ]

"Aku Allah mendengar dan melihat."Maktubah Ahmadiyah, jilid I, halaman 23; dan Anjami Atham, hal. 54

Wahyu tersebut terdapat juga dalam Alquran:

قَالَ
لاَ
تخَـَافَا
إِنَّنيِ
ْمَعَكُمَا
أَسمْـَعُ
وَأَرٰى

.

Dia Allah berfirman, "Kalian berdua Musa dan Harun jangan takut, sesungguhnya Aku bersama kalian, Aku mendengar dan melihat." (Thâ Hâ, 20:47)

  1. Rujukan buku yang diberikan oleh penentang bukannya tulisan Hadhrat Aqdas a.s., tetapi tulisan Babu Manshor Ilahi. Di dalamnya, ia memberikan rujukan "Jilid I, halaman 49". Bahwa, wahyu ini dikutip dari: "Maktubat Hadhrat Aqdas a.s.", Jilid I, hal. 23.

    Akan tetapi, ternyata wahyu "Isma' waladî" itu tidak terdapat dalam "Maktubat Hadhrad Aqdas a.s.." Yang ada adalah wahyu yang berbunyi: "Asma'u wa'arâ."

    Di dalam kitab Al-Busyra, ada kesalahan tulis yang seharusnya "wa arâ" ditulis menjadi "waladî". Dalam kitab Hadhrat Aqdas 'alaihis salam mana pun, tidak ada kata "waladî".

    Babu Manshor Ilahi mengakui kesalahan ini dan dimuat dalam Al-Fazal, Jilid IX, hal. 96. Bahwa, di dalam Al-Busyra, Jilid I, hal. 49, baris ke 10, secara keliru telah tercetak satu wahyu yang diterima Hadrat Masih Mau'ud a.s. yang berbunyi "Asma'u wa'arâ", menjadi "Isma' waladî", dan terjadi juga kesalahan pada terjemahannya.


 


 


 

KEBERATAN KETUJUH

أنت إسمـيَ اْلأعلـٰى

[Anta ismiya'l-A'lâ]

"Engkau adalah nama-Ku yang tertinggi, [yaitu Tuhan]"


 

Jawaban:

  1. Terjemahan itu musuh kami itu salah. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sendiri telah menerjemahkannya dengan "Engkau adalah mazhar, penzahiran sifat A'lâ-Ku. Yang artinya, engkau selalu mendapatkan keunggulan."
  2. Seolah-olah dalam wahyu ini terdapat isyarat kepada ayat Alquranul-Karim:


[Kataba'l-Lâhu la'aghlibanna anâ wa rasulî]

"Allah swt. telah menetapkan Aku dan para Rasul-Ku pasti menang."

  1. Syekh Abdul Qadir Jailani r.h. mendapatkan wahyu sebagai berikut sebagai pertimbangan:

فجآء الخطاب من الرّبّ القدير أطلب ما تطلب فقد أعطيناك عواضا عن انكسار قلبك ... فجآءه الخطاب من الله العزيز القدير جعلت أسمآءك مثل أسمآئي فى الثّواب والتّأثير و من قرأ اسما من أسمآءك فهو كمن قرأ إسما من أسمآئي

[Fajâ'a'l-khithâbu mina'r-rabbi'l-qadîri uthlub mâ tathlubu faqad a'thainâka 'iwâdhan-'aniŋ-kisâri qalbika ... fajâ'ahu'l-khithâbu mina'l-Lâhi'l-'azîzi'l-qadîri ja'altu asmâ'aka mitsla asmâ'î fî'ts-tsawâbi wa't-ta'tsîri wa man qara'a ismam-min-asmâ'ika fahuwa kamaŋ-qara'a ismam-min-asmâ'î]

"Kemudian, Allah berfirman kepada Syekh Abdul Qadir, 'Disebabkan karena kerendahan hatimu, Aku berfirman kepadamu: Mintalah apa yang kamu inginkan, Aku akan memberikan kepadamu.' Kemudian, Allah swt. berfirman kepadanya, 'Wahai Abdul Qadir, Aku telah menjadikan sifat-sifatmu seperti sifat-sifat-Ku dalam memberikan pahala dan kemuliaan. Maka, orang yang menyebut sifat-sifat apa saja dari sifat-sifatmu, seolah-olah ia telah menyebut satu sifat dari sifat-sifat-Ku.'"

  1. Hadhrat Imam Muhyiddin Ibnu Arabi menulis dalam bukunya Khususu'l-Ĥikam bahwa Hadhrat Amirul Mukminin Imamul Muttaqin Ali bin Abi Thalib k.w. menyampaikan khotbah kepada orang-orang, "Diberikan kepadaku gelar ismu'l-Lâh, yaitu Lambung Tuhan yang di dalamnya kamu bersikap berlebihan (ifrath dan tafrith). Aku adalah Pena Tuhan, aku Lauĥ Maĥfuzh, dan aku adalah Arasy. Aku adalah Kursi, dan aku adalah Tujuh lapis langit dan Tujuh lapis bumi.
  2. Arti isim dalam wahyu ini adalah sifat, sebagaimana tersebut dalam sebuah Hadis yang berbunyi:

إنّ لي أسمآء ... وأنا الماحى الّذي يمحو الله بي الكفر

[Inna lî asmâ'a ... wa ana'l-mâĥi'l-ladzî yamĥu'l-Lâhu biya'l-kufr[a]]

"Aku mempunyai beberapa sifat ... aku adalah Mahi yang dengan itu aku menghapus kekafiran." (Al-Bukhari, Juz II, hal. 270)

Asmâ' yang bentuk tunggalnya ismun dalam hadis ini adalah sifat dari Rasulullah saw.. Kemudian, dalam wahyu ini, mengisyaratkan kepada sifat Allah Yang Maha Tinggi, yaitu Yang Maha Mengungguli segala sesuatu. Oleh karena, setiap Nabi merupakan penampakan dari sifat Tuhan ini. Allah swt. juga telah menetapkan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sebagai penampakan sifat Ilahi ini.


 


 


 

KEBERATAN KEDELAPAN

إعـمل ما شـئت فـإنّي قـد غـفرت لك

[I'mal mâ syi'ta fa'innî qad ghafartu lak[a]]

"Berbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku telah mengampunimu."


 

Jawaban:

  1. Yang Mulia Rasulullah saw. bersabda:

لعلّ الله إطّلع علـٰى أهل بدر وقال إعملوا ما شئتم فقد وجبت لكم الجنّة أو قد غفرت لكم

[La'alla'l-Lâha ith
thala'a 'alâ ahli badriw-waqâla i'malû mâ syi'tum faqad wajabat lakumu'l-jannatu aw qad ghafartu lakum]

"Allah saw. telah menampakkan pertolongan kepada Ahli Badar seraya berfirman, 'Kerjakan apa yang engkau inginkan, sekarang Surga telah ditetapkan untukmu atau Aku telah memaafkanmu.'"

Fakta membuktikan bahwa telah datang suatu keadaan atas orang-orang yang diterima Allah saw. ketika mereka telah dijauhkan dari keburukan dan dosa. Dan telah dimasukkan kebencian yang sangat terhadap dosa itu ke dalam fithrah mereka. Dengan demikian tidak ada keberatan tentang hal itu.

  1. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sendiri telah menafsirkan wahyu ini dalam Barâhîn-i-Aĥmadiyyah, Jilid IV, hal. 561, catatan pada 'Catatan Jilid IV'.

    Juga, pidato Hadhrat Aqdas Masih Mau'ud a.s. pada Al-Ĥakam, Jilid VII, No. 31, halaman 4, sebagai berikut:

    "Kalimat ini tidak bermaksud: Telah dihalalkan atasku apa-apa yang telah dilarang oleh Syariat. Bahkan, maksudnya adalah: Telah ditanamkan dalam pandanganku kebencian terhadap apa-apa yang dilarang dan dimasukkan ke dalam fitrahku kecintaan untuk beramal saleh seolah-olah kemauan Tuhan sudah menjadi kemauanku sebagai hamba-Nya. Segala aspek keimanan dan kecintaan telah ditanamkan ke dalam pandangannya sebagai tuntutan fitrahnya.

وذٰلك فضل الله يعطيه من يشآء

[Wa dzâlika fadhlu'l-Lâhi yu'thîhi ma'y-yasyâ'i]

'Dan itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki.'"


 


 


 

KEBERATAN KESEMBILAN

كـن فيكـون

[Kun Fayakûn]

"Jadilah, maka ia ada"


 

Jawaban:

a.    Wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. ini memang ada. Tapi sebelumnya, ada kata "Qul" yang makh'dzuf (dibuang). Sebagaimana sebelum Surat Al-Fâtiĥah ada kata "Qul" yang makhdzuf, yakni berkenaan dengan ini Allah swt. berfirman tentang Diri-Nya. Keberatan ini sama dengan seorang Arya atau Kristen yang berkata, "Lihatlah, Muhammad telah mendakwakan diri bahwa 'Tuhan pun menyembahku.'" karena Tuhan telah berfirman kepada beliau saw.:

إياك نعبد

[Iyyâka na'budu]

"Hanya kepada engkau Kami menyembah."

Dengan demikian, apa yang menjadi jawaban Anda, maka jawaban itu pula sebagai jawaban saya. Dalam bahasa Arabnya:

مَا هُوَ جَوَابُكُمْ فَهُوَ جَوَابُنَا

(Mâ huwa jawâbukum fahuwa jawâbunâ)

Demikian juga Hadhrat Masih Mau'ud a.s. telah menulis: Inilah firman Tuhan yang diturunkan kepadaku, bukan kata-kataku sendiri.

b.    Apabila Anda tidak dapat menerima jawaban di atas, maka perhatikanlah perkataan Syeikh Abdul Qadir Jaelani berikut ini.

"Allah swt. berfirman dalam sebagian Kitab-Nya:

يَا ابْنَ آدَمَ أَنَا اللهُ لاَ إِلـٰهَ إِلاَّ أَنَا أَقُوْلُ لِشَيْئٍ كُنْ فَيَكُونُ أَطِعْـِنيْ أَجْعَلُكَ تَقُوْلُ لِشَيْئٍ كُنْ فَيَكُونُ فَقَدْ فَعَلَ ذٰلِكَ بِكَثِـْيرٍ مِنْ أَنْبِيَآءِه وَخَوَاصِه مِنْ بَـِنيْ آدَمَ

[Ya'bna âdama, ana'l-Lâhu lâ ilâha illâ anâ, aqûlu lisyai'in kun fayakûn, athi'nî aj'aluka taqûlu li syai'in kun fayakûn, faqad, fa'ala dzâlika bikatsîrim-min anbiyâ'ihî wa khawâ

"Wahai anak Adam, Aku adalah Allah, tiada tuhan kecuali Aku. Aku berfirman kepada sesuatu 'Jadilah, maka ia ada!'. Taatlah kepada-Ku, Aku akan menjadikan engkau. Engkau berkata kepada sesuatu 'Jadilah, maka ia ada', maka—sungguh—Dia telah berbuat demikian begitu sering kepada sebagian Nabi-Nya dan orang-orang pilihan keturunan Adam." (Futuhul-Ghaib, Maqalah, no. 16, catatan kaki Qalaidul-Jawahir Fi Manaqibil Syeikh Abdul Qadir, cetakan Mesir, hal. 31)


 

ثُمَّ يُرَدُّ عَلَيْكَ التَّكْوِيْنُ فَتُكُوِّنُ بِاْلإِذْنِ الصَّرِيْحِ الَّّذِيْ لاَ غَبَرَ عَلَيْهِ .

Artinya: "Kemudian engkau akan dianugerahi tingkat penciptaan dan kemampuan untuk menciptakan dengan izin yang jelas yang tiada cacat atasnya.

Singkatnya, sesudah itu engkau akan dianugerahi tingkat penciptaan, yakni kemampuan untuk menciptakan dan atas perintah sendiri serta dengan izin yang jelas engkau akan dapat menciptakan. (Nida-e-Ghaib, hal. 24)


 

c.    Sir Dr. Muhammad Iqbal mengatakan di dalam buku Bali Jibril: "Mantapkanlah kepribadianmu sampai sedemikian rupa. Sehingga, sebelum setiap takdir Tuhan datang, Tuhan Sendiri bertanya kepada hamba-Nya: 'Beritahukanlah apa yang kamu inginkan!'


 


 


 

KEBERATAN KESEPULUH

لولاك لما خلقت الأفلاك

[Laulâka lamâ khalaqtu'l-Aflâk]

"Seandainya bukan karena engkau, Aku tidak akan menciptakan jagat raya ini."


 

Jawaban:

  1. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menjelaskan wahyu ini sebagai berikut:

    "Pada masa setiap Pembaharu yang agung, langit dan bumi baru diciptakan secara rohani. Yakni, para malaikat ditugaskan untuk melayani maksud-maksud tersebut. Sedangkan di bumi, diciptaan jiwa-jiwa yang selalu tanggap. Jadi, wahyu ini mengisyaratkan kepada hal tersebut."

  2. Syeikh Abdul Qadir Jaelani Al-Jaelani r.h. menjelaskan tentang Wali-wali Allah swt. dan orang-orang yang mendapatkan qurb atau kedekatan Ilahi sebagai berikut:

بهم ثبات الأرض والسّمآء وقرار الموتى والأحيآء إذ جعلهم مليكهم أوتادا للأرض الّتي رحٰى فكلّ كالجبل الّذي رسا

[Bihim tsabâtu'l-ardhi wa's-samâ'i waqarâru'l-mautâ wa'l-aĥyâ'i idz ja'alahum malîkuhum autâdal-li'l-ardhi'l-latî raĥâ fakulluŋ-ka'l-jabali'l-ladzî rasâ]

"Dikarenakan merekalah, maka dikuatkan bumi dan langit, dan ditetapkan orang-orang yang hidup dan mati. Ketika mereka dijadikan oleh Pemilik mereka sebagai tonggak bumi yang berputar, jadi, semuanya seperti gunung yang tegak."

  1. Syekh Abdul Qadir Jaelani r.h. berkata di tempat lain:

بهم تمطر السّمآء وتنبت الأرض وهم شمن البدو والعباد بهم يدفع البلا ۤء عن الخلق

[Bihim tamturu's-samâ'u wa tumbitu'l-ardhu wa hum syaminu'l-badwi wa'l-'ibâdi bihim yudfa'u'l-balâ'u 'ani'l-khalq[i]]

"Karena mereka, langit menurunkan hujan dan bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan; dan mereka menjadi pemelihara negeri-negeri dan manusia; dan dikarenakan mereka, makhluk dihindarkan dari bencana."

  1. Hadhrat Imam Rabbani Alfi Tsani r.h. berkata:

    "Tuhan adalah tempat perlindungan penghuni langit dan bumi, merupakan ghanimah, yang karenanya—dari Dia-lah hujan diturunkan, dan melalui Dia-lah penduduk bumi dianugerahi rizki dan kesuburan.

بهم يمطرون وبهم يرزقون

[Bihim yumtharûna wa bihim yurzaqûn[a]]

"Karena mereka para makhluk dikaruniai hujan dan karena mereka para makhluk diberi rizki."

  1. Sir Dr. Muhammad Iqbal berkata:

    "Jagat raya ini hanya merupakan warisan bagi orang mukmin yang berani berkorban. Bukanlah seorang mukmin yang tidak memiliki sifat Muhammad.

    "Semua jagat raya ini adalah warisan bagi orang yang beriman. Jagat raya merupakan argumentasi (hujjah) bagi ucapanku."


 


 


 

KEBERATAN KESEBELAS

رأيتني فى المنام عين الله

[Ra'aitunî fi'l-manâmi 'aina'l-Lâh]

"Aku melihat diriku dalam mimpi sebagai Allah."


 

Jawaban:

  1. Ini pemandangan yang dilihat dalam mimpi dan menganggap mimpi sebagai suatu yang lahiriah adalah kezaliman, contoh mimpi Nabi Yusuf a.s.. Apabila Anda menyatakan bahwa jika dalam mimpi pun seorang Nabi tidak boleh melakukan sesuatu yang dilarang diwaktu jaga, maka perhatikanlah Hadis berikut ini:

    i.    Dalam Hadis Riwayat Muslim tertulis:

رأيت في يديّ سـوارين مـن ذهب

[Raitu fî yadayya sawâraini miŋ-dzahab[in]]

"Aku melihat pada dua tanganku dua buah gelang emas."

ii.    Dalam Hadis Riwayat Bukharî, "Kitâbu'r-Ru'yah Bâbu'n-Nafhi fi'l-Manâm", Jilid IV, halaman 134, dan Jilid II, halaman 49, Cetakan Ilahiyah, Mesir, tertulis:

إنّ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم قال بين أنا نآئم رأيت في يديّ سوارين من ذهب

[Inna rasûla'l-Lâhi shalla'l-Lâhu 'alaihi wa sallama qâla baina anâ nâ'imur-ra'aitu fî yadayya sawâraini miŋ-dzahab[in]]

"Sesungguhnya, Rasulullah saw. bersabda: Di waktu tidur, aku melihat dua gelang emas pada dua tanganku."

Memakai emas bagi seorang laki-laki diharamkan dalam keadaan jaga.

iii.    Berkenaan dengan Hadhrat Imam Abu Hanifah r.h., Hadhrat Syeikh Fariduddin Ath-Thar r.h.
berkata:

  • Suatu malam, beliau (Imam Abu Hanifah) r.h. melihat dalam mimpi bahwa beliau sedang mengumpulkan tulang-belulang Hadhrat Rasulullah saw. dari dalam liang lahat.

    Sebagian tulang-tulang itu beliau senangi dan sebagian lagi beliau buang. Dikarenakan dahsyatnya mimpi itu, beliau terbangun dan menjelaskan mimpinya itu kepada salah seorang teman Ibnu Sirin r.h..

    Beliau menjawab, bahwa mimpi itu sangat beberkah, "...Yaitu Tuan akan memiliki ilmu Rasulullah saw., dan menjaga sunah beliau sedemikian rupa. Sehingga, Tuan dapat memisahkan antara yang sahih dan yang tidak sahih."

  • Berkenaan dengan ini pula, Dâta Ganj Bakh'sy menulis: Maka pada suatu malam, beliau r.h. (Imam Abu Hanifah) melihat dalam mimpi bahwa beliau sedang mengumpulkan tulang-belulang beberkah Hadhrat Rasulullah saw. dari liang lahat dan sebagiannya beliau ambil. Karena dahsyatnya mimpi itu, beliau terjaga dari tidurnya. Beliau menanyakan ta'birnya kepada salah seorang sahabat Muhammad Ibnu Sirin r.h., maka beliau menjawab, "Engkau akan mencapai derajat yang sangat agung di dalam memelihara ilmu dan sunnah Yang Mulia Rasulullah saw.. Sehingga, engkau akan mendapatkan kemampuan sedemikian rupa untuk membedakan yang sahih dan yang salah."

b.    Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menulis tentang tabir mimpi itu: "Kenapa kalian mengabaikan tabir itu?


 

ولا نعني بهٰذه الواقعة كما يعنٰى في كتب أصحاب وحدة الوجود وما نعني بذٰلك ما هو مذهب الحلوليّين بل هٰذه الواقعة توافق حديث النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم أعني بذٰلك حديث البخاريّ في بيان مرتبة قرب النّوافل لعباد الله الصّـٰلحين

[Walâ na'nî bi hâdzihi'l-wâqi'ati kamâ yu'nâ fî kutubi ashĥâbi waĥdati'l-wujûdi wa mâ na'nî bidzâlika mâ huwa madzhabu'l-ĥulûliyyîna bal hâdzihi'l-wâqi'atu tuwâfiqu ĥadîtsa'n-nabiyyi shalla'l-Lâhu 'alaihi wa sallama a'nî bidzâlika hadîtsu'l-bukhâriyyi fî bayâni martabati qurbi'n-nawâfili li'ibâdi'l-Lâhi'sh-shâliĥîn[a]]

"Kami tidak memaknakan peristiwa ini sebagaimana yang dimaknakan dalam kitab-kitab para pengikut Wahdatul-Wujud (yakni aku sendiri adalah Tuhan), dan kami tidak memaknakan hal itu seperti pendapat para Hululiyin (Tuhan menitis dalam diriku), bahkan peristiwa ini sesuai dengan Hadis Nabi saw., yaitu Hadis Bukhari tentang penjelasan martabat hamba-hamba Allah yang shaleh yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah swt. dengan melakukan ibadah nafal."

Maksud Hadis tersebut adalah: "Seorang hamba-Ku yang berusaha mendekat kepada-Ku dengan mengerjakan ibadah nafal, maka Aku akan mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi telinganya yang dengannya ia mendengar. Aku akan menjadi matanya yang dengannya ia melihat. Aku akan menjadi tangannya yang dengannya ia memegang. Aku akan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan."

  1. Juga terdapat di dalam Ta'tiru'l-Anâm fi Ta'biril-Manâm, halaman 9, karya Allamah Sayyid Abdul Ghani An-Nablusi, cetakan Mesir. Kitab ini adalah yang terbaik dalam ta'bir mimpi:

من رأى فى المنام كأنّه، صار الحقّ سبحانه وتعالى اهتدى إلى صراط المستقيم

[Man ra'â fî'l-manâmi ka'annahû shâra'l-ĥaqqa subĥânahu wa ta'âlâ ihtadâ ilâ shirâti'l-mustaqîm[i]]

"Seorang yang melihat dalam mimpi bahwa ia seolah-olah menjadi Tuhan, maka artinya ialah Allah swt. akan segera menyampaikannya ke tujuan petunjuk."


 


 


 

KEBERATAN KEDUA BELAS

زمين اور آسمان كو بنايا

[Zamîn aor âsmân kô banâyâ]

"Telah menciptakan bumi dan langit"


 

Jawaban:

  • Ini pun bagian dari kasyaf yang tersebut di atas. Dan Hadhrat Masih Mau'ud a.s., berkenaan dengan mimpi tersebut, menulis:

    "Aku di dalam mimpi telah menciptakan bumi dan langit."

    Beliau a.s. jugalah yang telah mena'birkannya dan tertulis di dalam buku beliau bernama 'Ainah Kamâlât-i-Islâm, halaman 566. Di samping mengutip mimpi tersebut, beliau a.s. menulis:

إنّ هٰذا الخلق الّذي رأيته، إشارة إلـٰى تأييدات سماويّة وأرضيّة

[Inna hâdzâ'l-khalqa'l-ladzî ra'aituhû isyâratan-ilâ ta'yîdâtiŋ-samâwiyyatiw-wa ardhiyyah[tin]]

"Penciptaan bumi dan langit yang aku lihat di dalam mimpi, ini adalah isyarat tentang dukungan-dukungan langit dan bumi yang akan menyertaiku."

  • Kemudian beliau a.s. dalam kitabnya yang bernama Chasymah-i-Masîĥi, halaman 35, pada catatan kaki menulis:

    "Suatu kali dalam kasyaf, aku melihat diriku menciptakan bumi dan langit baru, kemudian aku mengatakan dalam kasyaf itu, 'Kini marilah kami akan menciptakan manusia.'

    "Para Mullah (sebutan bagi para Kyai di India—Pent.) yang tuna ilmu membuat keributan karenanya dengan mengatakan 'Lihatlah, orang ini telah mendakwakan diri menjadi Tuhan.'

    "Padahal, arti dari kasyaf ini adalah: Tuhan akan mengadakan suatu perubahan melalui tanganku sedemikian rupa; sehingga, nampak langit dan bumi menjadi baru dan akan memunculkan insan yang hakiki."

  • Kemudian beliau a.s. bersabda: "Tuhan telah beriradah untuk menciptakan Bumi Baru dan Langit Baru. Apakah yang dimaksudkan dengan Langit Baru dan apakah yang dimaksudkan dengan Bumi Baru?

    "Yang Dimaksud dengan Bumi Baru ialah hati yang suci yang disiapkan Tuhan dengan Tangan-Nya sendiri di mana mereka akan zahir dari Tuhan, dan Tuhan pun akan nampak dari mereka.

    "Sedangkan Langit Baru adalah tanda-tanda yang zahir melalui tangan hamba-Nya dengan seizin-Nya."

    "Pada masa setiap pembaharu rohani, Langit Baru dan Bumi Baru diciptakan secara rohani."

  • Dalam pengertian inilah, ungkapan seperti ini digunakan dalam kitab-kitab terdahulu seperti Injil. "Sesuai dengan janji ini, kami menantikan Langit Baru dan Bumi Baru yang di dalamnya terus-menerus tinggal orang-orang suci."

    Sir Dr. Muhammad Iqbal berkata, "Dari hati yang hidup tidak akan tersembunyi rahasia takdir. Di dalam mimpi, seseorang melihat gambar alam yang baru dan ketika suara adzan membangunkannya, dia membangun yang nampak di dalam mimpi." (Dharrob Kalim Nazhm yang berjudul "Alam-i-Nau")


     


     


 

KEBERATAN KETIGA BELAS

Hakikat Hadhrat Masih Mau'ud a.s. Menjadi Ibnu Maryam


 

Penjelasan tentang Haid, kehamilan dan sakit ketika melahirkan

Hadis Hadhrat Rasulullah saw., riwayat Bukhari:

ما من مولود يولد إلاّ والشّيطان يمسّه' حين يولد فيستهلّ صارخا من مسّ الشّيطان إيّاه إلاّ مريم وابنها

[Mâ mim-maulûdiy-yûladu illâ wa'sy-syaithânu yamassuhû ĥîna yûladu fayastahillu shârikham-mim-massi'sy-syaithâni iyyâhu illâ maryama wa'b-nahâ]

"Tiada anak yang dilahirkan kecuali setan menyentuhnya sewaku dilahirkan. Maka, ia menjerit karena sentuhan setan, kecuali Maryam dan anaknya tidak disentuh setan."

Dalam hal ini, akan timbul pertanyaan, apabila hanya Maryam dan anaknya yang bebas dari sentuhan setan, maka bagaimana dengan para Nabi yang lain pada umumnya. Dan khususnya, bagaimana sentuhan setan kepada Yang Mulia Rasulullah saw..

Menjawab pertanyaan ini, Az-Zamakhsari dalam Tafsir Kasysyaf-nya menjelaskan:

معناه إنّ كلّ مولود يطمع الشّيطان في إغواعه، إلاّ مريم وابنها فإنهّماكانا معصومين وكذٰلك كلّ من كان في صفاتهما

[Ma'nâhu inna kulla maulûdiy-yathma'u'sy-syaithânu fî ighwâ'ihî illâ maryama wa'b-nahâ fa'innahumâ kânâ ma'shûmaini wa kadzâlika kullu maŋ-kâna fî shifâtihimâ]

Maksud hadis ini adalah: Setiap anak yang dilahirkan, setan menginginkan untuk menyesatkannya kecuali terhadap Maryam dan anaknya. Karena, mereka itu suci atau ma'shum. Dan demikian juga setiap anak yang memiliki sifat-sifat mereka, [yaitu Maryam dan anaknya].

Dalam Hadis Yang Mulia Rasulullah saw., bahwa yang dimaksud 'Maryam dan Ibnu Maryam' tidak hanya dua macam manusia saja. Tetapi, maksudnya kaum Mukmin dan para Nabi, yang mereka itu oleh lisan Yang Mulia Nabi saw. juluki dengan sebutan 'Maryam dan Ibnu Maryam'. Lebih lanjut, sifat mereka itu dijelaskan dalam ayat Alquran berikut:


[Wa dharaba'l-Lâhu matsalal-lilladzîna âmanu'm-raata fir'aun[a], idz qâlat rabbi'b-ni lî 'indaka baitaŋ-fi'l-jannati wa najjinî mina'l-qaumi'zh-zhâlimîn[a]. Wa maryama'b-nata 'imrâna'l-latî aĥshanat farjahâ fanafakhnâ fîhi mi'r-rûhinâ wa shaddaqat bikalimâti rabbihâ wa kutubihî wa kâanat mina'l-qânitîn[a].

"Dan Allah telah membuat perumpamaan bagi orang-orang beriman istri Firaun, ketika ia berdoa 'Wahai Tuhanku, dirikanlah untukku satu rumah di sisi Engkau dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan peliharalah aku dari kaum yang aniaya.' Dan, begitu juga Maryam binti Imran yang telah menjaga kesuciannya; kemudian, Kami meniupkan padanya ruh Kami dan membenarkan firman dan Kitab Tuhan-nya dan dia termasuk orang yang patuh."

Dalam ayat sebelumnya, orang-orang kafir dimisalkan dua perempuan, yaitu istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth a.s.. Oleh karena kedua suaminya mukmin, namun mereka sendiri kafir. Sedangkan ayat-ayat tersebut ini, menjelaskan bahwa mukmin itu ada dua macam. Pertama adalah mukmin yang memiliki sifat Asia, istri Firaun. Kedua, mukmin yang memiliki sifat Maryam.

Mukmin yang pertama, seorang yang berada di bawah kekuasaan seorang kafir. Dan ia memanjatkan doa untuk mendapatkan keselamatan dari kezalimannya, sedangkan mukmin kedua adalah yang sejak semula keburukan tidak dapat menguasainya. Potongan ayat yang berbunyi:


[Allatî aĥshanat farjahâ]

"Orang yang menjaga kemaluannya,"

Mukmin bentuk inilah yang oleh Alquran disebut dengan nama 'Maryam'. Kemudian, dari keadaan 'Maryam', meningkat ke derajat 'Ibnu Maryam', sesuai dengan ayat Alquran yang berbunyi:


[Fanafakhnâ fîhi mir-rûĥinâ]

"Lalu, Kami tiupkan ke dalamnya ruh Kami."

Karena maqam 'Maryam' adalah derajat Shiddiqiyyah, sedangkan maqam 'Ibnu Maryam' adalah derajat Kenabian, setiap Nabi mengalami dua zaman.

Pertama, maqam 'Maryam'. Keadaan maqam ini diisyaratkan oleh ayat Alquran yang berbunyi:


[Faqad labitstu fîkum 'umuram-miŋ-qablihî]

"Lalu, sesungguhnya aku hidup di tengah-tengah kamu bertahun-tahun lamanya sebelum itu."

Sesudah keadaan Maryam ini, meningkat ke maqam Kenabian. Dan di dalam kedua keadaan ini, dia suci dari sentuhan setan. Arti inilah yang dimaksudkan oleh Hadis Bukhari tersebut di atas.

Ayat-ayat Surat At-Taĥrîm tersebut membuktikan bahwa sebagaimana Hadhrat Maryam Siddiqah mencapai maqam kesucian yang sangat tinggi kemudian mengandung dan melahirkan Hadhrat Isa a.s. yang menjadi Nabi Allah.

Demikian juga, seorang mukmin laki-laki pun mengalami keadaan 'Maryam' kemudian akan mengandung secara kerohanian dan mengandung secara kiasan yang menyebabkan kelahiran Ibnu Maryam secara majazi atau kiasan. Mukmin laki-laki itu disebut 'Maryam' dalam majaz dan istiarah. Demikian juga, dia mengandung dalam makna majaz dan istiarah. Dan dalam makna ini, menyebabkan kelahiran 'Ibnu Maryam'.

Allah swt. telah membuat perumpamaan orang-orang kafir dan mukmin dengan 4 orang wanita. Memang laki-laki itu bukan perempuan, tapi dalam arti istiarah dan majaz mereka disamakan dengan perempuan.

Inilah sebabnya, Syeikh Fariduddin Aththar r.h. telah mengutip perkataan Hadhrat Abbasiyah Thasi r.h.:

Pada Hari Kiamat, ketika datang seruan 'Wahai laki-laki, kalian dari saf laki-laki yang paling pertama harus mengikuti jejak langkah Maryam.'"

Ke arah poin makrifat inilah, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. mengisyaratkan melalui syair-syair dalam bahasa Parsi yang terjemahannya sebagai berikut ini:

"Sesudah mencapai maqam Maryam,

Kemudian Tuhan Yang Maha Kuasa meniupkan ruh Isa ke dalam Maryam

Sesudah mengalami keadaan yang sulit."

Kemudian bersabda, "Yakni sifat-sifat Maryam telah berpindah kepada sifat-sifat Isa."

Dalam kesempatan ini hendaknya membaca Kasytî Nûĥ, sesuai dengan konteks aslinya. Kutip Kasytî Nûĥ!


 


 


 

KEBERATAN KEEMPAT BELAS

روحانى حامل

[Rûĥânî Ĥâmil]

"Kehamilan secara rohani"


 

Guna memahami makna hamil secara rohani dan hamil secara hakiki, hendaknya memperhatikan rujukan-rujukan di bawah ini:

  1. Seorang Sufi termasyhur Hadhrat Sahl r.h.
    berkata:

الخوف ذكر والرّجآء أنثٰى منهما يتولّد حقآئق الإيمان

[Al-khaufu dzakaruw-wa'r-rijâ'u untsâ minhumâ yatawalladu ĥaqâ'iqu'l-îmân[i]]

"Takut itu mudzakkar (laki-laki), sedangkan pengharapan adalah muannats (perempuan). Dari keduanya melahirkan hakikat-hakikat keimanan."

  1. Demikian pula Imam Ath-Thaifah Syeikh Mawardi r.h.
    berkata:

يسير المريد جزء الشّيخ كما أنّ الولد جزء الوالد فى الولادة الطّبعيّة و تصير هٰذه الولادة آنفا ولادة معنويّة

[Yasîru'l-murîdu juz'a'sy-syaikhi kamâ anna'l-walada juz'l-waladi fî'l-walâdati'th-thab'iyyati wa tashîru hâdzihi'l-walâdatu ânifaw-walâdatam-ma'nawiyyah[tan]]

"Seorang berjalan sesuai dengan langkah seorang guru sebagaimana seorang anak merupakan bagian ayah dalam kelahiran secara alami, dan kelahiran ini akan menjadi kelahiran secara maknawi di masa kini."

  1. Lafaz ĥâmil dalam Alquran juga dipergunakan berkaitan dengan Allah swt., yaitu:


    [Wa mimman-ĥamalnâ ma'a nûĥ]

    "Dan sebagian orang yang Kami bawa bersama Nuh"

Kemudian, kata ĥaml juga dipergunakan berkaitan dengan orang-orang beriman, yaitu:


[Lâ taĥmil 'alainâ ishraŋ-kamâ ĥamaltahû 'alâ'l-ladzîna miŋ-qablinâ]

"[Tuhan kami], janganlah Engkau pikulkan beban kepada kami seperti telah Engkau pikulkan kepada orang-orang sebelum kami."

Di sini, lafaz ĥaml mengandung arti "membawa". Maka, tidak diperkenankan memperolok-olokkan lafaz haml.

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menulis dengan jelas: "Telah dipergunakan lafaz ĥaml pada diriku dalam makna istiarah atau kiasan."

Dan, lafaz ĥaml tidak dipergunakan dalam arti hakiki dan umum, melainkan dipergunakan dalam pengertian ĥaml dalam sifat Isa. Sabda beliau a.s.: "Sifat-sifat Maryam berpindah kepada sifat-sifat Isa."

Dengan demikian memperolok-olok tanpa alasan merupakan ucapan yang jauh dari sifat terpuji.


 


 


 

KEBERATAN KELIMA BELAS

حَيْضٌ

[Haid]


 

Bacalah beberapa rujukan di bawah ini!

  1. Orang buta dari hakikat salat:

كما أنّ للنّسآء محيضا بالظّاهر و هو موجب نقصان إيمانهنّ لمنعهنّ عن الصّلاة والصّوم فكذٰلك للرّجال محيض فى الباطن وهو موجب نقصان إيمانهم لمنعهم عن حقيقة الصّلاة

[Kamâ anna li'n-nisâ'i muĥîdham-bi'zh-zhâhiri wa huwa mûjibu nuqshâni îmânihinna liman'ihinna 'ani'sh-shaumi fakadzâlika li'r-rijâli muĥîdhuŋ-fi'l-bâthini wa huwa mûjibu nuqshâni îmânihim liman'ihim 'an-ĥaqîhati'sh-shalâh[ti]]

"Sebagaimana wanita-wanita datang haid secara lahir yang itu menyebabkan kerugian bagi keimanan mereka karena mereka terhalang untuk mendirikan salat dan puasa, demikian juga datangnya haid secara batiniah bagi laki-laki menyebabkan kerugian bagi keimanan mereka, yaitu menyebabkan mereka terhalang dari hakikat salat."

Orang yang buta dari hakikat salat dalam istilah Sufi dikatakan dalam kondisi haid.

  1. Sebagaimana perempuan mengalami haid begitu juga para murid mengalami haid dalam menempuh tahapan jalan keinginan (suluknya). Dan haid yang datang pada murid itu melalui ucapan. Bahkan ada juga murid yang selamanya dalam keadaan haid dan dia tidak pernah suci dari haid itu.
    (Anwâru'l-Azqiyâ' (Bahasa Urdu), Tadzkiratu'l-Auliyâ', Fariduddin Ath-Thar, cetakan Majidi Kan Fur, hal. 450,
    Daru'dz-Dikr Abu Bakar Wasti rahimahullah)

    Ghair Ahmadi telah menghilangkan kalimat-kalimat dalam cetakan baru terjemahan Tadzkiratu'l-Auliyâ' akan tetapi dalam terjemahan cetakan tahun 1928 kalimat-kalimat ini ada tertulis. Seolah-olah mereka ini telah menggenapi ayat Alquran yang berbunyi:

يحُـَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِه .

Artinya: "Mereka mengubah-ubah firman itu dari tempatnya." (An-Nisâ, 4:47)


 

  1. Hadhrat Syekh Fariduddin Ath-Thar r.h. menulis tentang Hadhrat Bayazid Busthami r.h.:

    "Suatu hari beliau (Hadhrat Bayazid Busthami) berjalan sampai di pintu masjid sambil menangis.

    Orang-orang bertanya, 'Mengapa engkau menangis?'

    Maka beliau menjawab, 'Bahwa saya mendapati diri saya seperti wanita yang sedang dalam keadaan haid yang merasa takut masuk masjid karena ketidaksuciannya.'" (Tadzkiratu'l-Auliyâ', Jilid XIV, "Bab Dzikir Khawaja Bayazid Busthami r.h.", Cetakan Syeikh Barkat Ali Editions, hal. 108; Wa Zhahirul Asfiya (Terjemahan Urdu Tadzkiratu'l-Auliyâ'), terbitan Haaji Caraghdiin Sirajuddin, hal. 108).


 


 


 

KEBESARAN PRIBADI HADHRAT BAYAZID BUSTHAMI r.h.


 

Ketahuilah bahwa Hadhrat Bayazid Busthami adalah seorang manusia besar yang berkenaan dengannya Daata Ganj Bakhs r.h. menulis dalam bukunya Kasyful Mahjub: "Langit ma'rifat dan bahtera cinta Abu Yazid Tighur bin Ali Busthami r.h. adalah seorang yang besar di antara para Syekh. Dan keadaannya sangat besar dan kemuliaannya sangat agung sehingga Junaid r.h. berkata demikian:

أَبُو يَزِيدَ مِنَّا بِمَنْزِلَةِ جِبْرِيلَ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ

Abu Yazid di tengah-tengah kami adalah berkedudukan seperti Jibril dari kalangan Malaikat... Penjelasan-penjelasannya sangat bernilai tinggi di antaranya berupa Hadis-hadis Yang Mulia Rasulullah saw.. Dan beliau adalah termasuk 10 Imam Ahli Tashawwuf dan sebelumnya tidak ada seorang pun setaraf beliau dalam memiliki keluasan pemahaman hakikat ilmu Tashawwuf. Dan dalam berbagai keadaan beliau sangat mencintai ilmu dan menjunjung tinggi syariat. (Kasyful-Mahjub, Bab Dzikir pengikut para Syekh Imam Tharikat, terjemah Urdu, cetakan tahun 1332 H, hal 122)

a.    Orang-orang ghair Ahmadi berkata: "Apakah ada seorang Nabi yang menggunakan lafaz haid untuk laki-laki?". Jawabannya, simaklah Hadis berikut ini:

اَلْكَذِبُ حَيْضُ الرَّجُلِ وَاْلإِسْتِغْفَارُ طَهَارَتُه' .

Artinya: "Dusta itu haidnya seorang laki-laki, sedangkan istighfar itu thaharah-nya." (Firdausu'l-Akhbar Daelami, hal. 161, alinea 17, diriwayatkan Muslim)

Maksud wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. itu hanyalah demikian, yaitu bahwa musuh menghendaki engkau terjerumus dalam kebohongan dan keburukan. Namun, dengan karunia Allah subhanuhu wa ta'ala dalam diri engkau tidak terdapat keburukan sedikitpun.

b.    Di dalam kitab mana pun, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. tidak pernah menulis "Aku haid." Bahkan, beliau a.s. telah menafikannya.

c.    Di samping Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menolak lafaz 'haid', beliau a.s. juga menerangkan tentang mafhumnya, sebagai berikut:

"Orang-orang ingin melihat dalam engkau darah haid, yakni mencari-cari ketidaksucian, kotoran dan keburukan-keburukan." (Arba'in, nomor 4, hal. 19)

Di sini, maksudnya bukan haid perempuan melainkan haid laki-laki. Sebagaimana rujukan pada poin a, b, c dan lain-lain yang telah diperlihatkan oleh para Sufi dan Hadis.

لوگ آۓ اور دعو کر بیٹہے شیرِ خدا -

"Lôg âê, aor da'wa kar bêţhe Syer-e-Khudâ—Orang-orang datang dan berdemo, Singa Tuhan menangkapnya."


 


 


 

KEBERATAN KEENAM BELAS

درد زه

(Dard-e-Zih)

Artinya: "Sakit di waktu melahirkan"


 

Demikian pula ungkapan 'rasa sakit di waktu melahirkan' yang mengandung arti kesakitan dan musibah telah dipergunakan juga untuk laki-laki beberapa ribu tahun yang lalu.


 

  1. Hadhrat Aqdas Masih Mau'ud a.s. sendiri telah menjelaskannya: "Makhadh yang artinya rasa sakit waktu melahirkan, maksudnya adalah suatu keadaan yang mengakibatkan rasa takut.

    Ungkapan itu berarti: "Pendakwaan yang sangat menyakitkan yang mengakibatkan kaumnya menjadi musuh yang sangat keras." (Barâhîn-i-Aĥmadiyyah, Jilid V, hal. 53; lihat juga Kisytî Nûĥ, catatan hal. 74)

  2. Di dalam Injil tertulis: "Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang, segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin." (Roma, 8:22)
  3. Dalam Taurat tertulis: Tuhan berfirman: "Aku berdiam diri sejak dahulu kala, Aku juga berdiam diri dan menahan diri, namun sekarang Aku seperti seorang perempuan yang mengadu karena sakit melahirkan dan Aku menggigil serta menarik napas dingin sedalam-dalamnya." (Yesaya, 42:24)

Guna penjelasan lebih rinci, lihatlah Kebenaran Masih Mau'ud a.s. dalam menjawab keberatan-keberatan kaum Nasrani pada Bab "Keberatan Ke...".

Injil dan Taurat yang ada sekarang sebagai Kalam Ilahi atau bukan, namun dalam bentuk muhawarah (ungkapan), terpaksa kita harus mempercayainya. Hadhrat Mirza Sahib a.s. tidak mencetuskan ungkapan itu sendiri, namun beliau temukan di antara kitab-kitab terdahulu. Kemudian dilontarkan kritikan terhadapnya, padahal secara khusus Hadhrat Aqdas Masih Mau'ud a.s. telah menjelaskannya sendiri.


 


 


 

KEBERATAN KETUJUH BELAS

کشف سرخی کے چھنٹے

(Kasyfi surkhi ke chiinthe)

Artinya: "Kasyaf percikan tinta merah." (Tadzkirah, hal. 128)


 

Jawaban:

a.    Melihat Tuhan dalam bentuk manusia di waktu mimpi adalah jaiz. Yang Mulia Rasulullah saw. bersabda:

رَأَيْتُ رَبِّيْ فِيْ صُوْرَةِ شَابٍ أَمْرَ دَقِطَةٌ لَه' وَفْرَةٌ مِنْ شَعْرٍ وَفِيْ رِجْلَيْهِ نَعْلاَنِ مِنْ ذَهَبٍ .

Artinya: "Aku melihat Tuhanku dalam bentuk seorang pemuda di waktu mimpi yang tidak berkumis dan berjenggot, yang memiliki rambut panjang dan lebat dan pada kedua kakinya mengenakan sepasang terompah dari emas." (Al-Yawaqit wal-Jawahir, Jilid I, hal. 71; Thabrani wa Maudhu'ati Kabir, hal 46)

Ini adalah hadis sahih sebagaimana Mullah Ali Qari Jalilul Qadri rahmatullahi 'alaihi seorang Ahli Hadis yang telah memperkuat dengan mengutip Hadis Ibnu Abbas radhiyallahu 'anh sebagai berikut:

لاَ يُنْكِرُهُ إِلاَّ المْـُعْتَزَلِيُّ .

"Tidak ada orang yang mengingkarinya, kecuali orang Mu'tazilah." (Maudhu'at Kabir, hal. 46)

Mullah Ali Qari rahmatullahi 'alaihi memberikan makna kepada hadis itu dengan keterangan sebagai berikut:

إِنْ حمُـِلَ عَلـٰى المْـَنَامِ فَلاَ أَشْكَالَ فىِ المْـَقَامِ .

Artinya: "Jika [Dia Allah] dibawa dalam mimpi, maka tiada bentuk dalam tempat itu." (Maudhu'at Kabir, hal. 46).

Hadis ini terdapat dalam sebagian edisi Maudhu'at, sedang rujukannya terlampir pada 'hal. 39'. Yakni, apabila kejadian ini dilihat dalam mimpi, maka kesulitan apa lagi yang dihadapi, sedang permasalahannya sudah jelas.


 

b.    Syekh Abdul Qadir Jaelani rahmatullahi 'alaih berkata:

رَأَيْتُ رَبَّ الْعِزَّةِ فىِ المْـَنَامِ عَلـٰى صُوْرَةِ أُمِّيْ .

Artinya: "Aku melihat Tuhan Yang Maha Perkasa dalam mimpi dalam rupa ibuku." (Bahrul Ma'ani, hal. 64)


 

c.    Hadhrat Mulwi Muhammad Kasim (Nanotwi pendiri Dubandi) di masa kanak-kanaknya telah melihat mimpi ini: "Seolah-olah saya duduk di pangkuan Allah Yang Maha Tinggi."

Kakeknya memberikan ta'birnya bahwa "Allah subhanuhu wa ta'ala akan memberikan ilmu kepada kamu dan akan menjadikan seorang yang sangat alim dan akan mencapai puncak kemasyhuran." (Biografi Kehidupan Maulwi Muhammad Kasim Sahib, karangan Maulwi Muhammad Yakub Nanotwi, hal. 30)


 

d.    Kemudian beliau menulis:

إِنَّكَ تَرٰى فىِ المْـَنَامِ وَاجِبُ الْوُجُوْدِ الَّذِيْ لاَ يَقْبَلُ الصُّوَرَ فِيْ صُوْرَةٍ يَقُوْلُ لَكَ مُعَبِّرُ المْـَنَامِ صَحِيْحُ مَا رَأَيْتَ وَلَكِنْ تَأْوِيْلُه' كَذَا وَكَذَا .

Artinya: "Sesungguhnya engkau melihat dalam mimpi, Tuhan Yang Wajib Ada—yang tidak menerima bentuk. Maka, juru ta'bir mimpi akan mengatakan kepada engkau bahwa mimpi engkau itu benar, namun ta'wilnya 'begini' dan 'begitu'."


 

e.    Bagaimana kejadian dalam mimpi bagaimana dapat menjelma menjadi kenyataan? Untuk itu, lihatlah ungkapan berikut ini:

Dalam buku Tadzkiratu'l-Auliyâ', hal. 40, ada tertulis suatu kejadian berkenaan dengan keadaan Hadhrat Hasan Bishri r.h.:

Ada seorang tetangga beliau bernama Sam'un seorang penyembah api. Hadhrat Hasan r.h. mendengar bahwa ia sakit keras dan sedang sekarat, beliau bertabligh kepadanya dan dengan satu syarat ia masuk Islam.

Syarat itu adalah Hadhrat Hasan hendaknya menulis bahwa ia akan menjadi burung Surga. Setelah tulisan itu ditandatangani oleh seorang suci di Bashra sebagai saksi, kemudian ia pergi ke kuburan Sam'un ketika ia mati dan surat itu diletakkannya pada tangannya supaya di alam akhirat kelak menjadi saksi.

Demikianlah apa yang telah diperbuat oleh Hasan r.h.. Namun setelah itu, timbul pertanyaan dalam dirinya, "Mengapa saya menulis demikian? Kenapa saya menuliskan burung Surga untuknya?"

Tertulis bahwa dalam keadaan berpikir yang demikian itu, lalu ia tertidur. Ia telah melihat Sam'un bahwa di atas kepalanya ada mahkota yang bersinar dan ia memakai pakaian yang indah yang sedang berjalan-jalan di Taman Surgawi...

Dia berkata kepada Hadhrat Hasan, "Dengan karunia Allah swt., Dia telah memasukkanku ke dalam istana-Nya dan memperlihatkan wujud-Nya kepadaku... "Sekarang, Tuan sudah bebas dari tanggung jawab tersebut. Ambillah surat perjanjian ini karena tidak diperlukan lagi."

Ketika Hadhrat Hasan r.h. terbangun dari tidurnya, maka surat itu ada di tangannya. (Anwarul-Azkiya, terjemahan Urdu Tadzkiratul-Auliya, hal. 40, "Dzikrul-Hasan Bishri")


 

f.    Ibnu Sirin dalam Muntakhobul-Kalam Fi Ta'biril-Ahlam, cetakan Meshr, hal. 100, tertulis sebagai berikut:

قَالَ عَبْدُ اللهِ ابْنُ الجْـلاَ ۤءِ دَخَلْتُ مَدِيْنَةَ رَسُوْلِ اللهِ وَبِيْ فَاقَةٌ فَتَقَدَّمْتُ إِلىٰ قَبْرِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ وَعَلىٰ صَاحِبَيْهِ ثُمَّ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ بِيْ فَاقَةٌ وَأَنَا ضَيْفُكَ ثُمَّ تَنَحَّيْتُ وَنمِـْتُ دُوْنَ الْقَـْبرِ فَرَأَيْتُ النَّـِبيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَ إِلَيَّ فَقُمْتُ فَدَفَعَ إِلَيَّ رَغِيْفًا فَأَكَلْتُ بَعْضَه' وَانْتَبَهْتُ وَفِيْ يَدِيْ بَعْضُ الرَّغِيْفِ .

Artinya: "Hadhrat Abdullah bin Jala berkata, 'Pada suatu kali saya masuk ke kota Rasulullah saw. dan saya sangat lapar sekali. Kemudian saya pergi ke kuburan Rasulullah saw.. Lalu, aku mengucapkan salam kepadanya dan kedua sahabatnya. Lalu, saya berkata 'Wahai Rasulullah, saya sangat lapar dan saya adalah tamu engkau. Lalu, aku pergi dan tertidur di samping kuburan. Lalu, aku melihat Nabi saw. datang mendekat kepadaku. Maka, aku berdiri, lalu beliau saw. memberi roti kepadaku. Lalu, aku memakan sebagian. Ketika aku terbangun, ternyata sisa roti itu ada di tangan saya." (Ungkapan ini diterjemahkan oleh Hadhrat Syekh Fariduddin Ath-Thar, termuat dalam kitab Tadzkiratu'l-Auliyâ', "Dzikir Abdullah bin Jala")


 

g.    Hadhrat Sayid Ismail Syahid r.h. telah menulis di dalam bukunya Shirâtha'l-Mustaqîm: "Yang Mulia Rasulullah saw. telah melihat dalam mimpi, bahwa beliau memakan tiga buah kurma satu demi satu. Ketika beliau bangun, mulutnya benar-benar merasakan lezatnya buah itu." (Shiratha'l-Mustaqîm, "Mujtaba'i", hal. 175)

h.    Hadhrat Daata Ganj Bakhsy r.h. melihat kasyaf berikut ini:

فَرَأَى بَـْينَ النَّوْمِ والْيَقْظَةِ إِنَّ الْغَوْثَ قَدْ جَآءَ وَبِيَدِه تَاجٌ أَحمْـَرُ وَعَمَامَةٌ خَضْرَآءُ فَاسْتَقْبَلَ الشَّيْخُ أَحمْـَدُ حَضْرَةَ الْغَوْثِ فَدَنَا إِلَيْهِ فَوَضَعَ التَّاجَ اْلأَحمْـَرَ عَلىٰ رَأْسِه وَلَفَّ عَلَيْهِ الْعَمَامَةَ الخْـَضْرَآءَ بِيَدِهِ المْـُبَارَكَةِ فَقَالَ يَا وَلَدِيْ أَحمْـَدَ أَنْتَ مِنْ رِجَالِ اللهِ وَغَابَ عَنْ نَظَرِه فَاسْتَيْقَظَ الشَّيْخُ أَحمْـَدُ فَوَجَدَ التَّاجَ وَالْعَمَامَةَ عَلىٰ رَأْسِه فَشَكَرَ اللهَ تَعَالىٰ .

Artinya: "Hadhrat Daata Ganj Bakhsy r.h. melihat dalam keadaan 'antara-tidur-dan-jaga' bahwa Hadhrat Ghautsul-A'zham Syekh Abdul Qadir Jailani r.h. datang sambil memegang mahkota warna merah dan surban warna hijau di tangannya. Lalu Daataa Sahib r.h. berdiri untuk menghormati di hadapan Hadhrat Ghautsil-A'zham Syekh Abdul Qadir Jelani.

"Kemudian, Hadhrat Ghautsil-A'zham memanggil Daata sahib r.h. agar datang ke sisinya. Maka, Daata Sahib r.h. mendekat kepada beliau, kemudian Hadhrat Ghautsil-A'zham memberikan mahkota berwarna merah kepada Daata Ganj Bakhsy dan meletakkannya di atas kepalanya dan melilitkan sorban hijau dengan tangannya yang penuh berkat seraya berkata 'Wahai anakku Ahmad, engkau adalah seorang hamba Allah.'

"Setelah berkata demikian Hadhrat Ghautsil-A'zham menghilang. Kemudian, Daata Ganj Bakhsy Sahib terbangun dan mendapatkan mahkota serta sorbannya di atas kepalanya. Maka, beliau bersyukur kepada Allah swt.." (Manaqib, "Taju'l-Auliya wa Burhanu'l-Ashfiya", Cetakan Mesir, karangan Allamah Abdul Qadir Al-Irdili, hal. 41)

Orang-orang ghair Ahmadi mengajukan keberatan atas kasyaf percikan tinta merah. "Pabrik mana yang membuat kertas tersebut, di mana tinta dan pena dibuat? Coba ceriterakan juga pabrik mana yang membuat sorban dan terbuat dari apa mahkota itu?"


 

i.    Hadhrat Muhyiddin Ibnu Arabi r.h. menulis sebagai berikut:

"Para Waliyullah mendapatkan wahyu dengan berbagai macam cara: Ada yang melalui pemikiran, melalui perasaan, melalui hati dan kadang-kadang mendapatkan melalui tulisan. Dengan cara seperti itulah kebanyakan para wali mendapatkan wahyu."

"Abu Abdullah Qadhiul-Baan dan Taki Ibnul Mukhallid, murid Imam Ahmad r.h., mendapatkan wahyu berupa tulisan dengan bahasa malaikat. Dan ketika ia terbangun dari tidurnya, maka ia mendapatkan tulisan di atas lembaran kertas.

"Saya sendiri melihat tulisan itu. Ia adalah seorang fakir di Muthaf yang turun kepadanya wahyu dalam corak seperti itu. Di dalamnya, tertulis bahwa ia akan diselamatkan dari api Neraka. Ketika orang umum melihatnya, mereka yakin bahwa itu bukan tulisan manusia...

"Inilah peristiwa yang terjadi pada seorang wanita fakir dari antara murid-murid saya. Ia melihat dalam mimpi bahwa Allah swt. telah memberi kepadanya selembar kertas, ketika ia bangun tangannya mengepal, tidak ada seorang pun yang dapat membukanya.

"Saya mendapatkan wahyu, supaya saya berkata kepadanya 'Apabila tangan kamu terbuka nanti, maka hendaknya tulisan itu ditelan.'

"Kemudian, ia pun sesuai dengan niatnya mendekatkan tangannya ke mulutnya. Setelah itu, tiba-tiba tangannya terbuka dan seketika itu juga tulisan itu ditelannya. Orang-orang berkata kepada saya 'Dari mana kamu mengetahui hal itu?'

"Saya menjawab, 'Allah swt. telah mengilhamkan kepada saya bahwa seorangpun tidak boleh membaca tulisan.'" (Futuĥat Makkiyah, Bab XV; "Khususul-Hikam" (rujukan terjemah Urdu), Tadzkirah Syeikh Akbar Ibnul-Arabi, hal. 22)


 

j.    Berdasarkan kasyaf Hadhrat Masih Mau'ud a.s., berikut ini ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Oleh karena Allah swt. dengan hikmah-Nya yang khas mencelupkan pena ke dalam tinta secara berlebihan, karena itu Dia percikkan.

  • Tuhan dapat mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Salahnya akidah orang [Hindu] Arya adalah menyatakan bahwa Tuhan tidak dapat mengadakan 'yang-tidak-ada' menjadi ada. Melainkan, Dia dapat membuat sesuatu dari bahan yang telah ada.
  • Percikan tinta merah adalah sebagai kabar gaib tentang akan kematian [Pandit] Lekhram.
  • Maksud membubuhkan tanda tangannya itu adalah Allah swt. menetapkan keputusan kematian Lekhram—ternyata, demikianlah yang terjadi.


 

k.    Ada tertulis dalam sebuah Hadis yang yang berbunyi demikian:

خَلَقَ اللهُ ثَلاَثَةَ أَشْيَآءَ بِيَدِه خَلَقَ آدَمَ بَيَدِه وَكَتَبَ التَّوْرَاةَ بِيَدِه غَرَسَ الْفِرْدَوْسَ بِيَدِه .

Artinya: "Allah telah menciptakan tiga perkara dengan Tangan-Nya; Dia telah menciptakan Adam dengan Tangan-Nya; Dia telah menulis Taurat dengan Tangan-Nya dan menciptakan Sorga dengan Tangan-Nya." (Firdausu'l-Akhbar Daelami, hal. 100)

Menurut Hadis tersebut, Allah swt. telah menciptakan tiga hal dengan Tangan-Nya sendiri:

  • Menciptakan Adam dengan Tangan-Nya sendiri,
  • Menulis Taurat dengan Tangan-Nya sendiri,
  • Menciptakan Sorga dengan Tangan-Nya sendiri,

Sekarang, bagaimana Anda berkeberatan kepada kasyaf tentang percikan tinta merah itu? Sedangkan Allah swt. sendiri menulis dengan Tangan-Nya sendiri. Di pabrik mana kertasnya dibuat dan di mana tinta dan penanya dibuat dan lain-lainnya?

Atas semua keberatan ini coba bacalah:

كَتَبَ التَّوْرَاةَ بِيَدِه

Artinya: "Dia telah menulis Taurat dengan Tangan-Nya."

Apa pun jawaban kalian, maka itu pulalah jawaban kami.


 

KEBERATAN KEDELAPAN BELAS

كَأَنَّ اللهَ نَزَلَ مِنَ السَّمَآءِ

(Ka'anna'l-Lâha nazala mina's-samâ'i)

Artinya: "Seakan-akan Allah turun dari langit." (Tadzkirah, hal. 139, 185 dan 281)


 

Jawaban:

a.    Hadhrat Masih Mau'ud a.s. mengartikannya: "Kegagah-perkasaan Tuhan dan kebenaran telah tampak.(Ainah Kamalati Islam, ha. 95)

يَظْهَرُ بِظُهُورِه جَلاَلُ رَبِّ الْعَالَمِـْينَ
.

Artinya: "Penampakan keperkasaan Tuhan sekalian alam karena penampakan-Nya." (Haqiqatul-Wahyi, hal. 95)


 

b.    Di dalam Hadis tertera:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَـْنزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالىٰ كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَآءِ الدُّنْيَا .

Artinya: "Sesungguhnya Yang Mulia Rasulullah saw. bersabda: 'Tuhan kami Yang Maha beberkat dan Maha Tinggi turun setiap malam ke langit bumi." (Bukhari, "Kitabus-Salat Babu'd-Do'a wa'sh-Salat min Akhiri'l-Lail, Jilid I, hal. 133; Mathba' Ilahiyah, Mesir; dan Misykat Majtaba'i, hal. 109)

Apa yang dimaksudkan dengan "Tuhan kami turun setiap malam ke langit bumi?"

Pertama, dalam Misykat Mahabbati terdapat suatu pernyataan sebagai berikut:

اَلنُّزُوْلُ وَالهْـُبُوْطُ وَ الصُّعُوْدُ وَالحْـَرَكَاةُ مِنَ الصِّفَاتِ اْلأَجْسَامِ وَاللهُ تَعَالىٰ مُتَعَالٍ عَنْهُ وَالمْـُرَادُ نُزُوْلُ الرَّحمْـَةِ وَقُرْبُه' تَعَالىٰ .

Artinya: "Turun, naik dan bergerak, merupakan sifat dari tubuh kasar, Allah swt. itu suci dari memiliki sifat-sifat tersebut. Adapun yang dimaksud dengan "Turun" di sini yaitu turunnya rahmat dan kedekatan dengan Tuhan.(Catatan kaki Misykat Mahabbati, hal. 109)

Kedua, Hadhrat Syah Waliyullah Muhaddas Dehlwi rahmatullahi 'alaih menjelaskan hadis tersebut demikian:

١-    قَوْلُه' صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَـْنزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالـٰىۤ إِلىٰ السَّمَآءِ الدُّنْيَا قَالُوْا هٰذَا كِنَايَةٌ عَنْ تَهِيْؤُ النُّفُوْسِ ِلإِسْتِـْنزَالِ رَحمْـَةِ اللهِ ... وَعِنْدِيْ إِنَّه' مَعَ ذٰلِكَ عِنَايَةٌ عَنْ شَيْئٍ مُتَجَدِّدٍ يَسْتَحِقُّ أَنْ يُعْتَبَرَ عَنْهُ بِالنُّزُوْلِ .

Artinya: "Yang Mulia Rasulullah saw. bersabda, 'Tuhan kami Yang Maha Beberkat dan Maha Tinggi turun ke langit dunia", yakni ketika sepertiga bagian malam tersisa Allah berfirman: "Wahai hamba-Ku mintalah kepada-Ku Aku akan mengabulkan permohonanmu". Mereka para Ulama mengartikan Hadis ini demikian, bahwa ini adalah qinayah dari jiwa manusia mampu menerima turunnya rahmat Ilahi ... Menurut pendapatku dapat juga diartikan demikian: "Akan lahir sesuatu hal yang baru dalam hati yang dengan turunnya itu dapat mengambil pelajaran". (Al-Hujjatul-Balighah, hal. 37, terjemahan Urdu oleh Jemaat Islam Pers, Babun-Nawafil, catatan lembaran 37)


 

c.    Di dalam kitab Muwaththa', Imam Malik r.h., catatan halaman 44, bab Ma Ja'a Fi Dzikrillah tertulis:

قَوْلُه' يَـْنزِلُ رَبُّنَا أَيْ نُزُوْلُ رَحمْـَةٍ .

Artinya: "Bahwa yang dimaksud dengan kalimat 'Tuhan kami turun', yakni turunnya rahmat Allah swt.."


 

d.    Dalam kitab Talkhisul-Mihtah, hal. 26 tertulis:

وَقَدْ يُطْلَقُ المْـَجَازُ ... بحِـَذْفِ لَفْظٍ أَوْ زِيَادَةِ لَفْظٍ كَقَوْلِه تَعَالىٰ جَآءَ رَبُّكَ ... أَيْ أَمْرُ رَبِّكَ .

Artinya: "Ada kalanya dalam bentuk Majaz..., ada suatu lafaz yang dibuang atau ditambah seperti firman Allah swt.: (جَآءَ رَبُّكَ ), maksudnya (جَآءَ أَمْرُرَبِّكَ). Jadi, maksud ayat tersebut adalah: "Rahmat Allah atau hukum Allah turun dari langit.


 


 

KEBERATAN KESEMBILAN BELAS

يَتِمُّ إِسمْـُكَ وَلاَ يَتِمُّ إِسْمِيْ

(Yatimmu ismuka walaa yatimmu ismiy)

Artinya: "Namamu sempurna dan nama-Ku tidak sempurna." (Tadzkirah, hal. 51, 242, 274 dan 357)


 


 

Jawaban:

a.    Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sendiri menjelaskan wahyu ini sebagai berikut:

يَا أَحمْـَدُ يَتِمُّ اسْمُكَ وَلاَ يَتِمُّ اسْمِيْ أَيْ أَنْتَ فَانٍ يَنْقَطِعُ تحَـْمِيْدُكَ وَلاَ يَنْتَهِيْ محَـَامِدُ اللهِ فَإِنهَّـَا لاَ تُعَدُّ وَلاَ تُحْصٰى .

Artinya: "Wahai Ahmad namamu akan tamat, berakhir dan nama-Ku tidak akan tamat, tetap abadi, yakni engkau akan binasa, kesempurnaan dan pujianmu akan habis, sedangkan pujian-pujian Allah Tuhanmu tidak terbatas dan tetap abadi, karena pujian-pujian itu tidak terbatas dan tidak dapat dihitung. (Barâhîn-i-Aĥmadiyyah, Jilid IV, hal. 242, catatan kaki di bawah catatan kaki)


 

b.    Di dalam buku Khutbah Ilhamiyyah hal. 10 Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menulis demikian:

إِذَآ أَنَارَ النَّاسُ بِنُوْرِ رَبِّه أَوْ بَلَغَ اْلأَمْرُ بِقَدَرِ الْكِفَايَةِ فَحِيْنَئِذٍ يَتِمُّ اسمْـُه' وَيَدْعُوْهُ رَبُّه' وَيُرْفَعُ رُوْحُه' إِلىٰ نُقْطَتِهِ النَّفْسِيَّةِ .

Artinya: "Ketika manusia telah disinari dengan cahaya Tuhan-nya atau urusan pertablighan telah menjadi sempurna dengan ukuran yang cukup, maka ketika itu namanya menjadi sempurna dan Tuhannya memanggilnya serta ruhnya diangkat ke sisi-Nya."

Yakni, ketika manusia dikenakan pakaian-pakaian khilafat secara sempurna dan setelah hamba ini tinggal di bumi sampai waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kemauan Tuhan supaya manusia disinari cahaya petunjuk, dan ketika manusia telah disinari cahaya Tuhannya atau urusan pertablighan telah menjadi sempurna, maka ketika itu namanya menjadi sempurna dan Tuhan memanggilnya serta ruhnya diangkat ke sisi-Nya. Jadi, maksud wahyu tersebut adalah engkau akan mati sedangkan Aku (Tuhan), tidak akan pernah mati dan akan tetap abadi.


 


 

KEBERATAN KEDUA PULUH

أَ ْلأَرْضُ وَالسَّمَآءُ مَعَكَ كَمَا هُوَ مَعِي

(Al-ardhu wa's-samâ'u ma'aka kamâ huwa ma'î)


 

"Susunan bahasa Arab pada kalimat tersebut salah. Seharusnya di tempat huwaهو , adalah humaهما, karena langit dan bumi bentuk 'dobel' (tatsniyah), bukan mufrad atau tunggal."


 


 

Jawaban:

Susunan kalimat seperti itu boleh-boleh saja, sebagaimana dalam Alquran Allah berfirman:


 


 

"Allah dan Rasul-Nya lebih berhak untuk meridainya." (At-Taubah, 9:62)


 

Berdasarkan kaedah yang Anda kemukakan, di dalam ayat itu juga seharusnya bukan yardhûhuيرضوه , tetapi yardhûhumaيرضوهما .


 


 

KEBERATAN KEDUA PULUH SATU


 

تیرا تخت سب سے اوپربچہا يا گیا

(Têrâ takht sab-se ûpar bchâyâ giyâ)

Artinya: "Maqam engkau telah digelar di tempat yang tertinggi." (Tadzkirah, hal. 643)


 


 

Jawaban:

  1. Yang dimaksud dalam wahyu ini adalah maqam tertinggi dalam umat ini setelah Yang Mulia Rasulullah saw.. Di dalamnya tidak termasuk wujud Yang Mulia Rasulullah saw.. Sebagaimana Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menulis: "Pendek kata akulah salah satu pribadi di antara umat ini yang mendapatkan keistimewaan sebagian besar wahyu Ilahi dan hal-hal yang ghaib. Begitu banyak para wali, abdal dan akthab yang telah berlalu sebelum aku dalam umat ini, namun sebagian besar dari nikmat ini tidak diberikan kepada mereka, karena aku telah diberi keistimewaan kenabian.


 

Ini adalah satu hal yang telah menjadi kenyataan, begitu sering Allah swt. telah berwawan-sabda dengan aku, dan betapa banyak hal-hal yang gaib dibukakan kepadaku, namun selama 13 abad hingga hari ini tiada seorang pun yang telah diberi nikmat kenabian ini. (Ĥaqîqatu'l-Waĥyi, halaman 391)


 

  1. Di dalam Arba'in I dan II yang telah dicetak menjadi satu pada halaman 9, dan Arba'in IV yang dicetak tersendiri halaman 7, tertulis wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang berbunyi demikian:

إِنِّي فَضَّلْتُكَ عَلَى الْعَالَمِينَ

Artinya: "Sesungguhnya Aku telah mengutamakan engkau melebihi bangsa-bangsa."


 

    Maksudnya adalah Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sendiri telah menjelaskan wahyu tersebut dalam dua edisi, halaman 17, sebagai berikut: "Aku telah melebihkanmu di atas mereka semua pada zamanmu." Jadi, jelaslah bahwa "Maqam engkau menempati posisi yang tertinggi," yakni yang tertinggi di antara umat Yang Mulia Muhammad Rasulullah saw..


 

  1. Dengan karunia Allah swt. Hadhrat Masih Mau'ud alaihis salam adalah Nabiyullah dan kedudukan beliau lebih tinggi dari kedudukan Isa Al-Masih Israili. Hadhrat Syekh Abdul Qadir Jailani menulis:


 

أَنَا مِنْ وَرَاءِ عُقُولِكُمْ فَلاَ تَقِيسُونِي عَلَى أَحَدٍ وَلاَ تَقِيسُوا أَحَدًا عَلَيَّ

Artinya: "Aku berada di atas akal kalian, maka janganlah aku kalian bandingkan dengan yang lain dan janganlah kalian bandingkan yang lain denganku."


 


 

KEBERATAN KEDUA PULUH DUA

أَتَعْجَبِينَ ِلأَمْرِ اللهِ

(Ata'jabîna li'amri'l-Lâh[i])

Artinya: "Apakah engkau heran karena urusan Allah?"


 

' عَجَبَ ' Bahasa Arab dalam wahyu ini salah, seharusnya tertulis: " مِنْ أَمْرِ اللهِ". Sebab setelah kata


 

tidak dapat disambung dengan kata 'لامٌ'.


 

Jawaban:

Setelah kata 'ajab, dapat dipakai kata sambung lâm - لاَمٌ . Coba perhatikan syair seorang penyair terkenal bernama Ja'far bin Al-Batul Hartsi ketika beliau dipenjara di kota Mekah menulis:

عَجِبْتُ لِمَسْرَاهَا وَأَنَّى تَخَلَّصَتْ # إِنِّي وَبَابُ السِّجْنِ دُونِي مُغَلَّقٌ

Artinya: "Aku benar-benar heran atas kedatangan sang kekasih kepadaku, padahal saat itu pintu penjara dalam keadaan terkunci." (Humasah, hal. 8)

Di dalam syair itu setelah kata 'ajaba digunakan kata sambung laam. Jadi, gugurlah keberatan mereka di atas tadi.


 


 

KEBERATAN KEDUA PULUH TIGA

يَحْمَدُكَ اللهُ مِنْ عَرْشِه

(Yaĥmaduka'l-Lâhu min 'arsyihi)

Artinya: "Allah memuji engkau dari arasy-Nya." (Tadzkirah, halaman 47, 162, 241, 250 dan 276)


 

Kata ĥ+++++--------------------

..........0000...00000000000000000000jkhjkjl;kjl;hk j;kl kljlll;lj;lkulhjjkjkpamd' tidak boleh digunakan kecuali bagi Allah swt..


 

Jawaban:

Kata 'hamd' dapat juga digunakan untuk selain Allah swt.. Buktinya:


 

  1. Nama Yang Mulia Rasulullah adalah Muhammad saw..


 

  1. Pada suatu ketika ada seorang datang mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah saw., beliau tertegun sejenak dan berkata: "Manakah penanya tadi?". Tentang orang tersebut Bukhari menuliskan begini:

    كَأَنَّه حَمِدَه

    Artinya: Seolah-olah beliau saw. memuji orang itu (Bukhari, babus-Shadaqah 'alal-yatama, jilid I, hal. 169, cetakan Mesir dan Muslim bab Takhauwuf maa Takhruju min Zumratil-Anbiya, Jilid I, hal. 387, cetakan Mesir)


 

  1. Tentang "Maqaman mahmuda" disebutkan:


 

إِفْعَلْ هذَا الَّذِي أَمَرْتُكَ بِه لِنُقِيمَكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَقَامًا مَّحْمُودًا يَحْمَدُكَ الْخَلاَئِقُ كُلُّهُمْ وَخَالِقُهُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى

Artinya: Kerjakanlah apa yang Aku perintahkan kepadamu ini, agar Kami menempatkan engkau di hari Qiamat pada maqam yang terpuji yang semua makhluk dan Pencipta mereka itu Yang beberkah dan Luhur itu memuji engkau.


 

Maksud dari lafaz tersebut di bawah ini :

يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

adalah, Allah swt. berfirman: "Apa yang Aku perintahkan kepadamu laksanakanlah itu agar supaya pada hari Qiamat nanti engkau ditempatkan di 'maqaman mahmudan', artinya tempat yang mulia". Seluruh makhluk di dunia dan Pencipta mereka, yaitu Allah tabaraka wa ta'ala pun akan memuji engkau (Tafsir ibnu Katsir jilid 6 hal 92 ).


 

  1. Syekh Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi r.h. berkata:

    فَيَحْمَدُنِي وَأَحْمَدُه وَيَعْبُدُنِي وَأَعْبُدُه

    Artinya: Allah swt. memujiku dan aku memuji-Nya, Dia menyembahku dan akupun menyembah-Nya.


 

Hadhrat Imam Sya'rani r.h. mengulas tentang ungkapan di atas sebagai berikut:


 

إِنَّ مَعْنَى يَحْمَدُنِي "أَنَّه يَشْكُرُنِي إِذَا أَطَعْتُه كَمَا فِى قَوْلِه تَعَالَى"اُذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ" وَأَمَّا فِي قَوْلِه "فَيَعْبُدُنِي وَأَعْبُدُه" أَيْ يُطِيعُنِي بِإِجَابَتِه دُعَائِي كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى "لاَ تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ" أَيْ لاَ تُطِيعُوهُ وَإِلاَّ فَلَيْسَ أَحَدٌ يَعْبُدُ الشَّيطَانَ كَمَا يَعْبُدُ اللهَ"

Maksud dari ungkapan Syeikh Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi r.h. di atas bahwa Allah memujiku ialah Dia menyatakan rasa terima kasih-Nya kepadaku karena ketaatan dan kepatuhanku kepada-Nya, sebagaimana Dia berfirman: "Ingatlah kepada-Ku, pasti Aku akan mengingatmu".


 

Apa yang dikatakan Syeikh Akbar r.h.
bahwa "Dia menyembahku dan akupun menyembah-Nya." Maksudnya adalah Dia mengabulkan doa-doaku dan memenuhi keinginanku, sebagaimana firman-Nya: "Janganlah kamu menyembah setan, yakni janganlah kamu mengikuti keinginan setan, sebab di dunia ini tak seorang manusia pun yang menyembah setan sedemikian rupa sebagaimana ia menyembah Allah swt.. Jadi, kata 'hamd' berdasarkan uraian di atas persis seperti itu pula digunakannya sebagaimana yang diutarakan oleh Syekh Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi r.h. di atas.


 


 

  1. Di dalam Alquran dinyatakan:


 

وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا

Artinya: Dan mereka senang dipuji dengan tanpa berbuat apapun (Ali Imran, 3:189).


 

Sebenarnya masih banyak contoh yang lain, namun dikhawatirkan terlalu panjang, karena itu tidak kami cantumkan.


 


 


 

Keberatan Kedua puluh empat

حجر اسود منم

(Hajar aswad manem)

Artinya: Sebuah wahyu dalam bahasa Farsi: Hajar Aswad Manm (Tadzkirah, hal. 36).


 


 

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: "Di dalam mimpi seseorang telah mencium kakiku. Aku berkata Akulah Hajar aswad".


 

Jawaban:

  1. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sendiri menjelaskan sebagai berikut:


 

وَإِنِّي أَنَا الْحَجَرُ اْلأَسْوَدُ الَّذِي وُضِعَ لَهُ الْقَبُولُ فِى اْلأَرْضِ وَالنَّاسُ يَمَسُّه يَتَبَرَّكُونَ

Artinya: Dan sungguh aku adalah hajar aswad yang di bumi ini pengkabulan doa diletakkan padanya, sedang manusia menyentuhnya mendapatkan keberkatan ( Al-Istiftah, hal. 41).


 

Dalam catatan kakinya, beliau a.s. menulis:


 

قَالَ الْمُعَبِّرُونَ أَنَّ الْمُرَادَ مِنَ الْحَجَرِ اْلأَسْوَدِ فِى عِلْمِ الرُّؤْيَا الْمَرْءُ الْعَالِمُ
الْفَقِيهُ الْحَكِيمُ


 

Artinya: Orang-orang memberikan ta'bir berkata bahwa sesungguhnya yang dimaksudkan dengan Hajar aswad dalam Ilmu Ru'ya adalah seorang yang berilmu, mengerti dan bijaksana.


 

Maksud dari kalimat aku adalah hajar aswad yang telah Allah swt. terima di dunia ini yang mana manusia menciumnya untuk memperoleh berkat.


 

    Dua orang pakar Ta'bir mimpi menulis bahwa di dalam ilmu ru'ya hajar aswad artinya Alim / Ulama, Faqih / Ahli Fiqih dan Hakim / Ahli hukum.

Seperti itu pula Hadhrat Masih Mau'ud as mena'wilkan wahyu tesebut.

  1. Rasulullah saw. bersabda kepada Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu sebagai berikut:


 

يَا عَلِيُّ أَنْتَ بِمَنْزِلَةِ الْكَعْبَةِ

Artinya: Wahai Ali, engkau berada pada maqam kemuliaan Ka'bah (Firdaus Al-Akhbar Delmi, hal. 314, bab Al-Ya'u).


 

  1. Syeikh Muhyiddin Ibnu Arabi r.h. menulis: "Hadhrat Amirul Mu'minin Imamul- Muttaqin Ali bin Abi Thalib karramahullahu wajhahu berkata kepada orang-orang dalam khuthbah bahwa Allah swt. telah memberikan julukan 'ismullah' kepadaku dan aku adalah 'junubillah', artinya lambung Allah, yang terkadang kamu bersikap berlebihan, dan akulah 'qalam' dan aku 'lauhil-mahfuzh' dan aku adalah 'arsy dan kursi' dan aku adalah 'langit yang ketujuh dan bumi yang ketujuh'(Muqaddimah Khususul-Hukm, fasal VII, terjemahan Urdu, hal. 60-61).


 

  1. Hadhrat Bayazid Busthomi rahmatullahi 'alaihi mengatakan: "Untuk beberapa lama aku thawaf, tetapi ketika aku mencapai Tuhan, maka Ka'bah pun mulai mengelilingiku (Tadzkiratul-Auliya, bab XXXCVIII, hal. 297)


 


 

Keagungan pribadi Hadhrat Bayazid Busthomi

rahmatullahi 'alaihi


 

Mungkin saja ada seseorang ingin menolak hal ini dengan mengatakan bahwa perkataan beliau itu tidak memenuhi hujah argumentasi, namun hendaknya diingat bahwa kepribadian Hadhrat Bayazid Busthomi rahmatullahi 'alaihi begitu tinggi dan luhur sampai-sampai Hadhrat Daata Ganj Bakhs pun mengakuinya. Beliau menulis sebagai berikut: "Langit ma'rifat dan bahtera mahabbat Abu Yazid Thaifur bin Ali Basthomi rahmatullahi 'alaihi tergolong Syeikh yang sangat besar menduduki kehormatan yang tinggi dan sangat terpandang begitu rupa sehingga. Junaid rahmatullahi 'alaihi mengatakan:

أَبُو يَزِيْدَ مِنَّا بِمَنْزِلَةِ جِبْرِيلَ مِنَ الْمَلاَئكَةِ

Artinya: Abu Yazid di antara kami menempati kedudukan Jibril di kalangan malaikat.


 

Salah satu dari 10 Imam besar Tashawwuf sebelum itu tidak ada orang yang memiliki hakikat ilmu Tashawwuf sederajat beliau dan disetiap sisi apapun beliau sangat mencintai ilmu dan memuliakan syariat (Kasyful-Mahjub, terjemahan Urdu, hal. 122, Dzikir Imam Masyayikh Taba' Tabi'in).


 

  1. Khadhrat Syeikh Fariduddin Ath-Thar rahmatullahi 'alaihi dalam kitab Tadzkiratul-Auliya menulis tentang Hadhrat Rabi'ah Bishri sebagai berikut:


 

"Sekali kesempatan ketika beliau Hadhrat Rabi'ah Bishri rahmatullahi 'alaihi sedang beribadah Haji, Ka'bah mukarramah datang menyambut beliau. Aku tidak memerlukan tempat, karena Pemilik tempat itu sudah kumiliki. Dengan melihat pesona keindahan Ka'bah, aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi? (Tadzkiratul- Auliya, terjemahan Urdu, bab IX, hal 54, Cetakan Ilmi Pers).


 

  1. Hadhrat At-Thar rahmatullahi 'alaihi mengomentari tentang Hadhrat Sibli rahmatullahi 'alaihi sebegai berikut: "Suatu ketika ia pergi menuju Ka'bah dengan membawa api seraya mengatakan agar orang-orang bertawajjuh kepada Tuhannya Ka'bah (Tadzkiratul-Auliya, bab XIV, hal. 122)


 

  1. Mengenai Hadhrat Abul-Qasim Nasir Abadi rahmatullahi 'alaihi tertulis sebagai berikut: "Suatu ketika orang-orang thawaf di Ka'bah dan satu sama lain saling mengobrol, maka pada saat itu juga beliau membawa kayu bakar dan api, orang-orang bertanya 'Ada apa ini? Untuk apa api dan kayu bakar di sini?. Beliau menjawab: Aku akan membakar Ka'bah supaya orang-orang yang lalai itu segera kembali kepada Allah swt.". (Tadzkiratul-Auliya, terjemahan Urdu, bab VIC, hal. 318)


 

Keberatan Kedua puluh lima

تیچی تیچی

(Tici-tici)


 

Wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. berbunyi "Tici - Tici" (Tadzkirah, hal. 529).


 

Jawaban:

Keberatan itu sama sekali tidak benar. Tidak ada wahyu beliau a.s. seperti itu. Kalau mimpi, ya memang ada dimana ia melihat seorang laki-laki yang berwujud malaikat yang mengaku namanya "Tici". Di dalam bahasa Punjabi artinya ialah yang datang tepat pada waktunya". Jadi, ta'bir mimpi itu ialah Allah swt. akan menolong Islam dengan mengutus Hadhrat Masih Mau'ud a.s. tepat pada waktunya dan demikianlah kenyataannya. Kesulitan-kesulitan yang beliau a.s. hadapi berkenaan dengan pengeluaran biaya Langgar Khana (dapur umum) yang dihadapi mereka sebelum wahyu ini diturunkan, maka setelah turun wahyu tersebut kesulitan tersebut segera hilang. Jadi, kesimpulannya bila dikatakan menerima ilham "Tici – Tici" itu perbuatan usil semata.


 

  1. Apakah Tici Tici itu malaikat?


 

Jawaban:

Sebagaimana di atas telah dijelaskan bahwa Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dimanapun tidak pernah menyebutkan itu sebagai malaikat, tetapi beliau menyebutkannya manusia yang bersifat malaikat. Tetapi coba anda jelaskan sedikit saja apakah ada malaikat yang matanya buta sebelah? Di dalam Hadis Bukhari dikatakan:


 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أُرْسِلَ مَلَكُ الْمَوْتِ إِلَى مُوسَى عَلَيهِ السَّلاَمَ فَلَمَّا جَاءَه صَكَّه فَوَضَعَ عَيْنُه فَرَجَعَ إِلَى رَبِّه فَقَالَ أَرْسَلْتَنِي إِلَى عَبْدٍ لاَيُرِيدُ الْمَوْتَ فَرَدَّ اللهُ عَلَيْهِ عَيْنَه وَقَالَ اِرْجِعْ فَقُلْ لَه لِيَضَعْ يَدَه عَلَى مَتْنِ ثَوْرٍ فَلَه بِكُلِّ مَا غَطَّتْ بِه يَدُه بِكُلِّ شَعْرَةٍ سَنَةٌ قَالَ أَيْ رَبِّ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْمَوْتُ


 

Artinya: Dari Abu Hurairah ra, malaikat maut diutus kepada Musa as, maka tatkala ia mendatanginya, ia meninjunya, lalu satu matanya terlepas, lalu ia kembali kepada tuhannya, seraya berkata: Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba yang tidak menghendaki mati, lalu Allah mengembalikan matanya dan berfirman: Kembalilah, lalu katakan kepadanya: Hendaklah ia meletakkan tangannya di atas punggung seekor sapi jantan, maka baginya setiap satu bulu yang ada pada tangannya itu adalah satu tahun, ia berkata: Tuhanku, kemudian apakah itu? Dia berfirman: Kematian! (Bukhari, Ktabus-Shalah, bab Man Ahabbad-Dafna Fil-Ardhil-Muqaddasati, jilid I, hal. 153, Mathba' Ilaihi Mesir. Begitu jugaMisykat, bab Bad'ul-Khalqi Wa Dzikrul-Anbiya, hal. 507, Ashkhul-Mathabi')


 


Dalam terjemahan catatan Bukhari terbitan bahasa Urdu yang dikutip dari Maulvi Ferozuddin & Son, Lahore: "Abu Hurairah mengatakan bahwa malaikatul-maut diutus kepada nabi Musa a.s., ketika ia mendatanginya, maka ia meninjunya sehingga satu bola matanya keluar, lalu malaikat itu kembali kepada Allah dan memprotes-Nya 'wahai Allah mengapa Engkau mengutusku kepada seorang hamba-Mu yang menolak untuk mati, lalu Allah mengembalikan bola matanya, kemudian berfirman: "Kembalilah dan katakan kepadanya: Letakkanlah tanganmu di atas sapi jantan, maka sebanyak bulu yang ada di bawah tanganmu akan diganti dengan umur satu tahun, kemudian Nabi Musa bertanya kepada Tuhan: Wahai Tuhan setelah itu bagaimana?, Allah berfirman: Barulah kamu akan dimatikan. Maka jawab Nabi Musa a.s. kalau begitu sekarang sajalah aku mati".(Tajridul-Bukhari Urdu, jilid I, hal. 150)


 

Ketahuilah bahwa Tici itu hanya sekedar nama saja, padahal kalian mempercayai bahwa malaikat Izrail itu buta sebelah matanya.


 

  1. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. tidak mengatakan bahwa dia itu malaikat, tapi beliau a.s. mengatakan sepertinya dia itu malaikat (Mukasyifat, hal. 38). Begitu pula dalam mimpinya, seorang malaikat dalam bentuk manusia itu menyebutkan namanya hanya "Tici" saja. Tetapi karena kenakalanmu kamu katakan menjadi Tici – Tici. Perbuatan demikian menjadi bukti pembenaran semisal orang Yahudi dalam ayat yang berbunyi:


 

يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِه

Artinya: Mereka merobah firman dari tempatnya (An-Nisa' 4:47).


 

Pemukulan Izrail sehingga bola matanya keluar terdapat dalam Bukhari, Jilid II, hal. 154, Kitab bada'ul-Khalqi, wafat Musa wa Zakatu ba'dahu dan juga Muslim Jilid II, hal. 225, Mathbaul-Amirah, Mesir, Kitabul-Fadhail, bab Fadhailu Musa, juga Misykat hal. 499, Mathba Hadhri, bab Bad'ul-Khalqi, fasal I)


 

  1. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menjelaskan terjemahannya sebagai berikut: "Tici itu bahasa Punjabi yang artinya tepat waktu, yakni datang tepat pada waktu yang diperlukan (Haqiqatul-Wahyi, hal. 332)


 

  1. Jika hal ini diakui bahwa Tici itu adalah malaikat, maka apakah keberatan kalian? Itu hanya sekedar nama sifat. Nabi itu diutus dalam bahasanya sendiri. Sebagaimana Allah swt. menurunkan wahyu dalam bahasa Punjabi dan kalian menertawakan dan mencemoohkannya, sebaliknya jika tidak diwahyukan dalam bahasanya sendiri kalian mengajukan keberatan mengapa wahyu diturunkan dalam bahasa asing? Allah swt. dengan perantaraan wahyu ini telah menjadikan kamu dikecam dan dicekal. Bahasa Punjabi kalian itu (bahasa daerah di India) itu adalah bahasa yang kebanyakan digunakan untuk lelucon dan kelakar. Oleh karena itu pada umumnya Allah swt. menurunkan wahyu kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dalam bahasa yang paling fasih di dunia ini (bahasa Arab). Oleh karena tuntutan zaman dan merupakan tuntutan fithrah suci sang mulham (penerima wahyu) sehingga ia dianugerahi mu'jizat kefasihan dan daya penyampaian bahasa yang jitu. Akan tetapi bahasa Punjabi tidak memiliki potensi untuk itu. Oleh karena itu kebanyakan dari wahyu beliau a.s. diturunkan dalam bahasa Arab.


 

  1. Yang tinggal sekarang adalah ocehan kalian: "Dia malaikat telah berbohong, mula-mula dia mengatakan tidak punya nama, tapi ketika ditanya kedua kalinya, barulah menyebutkan namanya.


 

Jawabannya adalah "Tici" yang telah diterangkan di atas bukan sebagai nama dzatnya, melainkan nama sifatnya, seolah-olah ia menolak nama aslinya, tapi mengukuhkan nama sifatnya. Ketika dia mengatakan "aku tidak bernama" dan ketika dikatakan padanya: "beritahukan namamu!", sesuai dengan tugasnya (ia datang menolong tepat pada waktunya), maka ia menyebutkan nama sifatnya. Jadi, menyebutkan itu sebagai kebohongan hanyalah pekerjaan orang-orang yang menyatakan bahwa Nabi-nabi itu tukang berkata bohong, seakan-akan setiap perkataan yang diucapkan nampak bohong saja di hadapan mereka.


 

  1. Di dalam Hadis Bukhari bab I, Hadis kedua disebutkan:


 

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِِ

Artinya: Lalu, Rasulullah saw. bersabda: Kadang-kadang ia datang kepadaku semisal bunyi lonceng.


 

Malaikat sering kali menyampaikan wahyu kepadaku dengan suara yang melengking bagaikan lonceng yang nyaring bunyinya. (Bukhari, kitab Kaifa kana bad'ul-wahyi.). Di sini lonceng bukanlah malaikat melainkan gambaran dari keadaan tanda-tanda kedatangannya; begitu pula Tici disini yang dijelaskan itu adalah tentang sifat-sifatnya.


 

  1. Benar, malaikat itu mempunyai nama sifat selain nama dzat. Di dalam Hadis dikatakan :

اِسْمُ جِبْرِيلَ عَبْدُ اللهُ وَاِسْمُ مِيكَائيلَ عُبَيدُ اللهِ وَاِسْمُ اِسْرَافِيلَ عَبْدُ الرَّحْمنِ

Artinya: Rasulullah saw. bersabda bahwa nama Jibril adalah Abdullah, nama Mikail adalah Ubaidullah dan nama Israfil adalah Abdurrahman (Delmi, hal. 55, bab Alif, riwayat dari Abu Umamah ra).


 

Begitu pula ada Hadis lain: Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri Rasulullah saw. bersabda: "Ketika aku kembali dari Baitul-Muqaddas, waktu itu aku mi'raj ... Jibril yang menyertaiku membawaku ke atas pintu langit dunia yang disebut dengan Babul-hifzh dan penjaganya seorang malaikat bernama Ismail, dia memimpin 12 000 malaikat. (Sirah Ibnu Hisam, jilid I, bab Isra' wa Mi'raj, terjemahan Urdu, hal. 140). Dari situ terbukti bahwa malaikat pun mempunyai nama sifat sesuai dengan tugasnya masing-masing. Rasulullah saw. memberitahukan bahwa Jibril itu bernama Abdullah, jika seseorang mengatakan dengan maksud mengejek bahwa Jibril itu dengan tuan Abdullah atau tuan Ismail yang membawa wahyu ini, maka apapun jawaban saudara, itulah juga jawaban kami, pahamilah!.


 


 

Keberatan Kedua puluh enam

کمترین کا بيڑا غرق ھوگیا

(Kamterin ka ber ha gark ho geya)

Artinya: Orang yang paling hina hancur berantakan (Al-Busyra, jilid II, hal. 12 dan Tadzkirah, hal. 683)


 

Kalian berusaha menipu atau berbohong, wahyu tersebut tertulis dalam majalah Al-Busyra yang di dalamnya terdapat juga penjelasan sebagai berikut: "Kelompok orang-orang yang hina itu sudah hancur berantakan" (Al-Busyra, Jilid II, hal. 12). Yakni, menyatakan isyarat kepada perkataan seseorang atau mungkin saja yang dimaksud dengan orang yang paling hina itu adalah "seorang penentang yang jahat". (Al-Busyra, Jilid II, hal. 12).


 

Kalian membaca ayat yangberbunyi:

لاَ تَقْرَبُوا الصَّلاَةَ

Artinya: Janganlah kalian mendekati salat (An-Nisa, 4:44)


 

Sedangkan, firman Allah swt. tentang larangan mabuk engkau abaikan begitu saja:

وَأَنْتُمْ سُكَارَى

Artinya:Sedangkan kalian dalam keadaan mabuk(An-Nisa, 4:44)

Malulah sedikit kepada Allah swt., wahai manusia!


 


 

Keberatan Kedua puluh tujuh

میں سوتے سوتے جھنم میں پڑگیا

(Me sote-sote Jahannemme pargea)

Artinya: Sedang enak-enaknya tidur, tahu-tahu aku jatuh ke dalam Neraka (Tadzkirah, hal. 535)..


 

Jawaban:

  1. Jangan dikutip satu bagian saja (jangan engkau mendekati salat), hendaknya wa antum sukara pun harus dibaca. Dalam (Al-Busyra Jilid II hal. 95) tertulis: Setelah wahyu itu terdengarlah satu suara ruh yang jahat, yang bunyinya "Me sote-sote Jahannemme pargea". Wahyu ini seakan-akan menerangkan tentang ruh jahat seperti kalian yang asyik menentang Hadhrat Masih Mau'ud a.s., kalian sama sekali lalai akan adzab Tuhan dan dalam kelalaian inilah akan mendatangkan sarana Neraka yang akan menimpah diri kalian sendiri. Sadarlah dan ambillah pelajaran!.


 

Di dalam Al-Busyra jilid II, hal. 65 ada sebuah wahyu tentang Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dalam bahasa Parsi sebagai berikut: "Khusy basy keh akibat neko khawahit bud" artinya selamatlah atasmu segalanya akan berakhir dengan baik.


 

  1. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda bahwa wahyu tersebut berkaitan dengan gempah bumi yang terjadi di Quetta pada akhir musim bunga tanggal 13 Mei 1935 (Al-Washiyat, hal. 13 catatan kaki), ketika orang-orang sedang tidur lelap di malam hari. Tetapi akibat amal perbuatan buruk dan kejahatan beberapa orang, Allah mendatangkan gempah bumi hebat yang membinasakan mereka dan dari antara mereka itu banyak yang sedang tidur lelap, tahu-tahu mereka digiring ke dalam Neraka (diantara para korban itu banyak juga orang-orang shaleh yang mati, seperti halnya ketika topan Nabi Nuh a.s. melanda, korban yang tenggelam ditelan banjir di antaranya anak-anak yang masih menyusu, perempuan-perempuan dan binatang-binatang buas pun ikut mati.


 

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. telah menulis selebaran tentang gempah bumi tersebut sebagai berikut: Ketika Allah swt menurunkan lafaz wahyu ini ke dalam hatiku, maka satu suara ruh terdengar di telingaku yang merupakan satu ruh kotor dan aku mendengar dia berkata: Saya tengah tidur pulas tahu-tahu masuk Neraka (Lihat selebaran tanggal 18 April 1905 yang berjudul Al-Indzar, pada halaman terakhir). Jadi, dalam wahyu tersebut diberitahukan bahwa gempa bumi itu akan datang secara tiba-tiba di waktu malam sementara orang-orang jahat tengah tidur lelap, tahu-tahu mereka digiring ke Neraka (Tadzkirah hal. 452).


 


 


 

Keberatan Kedua puluh delapan

ھم مکہ میں مرینگے يا مدینہ میں

(Ham Mekkah me marengge, ya Madinah me)

Artinya: Kami akan meninggal di Mekkah atau di Madinah (Tadzkirah, hal. 591).


 

Jawaban:

Mengenai wahyu tersebut, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menjelaskannya sendiri sebagai berikut: "Yakni kematianmu tidak seperti kematian yang penuh dengan ketakutan dan gagal dan rugi. Adapun kalimat yang berbunyi: "Ham Mekkah me marengge, ya Madinah me (Urdu)". Maknanya ialah sebelum kematian tiba, kami akan meraih kemenangan Mekah seperti halnya musuh-musuh di sana di kalahkan, begitu juga disinipun musuh-musuh akan dikalahkan dengan tanda-tanda kegagahan. Makna yang kedua adalah, sebelum kematian tiba, kami akan memperoleh kemenangan Madinah. Dengan sendirinya hati manusia akan condong kepada kami.


 

Adapun kalimat:

كَتَبَ اللهُ لأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي

Artinya: Allah telah menulis: Aku pasti akan menang, Aku dan Utusan-Ku (Al-Mujadilah, 58:22)


 

Kalimat tersebut mengisyratkan kepada kota Mekkah, sedangkan:

سَلاَمًا سَلاَمًا

Artinya: Damai, damai

Mengisyaratkan kepada kota Madinah.(Al-Busyra, jilid II, hal. 106 dan Tadzkirah hal. 526 dan Al-Hakam,jilid X, poin 2).


 

Keberatan Kedua puluh sembilan

خاکسا ر پیپر منٹ

(Khaksar peppermint)

Artinya: Saya yang lemah peppermint (Tadzkirah, hal. 527).


 

Apakah peppermint (obat) dapat berbicara ?


 

Jawaban:

    Wahyu ini merupakan kasyaf yang dilihat oleh Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Kepada beliau a.s. diperlihatkan sebuah botol yang pada labelnya tertulis " Hamba yang lemah Peppermint " yang artinya adalah bahwa penyakit yang beliau derita obatnya adalah peppermint.(Tazkirah 486). Obat tentu tidak dapat berbicara. Tetapi coba bacalah Hadis Bukhari sejenak dimana tertera bahwa tatkala Nabi Musa a.s. mandi tanpa busana, maka di batu mana beliau meletakkan pakaian, batu itu lari membawa pergi pakaian beliau. Beliau mengejar batu itu untuk menangkapnya sambil memukulkan tongkatnya ke batu itu. Hz. Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Demi Allah, sampai kini masih ada bekas pukulan tongkat Nabi Musa a.s. di batu itu.

فَذَهَبَ مَرَّةً يَغْسِلُ فَوَضَعَ ثَوْبَه عَلَى حَجَرٍ فَفَرَّ الْحَجَرُ بِثَوْبِه فَخَرَجَ مُوسَى فِى أَثَرِه يَقُولُ ثَوْبِيَ الْحَجَرُ ثَوْبِيَ الْحَجَرُ

Artinya : Pada suatu kali Hadhrat Musaa.s. pergi mandi, maka beliau membuka pakaian lalu meletakkannya di atas batu, lalu batu itu lari dan Nabi Musa a.s. berlari telanjang mengejar batu itu. Nabi Musa memukul batu itu sambil berkata, hai batu ! berikanlah kepadaku kainku itu. (Bukhari bab kitabu
salat bab man ightasala uryanan jilid 1 hal 42 Percetakan Ilahiah Mesir dan Misykatul- Mujtabaai hal 507 bab badaul-khalqi wa dzikrul-anbiya).


 

    Apakah menurut pendapatmu batu dapat mencuri kain/pakaian lalu dibawa lari ? Apakah atap masjid Nabawi dan keledai dapat berbicara ? Tetapi apabila di dalam kehidupan Masih Maud a.s. di dalam kasyaf terlihat pada label botol ada tulisan "khaksar peppermint," maka kalian berkeberatan akan hal itu?. Padahal dalam hal itu tidak ada hal yang layak untuk diprotes. Ini merupakan pemandangan kasyaf yang di dalamnya diingatkan berkenaan dengan pengobatan. Jelaslah di dalam hal itu tidak ada hal yang layak untuk diprotes sebab tertulis bahwa semua ilmu ketabiban dan ilmu reaksi obat-obatan adalah diketahui dengan perantaraan wahyu. Bacalah hal berikut ini:


 

قَدْ ثَبَتَ أَنَّ عِلْمَ الطِّيبِ وَمَنَافِعَ اْلأَدْوِيَّةِ وَمَضَارَّهَا إِنَّمَا عُرِفَتْ بِالْوَحْيِ

Artinya: Sungguh telah ditetapkan bahwa ilmu kedokteran dan berbagai manfaat obat serta bahayanya itu hanyalah diberitahukan melalui wahyu.


 

    Hal ini terbukti bahwa ketabiban atau faedah-faedah obat dan kerugian-kerugiannya hanya diketahui lewat wahyu. Dengan demikian tidak ada keberatantentang hal itu. (Sarahus Sarah Aqaaid Nisfi h.427)


 


 

Keberatan Kedua puluh

أُفْطِرُ وَأَصُومُ

(Ufthiru wa ashumu)

Artinya: Aku berbuka dan berpuasa (Tadzkirah, hal. 421, 462, 660 dan 490).


 


 


 

Jawaban:

  1. Dalam mengomentari hal itu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: Jelas bahwa Allah swt. bebas dari menjalankan ibadah berbuka dan puasa. Kata-kata ini artinya tidak dapat dinisbahkan kepada-Nya. Oleh karena itu hanya merupakan sebuah kiasan dan maksud yang sebenarnya adalah Aku (Allah) terkadang memperlihatkan kemarahan-Ku dan terkadang Aku memberikan tempo, persis seperti orang yang kadang-kadang makan dan kadang-kadang berpuasa serta menahan dirinya dari makan. Kiasan seperti itu banyak terdapat di dalam kitab-kitab Allah sebagaimana di hari Qiamat Tuhan akan mengatakan bahwa Aku dulu sakit, Aku dulu lapar, Aku dulu telanjang.". (Hakikatulwahi hal 104).


 

  1. Kemudian Dia bersabda: Aku akan membagi waktu-Ku menjadi beberapa waktu. Bahwa sebagian tahun Aku akan berbuka, yakni Aku akan menghancurkan orang-orang dengan Taun dan untuk beberapa tahun Aku akan berpuasa, yakni akan datang suasana aman dan Taun akan berkurang atau sama sekali tidak akan tersisa lagi. (Daafi'ul-bala hal 817 lihat Tazkirah hal 395 catatan kaki ( alif ba ). Hadis yang Hadhrat Masih Mau'ud a.s. berikan refrensinya itu terdapat di dalam Hadis Muslim yang berbunyi:.


 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدِنِي ... يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِى ... يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي

Artinya: Diriwayatkan dari Hadhrat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: bahwa Rasulullah saw. bersabda: bahwa pada hari kiamat Allah Azza wa Jalla akan berkata; Wahai anak adam, Aku dulu sakit kamu tidak menjenguk-Ku, Wahai anak Adam, Aku dulu minta makanan kepadamu namun kamu tidak memberi makan kepada-Ku. Wahai anak Adam, Aku dulu meminta minum air kepadamu namun kamu tidak memberi aku air" (Riyadhush-Shaalihin, hal. 205 cetakan Mesir )


 

Dengan demikian, apakah Tuhan dapat sakit, dapat lapar dan dapat haus. Tetapi Dia swt. tidak dapat berpuasa?.


 


 


 

Keberatan Ketiga puluh satu

                    

أُخْطِئُ وَأُصِيبُ

(Ukhthi'u wa ushibu)

Artinya: Aku melakuakn kesalahan dan melakukan kebenaran (Tadzkirah, hal. 462 dan 659).


 

Jawaban:

  1. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. telah memberikan penjelasan seperti di bawah ini:

    Aku kadang-kadang melepaskan keinginan-Ku dan kadang-kadang Aku memenuhi keinginan-Ku…. sebagaimana tertera dalam Hadis bahwa pada saat Aku mencabut nyawa orang yang beriman Aku senantiasa ragu. Padahal Tuhan suci dari sifat ragu-ragu. . Artinya Aku kadang-kadang membatalkan kehendak-Ku. Dan kadang-kadang keinginan itu terpenuhi sebagaimana yang diinginkan. (Haqiqatul- wahyi, hal 103 pada catatan kaki)


 

  1. Hadis yang diisyarahkan oleh Hadhrat Masih Mau'ud a.s. itu terdapat dalam Sahih Bukhari yang berbunyi:

وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيئٍ أَنَا فَاعِلَُه تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ

Artinya: Allah swt. berfrirman: Aku tidak pernah sedemikian ragu tentang sesuatu sebagaimana Aku ragu dalam mencabut ruh orang beriman. (Bukhari Kitabur-riqaq babut-tawaadhu' jilid 4 hal. 80 Cetakan Mesir).


 


 


 


 

Keberatan Ketiga puluh dua

کرمہاۓ توما را کرد گستاخ

(Karamhai mera kard gustah)

Artinya: Karunia-karunia Ilahi membuat satu kelompok menjadi kurang ajar (Tadzkirah, hal. ).

    

Ini merupakan wahyu Hadhrat Mirza Sahib a.s.. Tetapi Hadhrat Mirza Mahmud Ahmad Sahib radhiyallahu 'anhu bersabda bahwa bodoh sekali orang yang mengatakan: "Karamhai tu mara kard gustah". Sebab karunia Tuhan tidak pernah menjadikan manusia tidak kenal sopan santun dan tidak akan menjadikanya pembangkang. Bahkan, justru menjadikannya lebih bersyukur dan menjadi lebih setia. (Alfadhal 23 Januari 1917).


 

Jawaban:

Ini memang merupakan wahyu, tetapi merupakan kalam Tuhan dalam bentuk hikayat datangnya berasal dari luar, sebagaimana di dalam Alquran berkaitan dengan Rasulullah saw. terdapat ayat Alquran sebagai berikut:


 

ءإِنَّا لَتَارِكُوا آلِهَتِنَا لِشَاعِرِ مَجْنُونٍِ

Artinya: Apakah kami akan meninggalkan tuhan-tuhankami hanya karena seorang penyair yang gila? (Ash-Shaffat, 37:37)


 

سَاحِرٌ كَذَّابٌ

Artinya: Ini adalah tukang sihir, pendusta(Shaad, 38:5; Ghafir, 40:25).


 

Kini persoalan yang timbul adalah, apakah Tuhan sambil menyapa Hadhrat Masih Mau'ud a.s. Dia berfirman kepadanya "Karam hai tu mara kard gustah" (nauzubillah minzalik) atau apakah Hadhrat Masih Mau'ud a.s. mengatakan kepada Tuhan? Jelas sekali bahwa kedua bentuk itu adalah batil. Kata maa (ما) menunjukkan satu Jemaat yang mana perkataan ini dikutip dari hikayat. Dan jelas yang dimaksud dengan Jemaat disini bukan Jemaat orang mukmin, sebab karunia Ilahi tidak menjadikan orang mukmin menjadi lancang. Berkenaan dengan mereka itulah diwahyukan kepada Hadhrat Aqdas Masih Mau'ud a.s. wahyu lain yang bewrbunyi:

شَرُّ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

Artinya: Keburukan orang-orang yang telah diberi kenikmatan.


 

Yakni itu merupakan kekurang-ajaran orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. Jadi, mereka itu adalah kelompok jemaat Ahmadiyah Lahore yang telah melecehkan terdadap sikap lemah-lembut dan kasih-sayang Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dan mereka menjadi musuh keluarga Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sesuai dengan wahyu yang beliau terima berikut ini:

سَيَقُولُ الْعَدُوُّ لَسْتَ مُرْسَلاًَ

Artinya: Musuh akan berkata: engkau bukan seorang Rasul.


 

Ada lagi satu syair Hadhrat Masih Mau'ud a.s. :

وَمِنْ عَجَبٍ أُشَرِّفُكُمْ وَأَدْعُو

وَمِنْكَ الْمَشْرُفِيَّةُ وَالرِّمَاحُ

Artinya: Sangat mengherankan sekali bahwa aku menghormatimu dan aku memanggilmu tetapi yang aku terima darimu adalah tombak dan panah (Tuhfah Bagdad hal 31).


 


 

Keberatan ketiga puluh tiga

خیرتي

(Kherati)

Seorang malaikat bernama Kherati (Tadzkirah, hal. 33)

    

Seorang malaikat bernama Khairati Ram datang kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s.:


 

Jawaban:

لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ        

Artinya: Laknat Allah atas orang-orang yang dusta.

.

    Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sama sekali tidak pernah menulis Khairati Ram, tetapi beliau menyebutkan tentang kedatangan seorang malaikat dalam keadaan ru'ya. Di mana, dia telah menyebutkan namanya adalah Khairati. Selanjutnya terserah kalian, apakah kalian akan bersikap sesuai dengan ayat layyinan bialsinatihim (bersikap lemah-lembut terhadap ucapan mereka ) atau kalian akan merubah-rubah dan memutar-balik kata-kata itu sesuai dengan keinginan kalian sendiri. Sebagaimana musuh Rasulullah saw. merubah kata "unzhurnaa" menjadi "raai'nan" dalam memanggil Rasulullah saw..


 

    Adapun, kemudian yang tertinggal adalah nama malaikat. Kata "khairati" bukanlah bahasa Punjabi, Hindi, atau Urdu, tetapi ini adalah bahasa Arab. Khairatiyyun berasal dari kata khairun yang artinya orang yang berbuat baik atau shaleh. Ya' adalah ya' nisbat. Ini adalah merupakan nama sifat malaikat itu. Karena itu dukungan dari ucapan ini kita dapatkan dari wahyu Hadhrat Mau'ud a.s., yaitu. "Dalam keadaan itu ada tiga malaikat datang dari langit, salah satu di antaranya bernama Khairati ... lalu aku mengatakan kepada malaikat-malaikat itu "Mari aku memanjatkan sebuah doa dan katakanlah oleh kalian 'amin!'. Lalu, aku memanjatkan doa ini:

أَذْهِبْ عَنِّي الرِّجْسَ وَطَهِّرْنِي تَطْهِيرًا

Artinya: Hilangkankah kotoran dariku, dan sucikanlah aku dengan sesuci-sucinya.


 

Sesudah itu ketiga malaikat itu naik ke langit dan aku pun terjaga. Begitu aku membuka mata, aku melihat kekuatan gaib menarik dan mengangkatku dari kehidupan yang fana ini dan dalam satu malam Allah subnahu wa ta'ala telah memperbaikiku dengan sempurna dan di dalam diriku terjadi suatu perobahan yang tidak mungkin terjadi oleh tangan manusia dan dengan keinginan manusia. (Taryaqul-qulubTaqthi-ul-kala, hal. 94-95)


 

    Ru'ya ini , Hadhrat Masih Mau'ud a.s. lihat pada tahun 1874, yakni sebelum beliau diutus. Bukankah kalian mengakui ada dua malaikat yang senantiasa menyertai manusia? Yakni, satu yang senantisa mencatat kebaikan dan yang satu lagi mencatat keburukan. Lalu, mengapa kalian berkeberatan ?


 


 

Keberatan ketiga puluh empat

جے سنگ بھادر

(Jee sing bahadur)

Artinya: Hidup, singa (Tuhan) pemberani yang akan memperoleh kemenangan (Tadzkirah, hal. 672).


 

Jawaban:

Teriakan berupa seloghan "Hidup Mirza Gulam Ahmad!" akan menggema di mana-mana sebagaimana Hadhrat Aqdas Masih Mau'ud a.s. bersabda di tempat lain:


 

Dan kepada musuh diberitahukan bahwa mereka akan senantiasa mendapatkan kegagalan. Wahai orang lemah yang tidak berdaya "Janganlah memasukkan tangan ke mulut singa!". Sejauh mereka menertawakan berkaitan dengan kata "je sing" sama seperti seseorang menertawakan setelah mendengar kata "God" dan kata "Permisyar" (sebutan nama Tuhan orang Hindu).


 


 

Keberatan ketiga puluh lima

گورنر جنرل

(Governur general)

Jawaban:

Hadhrat Al-Masih a.s. yang nama lainnya Al-Mahdi sama sekali tidak pernah memperoleh bagian dari kerajaan dunia, tetapi kerajaan langit akan dia dapatkan. Di dalam Hadis disebutkan bahwa dia akan datang sebagai hakim (penguasa) dan akan menjadi hakim yang adil bagi seluruh firqah dan golongan dalam Islam, yang terjemahan dalam bahasa Inggrisnya adalah Governur general. Jadi, kegovenurannya ini bukanlah berupa kekuasaan duniawi, tetapi seperti kekuasaan Hadhrat Isa a.s. yang datang dengan kesederhanaan dan jiwa yang rendah-hati. Jadi, seperti itulah dia dizhahirkan di bumi ini. (Taryaqul-qulub Taqti'ul-kala, hal. 9, cetakan depot buku Taqti'ul-kala).


 


 

Keberatan ketiga puluh enam

آريوں کا بادشاہ

(Ariung ka badsah)

Artinya: Raja orang-orang Ariya (Tadzkirah, hal. 381).

Jawaban:

  1. Apakah kalian tidak mengimani Rasululah saw. sebagai sayyidu wuldi Aadam
    yakni sebagai Raja bagi seluruh ummat manusia. Apakah orang Ariya tidak termasuk manusia? Jadi seolah-olah Rasulullah saw. adalah Raja bagi orang-orang Ariya, Atheis, Kristen dan orang-orang Yahudi.


 

  1. Apakah maksud menjadi Raja suatu bangsa artinya bahwa Raja itupun harus menganut agama seperti yang dianut oleh bangsa yang dipimpinnya?. Apakah George ke 6 adalah bukan Raja orang Ariya, lalu apakah ia juga orang Ariya?. Apakah Aurang Zeb itu bukan rajanya orang Hindu?. Lalu, Apakah dia itu juga orang Hindu ?


 

    Di tengah-tengah rakyat seorang Raja terdapat juga orang–orang mukmin, orang-orang kafir, ada juga orang-orang baik dan ada juga orang-orang jahat. Dia adalah raja bagi semuanya. Singkatnya, di antara manusia itu di dalamnya terdapat orang-orang jahat juga. Maka, apa yang dimaksudkan oleh sabda Rasulullah saw.: "Ana sayyidu wuldi Aadam?", artinya: Aku adalah pemimpin seluruh ummat manusia. Demi Tuhan, pada saat menyampaikan kritikan, hendaklah tanamkan sedikit rasa takut pada Tuhan!.


 


 

Keberatan ketiga puluh tujuh


 

إِنِّي بَايَعْتُكَ بَايَعَنِي رَبِّي

(Inniy baya'tuka baaya'aniy rabbiy)

Artinya: Sesungguhnya Aku berbai'at kepadamu, maka Tuhanku berbai'at kepadaku (Tadzkirah, hal. 420, 421 dan 422).


 

Tuhan telah bai'at ditangan Mirza Sahib a.s. (na'udzubillahi min dzalik). Di dalam majalah Al-Busyra ini terjemahannya adalah Aku Allah telah baiat kepadamu.


 

Jawaban:

  1. Terjemahan Babu Manzhur dalam kutipan Al-Busyra tersebut adalah sama sekali salah, bukan merupakan hujjat bagi Jemaat Ahmadiah. Bahkan jika dibandingkan dengan terjemaahn Hadhrat Masih Mau'ud a.s. tidak bernilai sama sekali. Dalam buku Daafiul bala, Hadhrat Masih Mau'ud a.s.
    menerjemahkan wahyu itu demikian: Aku telah melakukan jual-beli denganmu ... maka engkaupun akuilah jual-beli itu dan katakanlah bahwa Tuhan telah melakukan jual-beli denganku (Tadzkirah, hal. 394).


 

  1. Di dalam wzhyu ini disebutkan mengenai jual-beli dengan Tuhan, yang dalam Alquran disebutkan sebagai berikut:

.

إِنَّ اللهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ

Artinya: Allah telah berjual-beli dengan orang-orang beriman dan Dia telah membeli harta mereka dan jiwa mereka dan sebagai gantinya Dia memberikan Sorga kepada mereka (At-Taubah, 9: 111).

.


 


 

Keberatan ketiga puluh delapan

أَسْهَرُ وَأَنَامُ

(Asharu wa anaamu)

Artinya: Aku jaga dan Aku tidur (Tadzkirah, hal. 460)


 

Jawaban:

  1. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda berkenaan dengan wahyu ini: Bahwa Allah swt. bebas dari tidur. Maksud wahyu ini adalah bahwa Allah swt. menutupi kelemahan sebahagian orang-orang yang berdosa dan terkadang memberikan hukuman padanya juga.


 

  1. Jika kata-kata kiasan berkenaan dengan Tuhan, seperti lapar, makan dan minum, tidak berbusana dan lain-lain sebagaimana di dalam kutipan Hadis Muslim yang baru kami terangkan dalam jawaban "Afthiru wa asuumu", maka mengapa kata tidur dan jaga secara kiasan tidak dapat digunakan?


 


 


 


 

Keberatan ketiga puluh sembilan

اِصْبِرْ سَنَفْرُغُ يَا مِرْزَا

(Ishbir sanafrughu yaa Mirza)

Artinya: Wahai Mirza bersabarlah, Kami sekarang mempunyai peluang (Mukaasifat hal. 28 dan Tadzkirah, hal. 129)


 

.

Jawaban:

Ya, kadang Tuhan berfirman juga: "Wahai hamba-Ku kini Kami mempunyai peluang.


 

Dalam Alquranul-Majid Allah swt. berfirman:

سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَا الثَّقَلنِ

Artinya: Segera Kami akan memperhatikan kamu, wahai dua pasukan (Ar-Rahman, 55:32).


 

Sehubungan dengan hal tersebut apakah tidak ada keberata? Wahai dua makhluk! yakni Jin dan manusia, Kami sebentar lagi akan memperoleh peluang untuk kalian.


 

Catatan: Di dalam wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. tidak ada kata "laka". Oleh karena itu tidak ada sisi ancaman di dalamnnya. Dan kata ( اِصْبِرْ) merupakan dalil bahwa kalam ini bermaksud memberikan ketentraman. Oleh karena itu kutipan /refrensi buku Maulwi Muhamad Ali Amir Jemaat Ahmadiyah Lahore tidak perlu mendapat perhatian dan tidak pula segaai hujjah bagi kami.


 


 


 

Keberatan keempat puluh

قرآن خدا کا کلام اور ميرے منہ کی باتیں ہيں

(Qur'an Khuda ka kalaam aur mere muh kibaatee he)

Artinya: Al-Qur'an adalah kalam Ilahi dan merupakan ucapan-ucapan lidahku (Tadzkirah, hal. 99).


 

Jawaban:

  1. Terdapat sebuah wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bahwa Allah swt. berfirman: "Al-Qur'an merupakan firman-Ku" Di dalam wahyu ini dari dhamir gaib sebagai penjelasan berubah menjadi dhamir mutakallim. Sebagaimana Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang merupakan penerima wahyu itu sendiri telah menjelaskannya.


 

Diajukan pertanyaan bahwa di dalam wahyu Ilahi ( Alquran adalah firman Allah dan merupakan kata-kataku pen.) kata ganti "ku" dalam wahyu ini ditujukan kepada siapa.? Yakni siapa yang mempunyai perkataan itu ? Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: "Firman-firman Ilahi". Contoh dhamir yang beragam seperti itu adalah banyak terdapat di dalam Al-Qur'an ( Badar Jilid 6 hal. 28 dan 11 Juli 1907 hal. 6). Misalnya: Contoh seperti itu tertera dalam Al-Qur'an surah Al-Fatihah :

اَلرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ملِكِ يَوْمِ الدِّينِ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Artinya: Yang Maha Pemurah, Yang Maha Pengasih, Yang memiliki hari pembalasan, hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan (Alfatihah, 1:3 -5).


 

Pertama menggunakan kata ganti ghaib dan kemudian serta merta mulai menggunakan kata ganti hadir (mutakallim ma'al-ghair). Apakah Allah swt. (na'udzubillah min dzalik) berfirman kepada Rasulullah saw. dengan kalimat: Iyyaka na'budu ( إِيَّاكَ نَعْبُدُ ). Sama sekali tidak!. Mengapa dalam hal ini tidak ada keberatan?.


 

  1. Dalam Alquranul- Majid Allah swt. berfirman :


 

وَاللهُ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ فَتُشِيرُ سَحَابًا فَسُقْنه إِلَى بَلَدٍ مَّيِّتٍ

Artinya: Dan Allah itu Yang mengutus angin, maka angin itu menaikkan awan, lalu Kami menghalau itu ke tanah yang mati (Al-Fathir, 35:10).


 

Allahlah yang mengirim angin yang membawa awan. Kemudian Kami menggiringya kearah tanah yang mati. Di dalam ayat ini sebelumnya Allah swt. disebut dengan kata ganti "ghaib" dalam arsala (أَرْسَلَ
), kemudian tiba-tiba berubah dalam kalimat berikutnya dimulai dengan kata suqnaa ( سُقْنا ) menggunakan kata ganti "mutakalim ma'al-ghair". Apakah maksud ayat tersebut bahwa angin yang membawa gumpalan awan itu adalah Allah swt. yang melakukannya, tetapi yang melakukan pekerjaan menggiring ketempat tanah yang mati adalah Rasululah saw.?.


 

  1. Selanjutnya Allah swt. berfirman:


 

وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً بِقَدَرٍ فَأَنْشَرْنَا بِه بَلْدَةً مَيِّتًا

Artinya: Dan Dia Yang menurunkan air dari awan menurut ukuran, lalu dengan itu Kami menghidupkan tanah yang mati (Az-Zukhruf, 43:12).


 

Apakah menurut ayat tersebut Dia Allah swt. Yang telah menurunkan air dari langit sesuai dengan ukuran, kemudian kami Rasulullah saw. yang menghidupkan bumi yang mati dengan air itu?.


 

  1. Selanjutnya Allah swt. berfirman:


 

وَ هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجْنَا به نَبَاتَ كُلِّ شَيْئٍ

Artinya: Dan Dia ialah Yang menurunkan air dari awan, lalu dengan itu Kami keluarkan tunas segala tumbuh-tumbuhan (Al-Anam.6:101)


 

Apakah menurut ayat tersebut Dia Allah swt. Yang telah menurunkan air dari langit, kemudian kami Rasulullah saw. yang mengeluarkan segala macam sayur-mayur atau tumbuh-tumbuhan dengan air itu?.


 

  1. Selanjutnya Allah swt. berfirman:


 

مَا كَانَ اللهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ

Artinya: Allah tak akan membiarkan kaum mukmin berada dalam keadaan kamu sekarang ini (Ali-Imran, 3:180).


 

Allah swt. tidak akan meninggalkan orang yang beriman dalam keadaan dimana kamu berada .kini berada di dalamnya. Di dalam ayat ini almukminin (orang-orang mukmin) adalah obyek dalam bentuk kata ganti "ghaib", tetapi dalam kalimat selanjutnya yang berbunyi: ( أَنْتُمْ عَلَيْهِ ) orang-orang mukmin itu juga Dia swt. nyatakan dengan kata ganti "mukhathab" (yang diajak berbicara). Padahal jika diperhatikan gaya bahasa (uslub) keterangan pengeritik, maka seharusnya kata " 'Alaa maa antum 'alaihi" ( عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ ) hendaknya ditulis dengan " 'Alaa maa hum 'alaihi" (عَلَى مَا هُمْ عَلَيْهِ ). Namun, Allah swt. mengantikan kata ganti ghaib dengan kata ganti mukhathab di dalam satu kalimat memberitahukan bahwa di dalam kalam Ilahi hal itu biasa terjadi dan hal itu tidak perlu dijadikan sasaran kritikan. Di dalam Al-Qur'an gaya bahasa (uslub) seperti itu terdapat puluhan contoh, tetapi dengan contoh tersebut di atas sudah cukup memadahi.


 

Jika kalian tidak mau menerima jawaban ini, maka perhatikanlah jawaban dari ungkapan Hadhrat Dzunnun Misri rahmatullahi 'alaihi : Beliau bersabda:


 

  1. (Dzunnun Misri rahmatullahi 'alaihi) adalah seorang arif ... adalah orang yang menyatu dengan Dzat Allah, lingkungannya adalah lingkungan Allah. Kata-katanya merupakan firman Allah dan penglihatannya adalah penglihatan Allah. Rasululullah saw. bersabda bahwa Allah berfirman manakala Aku menjadi seorang hamba sebagai sahabat, maka Aku menjadi telinga, mata, lidah, tangan, kaki dan lain-lain dari hamba itu supaya dengan-Ku dia mendengar, melihat, berbicara, bekerja dan berjalan". (Tadzkiratul-Aulia bahasa Urdu, bab 13 hal. 101, terbitan Syekh Barkat Ali and Sons, edisi 3, cetakan Ilmiah Lahor dan Zhahirul-Ashfiya, terjemahan Tadzkiratul- Auliya. Terbitan Haji Cragudin Sirajuddin, cetakan Jalal-Printing Pers, hal.117).


 

Catatan: Ingatlah tak seorang Islam pun mengingkari keagungan pribadi Dzunnun Misri rahmatullahi 'alaihi. Oleh karena itu . Daata Ganjs Bakhs rahmatullahi 'alaihi di dalam (Kasful-Mahjub terjemahan Urdu, hal 115), beliau secara khusus menyebutkan tentang kesucian dan keagungannya.


 

  1. Hadhrat Daata Ganjs Bakhs menulis: Kemulyaan seorang hamba Allah itu terletak pada amal-amal dan keindahan mujahadah yang sejati yang terhindar dari kesalahan. Sepak terjangnya larut dalam karunia-Nya dan kesaksiannya istimewa dari segi petunjuk. Oleh karena itu sepakterjangnya berada dalam kebenaran. Oleh karena itu kebenarannya merupakan sesuatu yang hak. Dan dia adalah merupakan wakil dari sifat-sifat Tuhan dan perbuatannya bergantung kepada-Nya supaya dia keluar dari ketergantungan kepada upayanya sendiri. Sebagaimana Rasulullah saw. telah memberitahukan kepada kita dari Jibril dan Jibril telah memperoleh berita dari Tuhan Sebagaimana Dia swt. berfirman:


 

لاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبُّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُه كُنْتُ لَه سَمْعًا وَيَدًا وَبَصْرًا وَمُؤَيِّدًا وَلِسَانًا فَبِي يَسْمَعُ وَبِي يُبْصِرُ وَبِي يَبْطِشُ وَبِي يَنْطِقُ

Artinya: Hamba-Ku yang senantiasa mendekat kepada-Ku dengan menunaikan nawafil sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Aku baginya menjadi pendengaran, tangan, penglihatan, pegangan dan lisan, maka dengan Aku ia mendengar, dengan Aku ia melihat, dengan Aku ia bertindak dan dengan Aku ia berbicara.


 

    Yakni, hamba-Ku yang selalu dekat dengan-Ku dengan berusaha keras melakukan nawafil, Kami menjadikannya sebagai sahabat Kami. Wujudnya Kami fanakan di dalam Kami dan dari itu Kami singkirkan berkenaan dengan perbuatan-perbuatannya supaya apa yang dia dengar dia dengar dari Kami dan yang dia katakan dia katakan dari Kami dan yang dia lihat dia lihat dari Kami dan yang dia pegang dia pegang dari Kami, artinya mereka dikuasai dalam berdzikir kepada Kami dan upayanya menjadi fana dengan berdzikir kepada Kami dan dzikir kepada Kami melebihi dalam mengingat dirinya. Sedangkan, berkenaan dengan keakuannya menjadi terputus dengan berdzikir kepada Kami. Maka, dalam mengingat dirinya sama dengan berdzikir kepada Kami, sehingga dalam keadaan fana, ia berada di dalam sifat itu sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Yazid (سُبْحَانِى مَا أَعْْظَمُ شَأْنِي ), artinya: Kesucianku adalah apa yang paling agung dari keadaanku. Siapa saja yang mengutip perkataannya, maka orang itu benar Rasulullah saw. bersabda:

اَلْحَقُّ يَنْطِقُ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ

Artinya: Kebenaran itu yang yang berbicara di atas lisan Umar radhiyallahu 'anhu.


 

Yakni, kebenaran itu adalah yang berbicara di atas lidah Umar radhiyallahu 'anhu. Keasliannya sedemikian rupa sehingga keunggulan dari kebenaran itu menzhahirkan kemarahannya kepada keangkuan itu. Dia keluarkan sifat-sifat buruk itu dari dirinya sehingga dari perubahan kalamnya yang dia ucapkan semuanya merupakan ucapan yang benar. (Kasyful-Mahjub Mutaraj-Jim Urdu 287).


 

Keberatan keempat puluh satu

Keberatan terhadap beberapa wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dalam bahasa Inggris. Sebuah wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dalam Maktubat jilid I, hal. 68 disebarluaskan dalam bentuk kalimat sebagai berikut:


 

  1. "You have to go Amritsar".

Artinya: Tidak boleh tidak, Anda harus pergi ke Amritsar.


 

Atas hal tersebut diajukan keberatan bahwa kata to harus ada di antara kata go dan kata Amritsar; Jadi, kalimat tersebut seharusnya berbunyi begini: "You have to go to Amritsar".


 

Jawaban:

Dengan terlewatkannya kata "To" dalam wahyu tersebut hanyalah akibat dari kekhilafan semata yang sebenarnya tidak hilang dari wahyu aslinya. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sendiri menuliskan penjelasannya atas wahyu tersebut di tempat itu juga sebagai berikut:


 

"Aturan yang tepat kalimat yang di depan dan yang di belakang pun tidak tahu dan di beberapa wahyu terkadang susunannya pun jadi ke depan dan ke belakang hal tersebut perlu dicermati dengan baik (Maktubat jilid I, hal. 68, Tadzkirah 119). Selanjutnya beliau bersabda: "Dikarenakan wahyu ini diturunkan dalam bahasa asing dan wahyu Ilahi itu datang dengan sangat cepat, oleh karena itu ada kemungkinan terdapat kekeliruan dalam penyebutannya (Haqiqatul-Wahyi, hal. 304, catatn kaki). Satu bukti dengan tidak ditulisnya kata "To" setelah kata "Go" merupakan satu kelalaian penulisan semata. Sebelum wahyu tersebut diterima, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. telah menerima satu wahyu lain yang benar-benar serupa dengan wahyu tersebut yang di dalamnya kata "To" digunakan setelah kata 'Go". Wahyu tersebut tertera dalam buku (Barâhîn-i-Aĥmadiyyah, jilid IV,hal. 469 dan 470, catatan kaki 2, dan Tadzkirah, hal. 54). Wahyu tersebut berbunyi: "Than will you go to Amritsar". (Setelah itu kamu pun akan pergi ke Amritsar). Di dalam wahyu tersebut digunakan kalimat "Go to Amritsar". Dari situ dapat dimaklumi bahwa Allah swt. Yang mewahyukan kepada beliau itu mengetahui sekali bahwa kalimat "go to" harus ada dalam kalimat tersebut, namun dikarenakan lupa dalam penulisan wahyu tersebut maka kata "to" tertinggal. Kealpaan semacam itu sangat umum terjadi sehingga tidak perlu dukungan dalil apapun untuk itu, tetapi kami mengajukan satu wahyu beliau yang lain tadi sebagai dalil bahwa keberatan para pengritik itu benar-benar batil.


 

  1. Kata "Zilla" digunakan dalam bahasa Inggris.


 

Wahyu beliau berbunyi sebagai berikut: "He helts in the Zilla Peshawar". Artinya ia tinggal di Kabupaten Peshawar (Tadzkirah hal. 119). Keberatan yang diajukan terhadap wahyu tersebut adalah bahwa di dalam bahasa Inggris tidak digunakan kata "Zilla".


 


 

Jawaban:

  1. Itu tidak benar. Dalam bahasa Inggris kata Zilla digunakan: "Zilla": administrative district (Oxford Dictionary, hal. 507).


 

  1. The Public Service Enquiries Act, pasal 8. Di dalamnya kata Zilla digunakan dalam bahasa Inggris, lihat The Punjab Courts Act, terbitan dan cetakan Shamir Chand Breistrite Law, cetakan 1933, hal. 83 dan Oxford Dictionari, hal. 933 didapati kata Zilla.


 

  1. "By" yang berarti bersama.


 

Salah satu wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. "God is coming by His Army" (Tadzkirah hal. 63), artinya Tuhan sedang datang bersama tentara-Nya.


 

Keberatan atas wahyu tersebut bahwa kata "By" disitu tidak tepat penggunaannya, seharusnya digunakan kata "With". Jawabannya adalah keberatan ini timbul karena kedangkalan akan pemahaman berbahasa Inggris, sebab di dalam bahasa Inggris kata "By" juga digunakan dalam pengertian "with" sebagai bukti silakan lihat English Dialec Dictionary karangan Josep Right hal. 470. Di situ tertulis "By to gether with, in company with – I will go if you go by me, come a long by me". Arti dari "By" adalah bersama atau seperjalanan seperti halnya dikatakan: "Aku akan pergi bila engkau pergi denganku, marilah pergi bersamaku!". Kamus tersebut merupakan sebuah Kamus yang sangat lengkap, sebagaimana dikatakan "Complete Vocabulary of All English Dialec"artinya sebuah khazanah kamus yang terlengkap dari segala kamus kamus dialek di dalam bahasa Inggris yang ada", selain itu sebuah Kamus Bahasa Inggris yang terbesar yang ditulis oleh Mr. Webster yang berjudul "International Dictionary of English Language, cetakan tahun 1907, hal. 282, dibawah kata "Come" tertulis: "Come by: To pass."By way of". Arti dari "Come by" adalah dengan perantaraan. Jadi, pengertian wahyu tersebut adalah "Kedatangan Allah swt. dengan perantaraan tentara yang kuat perkasa". Maka di dalam bahasa Inggris kata "By" jelas berarti "With" artinya dengan. Jadi, terbuktilah bahwa wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. adalah benar, sesuai dengan kaedah sastra bahasa Inggris dan penggunaannya pun tepat.


 


 

  1. Exchange berarti "change".


 

Salah satu wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. berbunyi: "Words of God can not exchange" (Tadzkirah, hal. 101 dan 109) artinya firman Allah tidak dapat berobah. Atas wahyu tersebut telah dilontarkan keberatan bahwa kata "exchange" telah digunakan dalam arti "change", pada hal dari segi sastra dan grammar bahasa Inggris tidak dapat diartikan dengan change. Jika wahyu tersebut kata"exchange"diganti dengan kata"change" barulah kalimat itu benar. Jawaban keberatan itu adalah keraguan itu timbul sebagai akibat dari minimnya serta ketidak fahamannya akan bahasa Inggris. Padahal di dalam bahasa Inggris kata "exchange" juga berarti"change".


 

Di dalam kamus bahasa Inggris terkenal dan kamus umum Oxford Dictionary di dapati di dalamnya kata "exchange" berarti "change". Selain itu di dalam kamus Marrcy's Dictionary, di bawah kata"exchange" digunakan juga dalam arti "change" (ganti). Dan sebagai bukti penggunaannya kami kutip kalimat sebagai berikut: "I return again just to the time, not the time exchange, artinya saya telah kembali tepat pada waktu yang ditetapkan tidak pada waktu yang telah di robah". Kesimpulannya, di dalam bahasa Inggris kata"exchange" jelas dapat digunakan dalam arti change. Sebagaimana terdapat dalam wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dan keberatan atas hal itu telah membuktikan akan kedangkalan dan ketidak pahaman mereka yang tidak mengerti akan bahasa Inggris.


 

Ada satu arti yang lain "exchange" juga diakui secara umum berarti "inter change". Dari sisi itu, jika kalimat wahyu tersebut diperhatikan, maka makna wahyu tersebut artinya di antara firman dan kata-kata Allah itu tidak dapat berobah satu sama lain. Maksudnya, kalam dan firman Allah swt. begitu fasih dan baligh (luas sekali), setiap kata-kata-Nya berada dalam posisi yang senantiasa tepat pada tempatnya dan di manapun kata itu digunakan, maka itu akan memberikan arti yang tepat. Dan jika satu kata digeser dari tempatnya lalu digantikan dengan kata yang lain, maka makna dan maksud dari kalimat itu akan menjadi berobah dan kacau balau. Sesuai dengan itu, keistimewaan kata-kata yang luhur itu diakui bahwa setiap katanya mengandung arti dan makna pada tempatnya.


 

Jadi kenyataannya, khusus bagi orang-orang yang memahami ilmu Alquran pasti mengetahui bahwa apabila balaghah (jangkauan makna itu) satu kata diganti, maka ayat tersebut menjadi kacau-balau dan tidak sesuai dengan kontek yang ada. Kesimpulannya, apabila wahyu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. berupa "exchange" dengan makna "change"ataupun "inter change", bahasa wahyu tersebut benar-benar tepat dan sesuai dengan pendapat serta nalar para Ahli bahasa. Mengajukan keberatan tersebut hanyalah menunjukkan kedangkalan para penentang yang tidak membuahkan hasil apapun.


 


 


 

Keberatan Keempat puluh dua

Wahyu –wahyu yang memerlukan penjelasan:


 

  1. Kalian menertawakan bentuk susunan wahyu yang janggal bunyinya,sama keadaannya seperti orang - orang yang menertawakan Huruf – huruf Muqoththa'ah di dalam Al-Qur'an seperti :

كهيعص – طس - طسم – حم – ن – ق – يس

dan lain – lain.


 

  1. Para penentang kebenaran seperti halnya anda juga menganggap itu sebagai sesuatu yang janggal.Seperti anda juga, para penentang Nabi Syu'aib pun menyatakan bahwa wahyu-wahyu engkau tidak karuan dan benar benar kami tidak dapat mengerti. Di dalam Al-Qur'an disebutkan:


 

يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَه كَثِيرًا مِمَّا تَقُولُ

Artinya :" Wahai Syu'aib, kebanyakan dari kata – kata yang engkau ucapkan itu, kami tidak dapat memahaminya ( Surat Hud ).


 

  1. Hadhrat Imam Ghazali r.h. dalam bukunya Al-Iqtishad fil I'tiqad menuliskan sebagai berikut : "Kami tidak disusahkan untuk harus dapat memahami seluruh makna Al-Qur'anul Karim. Huruf – huruf Muqoththa'ah di dalam Al-Qur'an merupakan huruf – huruf atau kata kata yang dalam istilah bahasa Arab tidak diterapkan untuk satu arti apapun. ( Ilmul Kalam, terjemahan Urdu, Al- I'qtishad fil i'tiqad, hal 66 )


 

  1. Syah Waliyullah Sahib Muhaddis rahimahullah, di dalam bukunya Al- Fauzul Kabir, berkenaan dengan ayat- ayat Al-Qur'an yang tidak ada pengkhususan, telah menulis sebuah ungkapan di dalam bahasa Farsi yang artinya demikian : "Bahwa di dalam wahyu wahyu seperti itu terbukalah bagi kita pintu ijtihad dan membukakan peluang untuk diikutkan dalam menguraikan penjelasan ayat – ayat di beberapa kisah sejarah masa lalu"


 


 

  1. Imam Razi di dalam Tafsir Kabirnya jilid I, hal 227 menuliskan :


 

وَقَوْلُه تَعَالَى الم وَمَا يَجْري مَجْرَاهُ مِنَ الْفَوَاتِحِ قَوْلاَنِ إِنَّ هذَا عِلْمٌ مَسْتُورٌ وَسِرٌّ مَحْجُوبٌ اِسْتَأْثَرَهُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى بِه – قَالَ أَبُو بَكْرِ نِالصِّدِّيقُ فِى كُلِّ كِتَابٍ سِرٌّ وَسِرُّه فِى الْقُرْآنِ أَوَائِلُ السُّوَرِ

Artinya: Firman Allah swt. (الم) Alif Laam Miim dan apa yang berlaku dari awal surat terdapat dua pendapat. Ini adalah ilmu tersembunyi dan rahasia yang tertutup. Hanya Allah tabaraka wa ta'ala yang menguasai tentang itu- Abu Bakar Ash-Shiddiq mengatakan: "Dalam setiap Kitab terdapat rahasia, sedangkan rahasianya dalam Alquran adalah awal-awal surat.

Ada dua pendapat berkenaan dengan Alif - Lam – Mim (O!9#) , dan huruf – huruf Muqoththa'at lainnya. Pendapat pertama adalah bahwa ini merupakan ilmu yang tersembunyi dan merupakan rahasia terselubung dan pendapat kedua adalah arti rahasia yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah swt.. Sehubungan dengan itu, Abu Bakar Shiddiq radhiyallahu 'anhu berkata bahwa pasti ada saja rahasia pada setiap kitab suci dan di dalam Alquran rahasia itu terdapat pada huruf-huruf "Muqaththa'ah" yang berada dalam permulaan surat dalam Alquran.


 

  1. Dalam kitab As-Sirajul-Wahhaj tertulis:


 

لاَ بُعْدَ فِى تَكَلُّمِ اللهِ تَعَالى بِكَلاَمٍ مُفِيدٍ فِى نَفْسِهِ لاَ سَبِيلَ ِلأَحَدٍ إِلَى مَعْرِفَتِه أَلَيْسَتْ فَوَاتِحُ السُّوَرِ مِنْ هذَا الْقَبِيلِ وَهَلْ يَجُوزُ ِلأَحَدٍ أَنْ يَقُولَ إِنَّه كَلاَمٌ غَيْرُ مُفِيدٍ وَهَلْ ِلأَحَدٍ سَبِيلٌ إِلَى دَرْكِه

Yakni hal ini tidak jauh dari kemungkinan bahwa turunnya wahyu dan ilham dari Allah swt. seperti itu yang bermanfaat di dalam wahyu itu sendiri, akan tetapi tidak ada orang yang dapat mengerti akan artinya. Apakah huruf Muqaththa'ah tidak seperti itu?. Bolehkah seseorang mengatakan bahwa hal itu sia-sia dan tidak ada gunanya? Adakah seseorang yang dapat memperoleh penjelasan tentang itu? Tentu saja tak seorang pun dapat melakukannya. Pendek kata, wahyu-wahyu Masih Mau'ud a.s. yang berkenaan dengan peristiwa-peristiwa khusus hanya beliau a.s. sendirilah yang telah mengomentari dan memberikan penjelasan tentang hal itu. Perkara itu berkaitan dengan nubuwatan yang terjadi pada masa mendatang dan akan menjadi sempurna pada waktunya kelak. Dan maknanya akan terbuka sesuai dengan terjadinya peristiwa itu, sebagaimana di dalam Alquran dinyatakan :

سَيُرِيكُمْ
ءَايَاتِهِ
فَتَعْرِفُونَهَا

Artinya: Kami akan memperlihatkan tanda-tanda Kami dan kamu sekalian akan mengenalnya (An-Naml, 27:94)


 

Sejumlah wahyu yang umum terbuka pintu ijtihad untuk menjelaskan dan menafsirkannya sebagaimana kutipan Syekh Waliyullah Sahib yang telah dituliskan tadi. Pendek kata menyatakan bahwa wahyu-wahyu itu kacau-balau dan menyatakan itu merupakan hal yang tidak berguna membuktikan akan kekerasan hati dan kekotoran batin orang tersebut. Di bawah ini kami tuliskan beberapa wahyu beserta penjelasannya:


 


 

  1. Para penentang menyatakan wahyu ghustm – ghustm – ghustm.

غشم غشم غشم

Ini dikatakan wahyu yang tidak bermakna sama sekali.


 

Jawabnya:

Orang-orang bijak seperti kalian itu telah mengajukan keberatan yang sama seperti kepada Nabi Syu'aib a.s.:

يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِّمَّا تَقُولُ

Artinya: Wahai Syu'aib, kebanyakan ucapanmu itu tidak dapat kami mengerti (Hud, 11:92).


 

Hadhrat Imam Ghazali rahmatullahi 'alaihi mengatakan: "Kita tidak dibebani harus dapat memahami seluruh arti Alquran ... huruf Muqaththa'ah dalam Alquran merupakan huruf-huruf atau kata-kata di dalam bahasa Arab itu tidak cocok untuk arti manapun.(Ilmul-Kalam, terjemah Urdu, Al-Iqtishad fil-I'tiqad hal, 56).


 

Tidak ada wahyu yang berbunyi : ghustm – ghustm – ghustm

غشم غشم غشم

Yang ada adalah: ghatsama – ghatsama – ghatsama lahuu

غَثَمَ غَثَمَ غَثَمَ لَه

Artinya: Sekaligus harta diberikan kepadanya.


 

Dalam wahyu itu, diwahyukan pula terjemahannya sebagai berikut:


 

غَثَمَ غَثَمَ غَثَمَ لَه دُفِعَ إِلَيْهِ مِنْ مَّالِه دَفْعَةًَ

Artinya: Kepadanya diberikan hartanya sekaligus (Tadzkirah hal. 311).


 

Dalam Al-Munjid di bawah kata ( غَثَمَ ), artinya: Kepadanya diberikan harta sekaligus. Dalam Kamus bahasa Arab Inggris, Al-Faraidud-Dariyah. Kata (غَثَمَ) artinya to give at once any one artinya memberikan harta kepada seseorang sekaligus. Jadi, wahyu tersebut bukan tidak bermakna apa-apa. Pengejaan wahyu tersebut oleh para penentang diucapkan dengan ( غُثُم غُثُم ) sama halnya dengan musuh-musuh Islam yang berlidah kotor kata (O!9#)
, mereka baca dengan
(أُلُم أُلُم ) sebagai olok-olokan. Coba simaklah juga kalimat yang tertulis dalam Lisanul Arab:

غَثَّمَ مِنَ الْمَالِ غُثْمَةً – إِذَا دَفَعَ لَه دَفَعَةً

    Seakan-akan dalam lughat, arti dari wahyu kata (غَثَمَ لَه), wahyu itu pula yang diturunkan kepada Masih Mau'ud a.s.. Lihat juga Aqrabul-Mawarid.


 

  1. Ek haftah tak koi baqi nah rahega (Urdu).

ايک ھفتہ کوئی باقی نہ رھے گا

Artinya: Hingga satu minggu tak seorang pun yang tetap tinggal (Tadzkirah, hal. 696).


 

Wahyu ini oleh para penentang dianggap tidak ada artinya.


 

Jawaban:

Allah swt. berfirman dalam Alquran:

وَإِنَّ
يَوْمًا
عِنْدَ
رَبِّكَ
كَأَلْفِ
سَنَةٍ
مِمَّا
تَعُدُّونَ

Artinya: Satu hari di sisi Tuhanmu sama dengan 1000 tahun menurut perhitungan kamu (Al-Hajj, 22:48).


 

Dalam Injil juga disebutkan: "Satu perkara khusus ini tidak akan tersembunyi darimu bahwa di sisi Tuhan sehari itu sama dengan 1000 tahun lamanya dan 1000 tahun itu sama dengan sehari. Tuhan tidak lambat dalam memenuhi janjinya (Petrus, 3:8).


 

a. Allah swt. memberitahukan kepada Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam bahwa umur dunia itu 7000 tahun dan sesudah 7000 tahun dunia akan Qiamat. Tentang hal itu tertulis dalam Hujajul-Kiramah dalam bahasa Farsi, hal. 38.


 

Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa umur dunia itu 7000 tahun. Di dalam Turmudzi matan Hadis itu sangat panjang … Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:


 

… umur dunia sejak makhluk diciptakan sampai dunia ini menjadi fana, masa itu adalah 7000 tahun … Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata … bahwa umur dunia itu 7000 tahun (Ibnu Asakir dalam Tarihnya, Danizdi bahwa umur dunia itu 7 hari, tetapi riwayat yang benar dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu bahwa dunia itu 7 hari dan satu hari itu sama dengan 1000 tahun).


 

b. Mengenai wahyu itu Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam menjelaskannya sendiri sebagai berikut:


 

"Dan umur dunia pun dijelaskan 1 Minggu dan maksud satu minggu di sini 7000, satu hari itu sama dengan 1000 tahun sebagaimana disebutkan di dalam Alquran:

وَإِنَّ
يَوْمًا
عِنْدَ
رَبِّكَ
كَأَلْفِ
سَنَةٍ
مِمَّا
تَعُدُّونَ

Artinya: Satu hari di sisi Tuhanmu sama dengan 1000 tahun menurut perhitungan kamu (Al-Hajj, 22:48).


 

Penjelasan itu Dikutip dari Al-Badar, 28 Februari 1907.


 

c. Bahasan tentang umur dunia 7000 tahun secara panjang lebar dapat dilihat dalam buku Tuhfah Ghalarwiyah dan Barâhîn-i-Aĥmadiyyah jilid V.


 

  1. Pehle behosyi, pher ghasysyi, pher maut (Urdu)


 

پھلے بے ھوشی پھر غشی پھر موت

Artinya: Mula-mula pingsan, lalu koma kemudian mati. Tuduhannya: Wahyu ini tidak bermakna.(Tadzkirah, hal. 336).


 

Jawaban:

Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam menjelaskan sendiri wahyu tersebut sebagai berikut: "Pada tanggal 30 Juni 1899 M, telah turun wahyu kepadaku; "Pertama-tama pingsan, lalu koma, kemudian mati". Pengertian wahyu ini berkaitan dengan seorang teman yang mukhlis yang mana kami akan berduka-cita atas kewafatannya. Kemudian wahyu itu diperdengarkan kepada banyak orang dari warga Jemaat beliau, lalu disebarluaskan dalam buku Al-Hakam tanggal 30 Juni 1899. Maka pada akhir Juli 1899 seorang sahabat kami yang sangat mukhlis yakni dr Muhammad Bure Khan, asisten ahli bedah secara tiba-tiba wafat di kota Qusur. Mula-mula ia pingsan, lalu koma, kemudian meninggalkan dunia yang fana ini. Kematiannya itu dengan wahyu tersebut hanya selisih 20 sampai 22 hari saja (Haqiqatul-Wahyi, hal. 213 dan 214 dan kitab Nuzulul-Masih, hal. 231).


 

  1. Maut tera maah haal ko, - eik dam me dam rukhsat hua, peit phat geya.

موت تيراں ماہ حال کو

Maut teraa maah haal ko

Kematian 13 bulan berjalan (Tadzkirah, hal. 675)

ايک دم ميں دم رخصت ھوا


Eik dam me dam rukhsat hoa

Secara tiba-tiba meninggal dunia (Tadzkirah, hal. 666)

پيٹ پھٹ گيا

Peit path geya

Artinya: perutnya pecah (Tadzkirah, hal. 672).


 

Para musuh menanyakan: Wahyu itu tentang siapa?


 


 


 

Jawaban :

Wahyu tersebut diterima pada tanggal 5 Sya'ban 1324 H. Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam bersabda: "Pada tanggal 30 Juli l906 dan beberapa hari sesudahnya dengan perantaraan wahyu diberitahukan kepadaku bahwa ada seorang angota Jemaat secara tiba tiba akan meninggalkan jemaat ini, perutnya akan pecah dan akan meninggal pada bulan Sya'ban . Ternyata sesuai dengan wahyu tersebut, pada bulan Sya'ban 1324 H Mia Sahib Nur Muhajir salah seorang dari anggota kelompok Sahibzadah Abdul Latif secara tiba tiba perutnya pecah lalu meningal dunia ( Tatimmah Hakikatul Wahyi hal 4 )

  1. Eili Aus (ايلي اوس)

Jawaban : Eili artinya wahai Tuhan dan Aus artinya hadiah atau pemberian (Tadzkirah, hal. 91). Menurut Al-Munjid (آسَ – أَوْسًا وَإِيَاسًا ) (أَعْطَى ) atau (عَوَّضَ ), yakni pemberian atau pahala, sedangkan (اَ ْلأَوْسُ: اَلْعَطِيَّةُ ) artinya pemberian atau hadiah ( Al Munjid ).


 

Jadi, arti dari (ايلي اوس) adalah Ya Tuhanku, berikanlah nikmat kepadaku atau berikanlah kepadaku imbalan atau pahala.


 

  1. Wahyu
    yang berbunyi:( ھو شعنا نعسا)

Ho Sya'na na'sa

Selamatkanlah dengan belas kasih! (Tadzkirah, hal. 102 dan 116)


 

Jawaban:

  1. Arti dari ( ھو شعنا نعسا) adalah, selamatkanlah dengan belas kasih!


 

Wahai Tuhanku aku sangat mengharapkan keselamatan, maka: "selamatkanlah dengan belas kasih!" (Zabur, 25:118).


 

  1. Dalam Injil, cetakan 1928 M, dikatakan kepada Ibnu Daud: (ھو شعنا). Di dalam kalimat tersebut pada catatan kakinya tertulis: "Dengan belas kasih, selamatkanlah!" (Matius, 21:9). (نعسا) dalam bahasa Ibrani maknanya "terkabul". Seolah-olah di dalam kalimat (ھو شعنا) mengandung suatu doa dalam kalimat bersamaan dengan kata (نعسا )Diberitahukan secara wahyu tentang pengabulannya juga.


 

  1. Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam menulis tentang terjemahan wahyu tersebut, sebagaimana firman Allah swt. dalam wahyu itu: ( ھو شعنا نعسا)yang artinya: Wahai Tuhan aku berdoa: "Anugerahkanlah keselamatan kepadaku dan bebaskanlah aku dari kesulitan-kesulitan!".Kedua kalimat ini terdapat dalam bahasa Ibrani yang mengandung sebuah nubuwwatan yang berbentuk doa dan akan dizhahirkan pengabulannya. Kesimpulannya adalah kesulitan-kesulitan yang dialami di tengah-tengah kesendirian, ketidak berdayaan dan ketidakmampuan itu akan dijauhkan dariku di masa yang akan datang. Maka, setelah 25 tahun berlalu wahyu inipun terpenuhi kebenarannya. Dan sekarang kesulitan-kesulitan itu hilang sirna (Barâhîn-i-Aĥmadiyyah, jilid V, hal. 80)


 


 

  1. Asman, muithi bhar reh geya.

آسمان مٹھی بھر رہ گيا

Langit akan menyerang dengan cambuknya (Tadzkirah, hal. 751)

Jawaban:

Maksud dari wahyu itu adalah satu tanda kehebatan dari langit akan segera zhahir, dalam satu syair bahasa Urdu, beliau mengatakan:

آسماں اے غافلواب آگ برسانے کوہے

"Asmaan ee ghafelo ab aag bersane ko he"

Artinya: Wahai orang-orang yang lalai sebentar lagi langit akan menyemburkan apinya.


 

Selanjutnya, sehubungan dengan akan terjadinya peperangan Eropa, beliau menulis sebuah bait syair bahasa Urdu sebagai berikut:

آسمان مٹھی بھر رہ گيا


 


 

Artinya: Langit akan menyerang dengan cambuknya, itu sebagai satu tanda kemarahan Tuhan. (Barâhîn-i-Aĥmadiyyah, jilid V).


 

  1. "Eik daanah kis kis ne khaana" (Urdu )


 

ايک دانہ کس کس نے کھا نا

Artinya : Ini sebuah benih, siapa sajakah yang akan memakannya? (Tadzkirah, hal. 595)


 

Jawaban:

  1. Wahyu ini diterima oleh Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam pada tanggal 8 Februari 1906. Sebelum kalimat wahyu tersebut ada sebuah kalimat sebagai berikut:

    يَا نَبِيَّ اللهِ كُنْتُ لاَ أَعْرِفُكَ يُخْرِجُ هَمُّهُ وَغَمُّهُ دَوْحَةَ إِسْمَاعِيلَ فَاخْفِهَا حَتَّى يَخْرُجَ


 

Wahai Nabi Allah aku tidak mengenalmu, kesedihan dan kedukaannya ini (Masih Mau'ud 'alaihis salam) akan menjadi faktor tumbuhnya pohon Ismail, maka sembunyikanlah sampai tiba saat kemunculannya (barulah wahyu dalam bahasa Urdu): "Ini satu benih, siapa saja yang akan memakannya?". Jadi, jelaslah yang dimaksud dengan benih itu adalah pohon Ismail, yakni pohon kesedihan dan rasa kepiluan terhadap bangsanya yang bersemayam di dalam kalbu Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam, yang berstatus sebagai benih dan pada suatu hari kelak akan menjadi sebatang pohon Ismail yang sangat besar; yakni yang akan menjadi penyebab zhahirnya keagungan Islam dan seluruh dunia kelak akan meraih keberkatan dari padanya. Kesimpulannya, Al-Masih 'alaihis salam dan Tuhan yang pada hari ini tengah memakannya seorang diri suatu hari akan menjadi pohon yang berbuah berkat dan rahmat. Dan seluruh dunia semuanya akan memakan buah itu. Inilah maksud dari kalimat: "Inilah benih yang daripadanya setiap orang akan memakannya".


 

  1. Benih ini dapat juga berarti Alquran. Kendati bagaimanapun ringkas dan singkatnya, namun tetap saja dia itu akan menjadi makanan rohani bagi seluruh dunia yang akan menghilangkan lapar mereka sebab pohon Ismail (keagungan garis keturunan Muhammad saw.) yang paling tinggi dan paling indah adalah Alquranul-Karim.


 

  1. Pechis din, yaa pechis din tak ( Urdu )

پجيس دن یا يہ کہ پجيس دن تک

Artinya: 25 hari atau sampai 25 hari (Tadzkirah, hal. 701) .


 

Wahyu ini diturunkan pada tanggal 7 Maret 1907 (Lihat Badar, jilid VI, poin 11, hal. 3 dan Al-Hakam, jilid 11, poin 9, kutipan Tadzkirah hal. 649.). Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam mwnjelaskan tentang hal itu sebagai berikut:

ايک ھولناک يا تعجب انگيز واقعہ ھوگا

(Eik haul naak yaa ta'ajjub anggeez waaqi'ah hoga)

Artinya :" Satu peristiwa yang sangat mengerikn atau satu peristiwa yang sangat menakjubkan akan terjadi" (Badr 14 Maret hal 3, tahun l907 dan Tadzkirah, hal. 619).


 

Ternyata peristiwa itu persis terjadi 25 hari setelah wahyu tersebut diturunkan yakni pada tanggal 31 Maret l907, beberapa hari setelah Wahyu tersebut disebar luaskan ). Satu bola api yang sangat dahsyat dan sangat mengerikan jatuh dari langit dapat disaksikan oleh orang-orang dari berbagai kota. Sebuah surat kabar berbahasa Inggris di Lahore bernama "Civil & Military Gazzette" juga telah menulis tentang liputan peristiwa itu. Banyak reporter yang menulis surat kepada kami tentang jatuhnya meteor itu pada hari Minggu sore pukul 16 45, pada tanggal 31 Maret 1907 M. Bintang berekor itu diikuti gas asap yang sangat panjang.( Civil & Military Gazzette). Catatan: Di dalam wahyu yang berbunyi: "Association" merupakan kabar gaib tentang berdirinya Jemaat Ahmadiyah.


 

  1. Wahyu yang berbunyi: "Mudhir sehat"

مضر صحت

Artinya: Kesehatan terganggu (Al-Hakam, Jilid 9, hal. 21, 17 Juni 1905 dan Tadzkirah, hal. 554).


 

Wahyu ini tercantum dalam Al-Hakam, jilid 9, poin 21, hal.1, tanggal 17 Juni 1905 M.disebutkan tentang kerja keras dan tetap terjaganya Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam hingga larut malam. Dan di dalam wahyu yang lain diberitahukan kepada beliau tentang akan pulihnya kembali yang untuk orang itu beliau berdoa. Wahyu tersebut berbunyi: "Atsare sehat", artinya pengaruh kesehatan.(Lihat dalam Badar, jilid II, hal. 16, tanggal 8 Mei 1903M).


 

  1. Zindegi ke fesyen se duur jaa pare.


 

زندگی کے فيشن سے دور جاپڑے

Artinya: Mereka terlempar jauh dari model kehidupan (Tadzkirah, hal. 509 dan 661).


 

Bersamaan dengan itu ada lagi satu wahyu yang berbunyi:

فَسَحِّقْهُمْ تَسْحِيقًا

(Fasahhiqhum tashiiqan)

Artinya: Ya Tuhanku, hancurkanlah mereka sehancur-hancurnya! (Lihat, Tadzkirah hal. 456, 458, 470, 509 dan 661).


 

Dalam buku itu Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam menjelaskan tentang doa beliau: "Wahai Tuhanku hancurkanlah musuh-musuhku sehancur-hancurnya!". Maka Allah swt. mewujudkan pengabulan doa itu dalam bentuk wahyu tersebut. Wahyu ini, beliau terima pada tahun 1904 M. Penyakit Taun (Pes) merajalela di India dan ratusan ribu musuh binasa.


 

Penentuan baru dapat ditetapkan jika musuh yang akan binasa itu hanya satu atau dua orang saja.


 

  1. Wahyu yang berbunyi:

شَرُّ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

(Syarrul-ladziina an'amta 'alaihim)

Artinya: Kejahatan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka (Tadzkirah, hal. 550).


 

Jawaban:

Wahyu ini tertulis dalam Badar, jilid I, poin 8, tanggal 25 Mei 1905 M dan juga Al-Hakam, jilid IX, poin 18, hal. 1, tanggal 24 Mei 1905 M dan juga disebutkan untuk Syeikh Rahmatullah Sahib (yang kemudian menyeberang menjadi Ahmadiyah Lahore).


 

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. berdoa: "Maka sebagai jawabannya, telah diwahyukan kepada beliau:

شَرُّ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

Di dalam wahyu tersebut diterangkan bahwa orang – orang yang kepada mereka Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam telah melimpahkan banyak kebaikan, kelak pada satu hari mereka itu akan meremehkan kemuliaan beliau 'alaihis salam dan selalu akan berupaya untuk menimpahkan kerugian-kerugian risalah beliau 'alaihis salam, lalu timullah fitnah dari para penentang itu dan juga Syeikh Rahmatullah Sahib yang kemudian menjadi anggotanya (Ahmadiyah Lahore).


 

  1. Wahyu dalam bahsa Urdu: "Lahore me eik be syarm he"

لاھور ميں ایک بے شرم ھے

Artinya: Di Lahore ada seorang yang tidak punya malu (Tadzkirah, hal. 509)


 

Wahyu tersebut diturunkan pada tanggal 13 Maret 1907 M dan diterbitkan dalam Badar, jilid VI, poin 11, 14 Maret 1907 M, hal. 3 dan Al-Hakam jilid XI, poin 9, tanggal 17 Maret 1907, hal. 1 dan Tadzkirah hal. 651).


 

Guna lebih jelasannya, dicantumkan wahyu secara lengkap:

لاھور ميں ایک بے شرم ھے


 

"Lahor me eik be syarm he" baru dilanjutkan dengan wahyu dalam bahasa Arab yang berbunyi:


 

وَيْلٌ لَّكَ وَِلإِفْكِكَ إِنِّي نُعَيْتُ إِنِّي أَنَا اللهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنَا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّادِقِينَ

Artinya: Celakalah engkau dan karena kebohongan engkau, sungguh Aku memberitahukan bahwa Aku adalah Allah yang tiada tuhan kecuali Aku. Sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang shiddiq.


 

Lalu disambung dengan wahyu dalam bahasa Udru, eik imtihaan he, ba'az usme pakre jaengge, aur ba'az chor diye jaengge, artinya: .....


 

Lalu disambung lagi dengan wahyu dalam bahasa Arab yang berbunyi:


 

إِنَّمَا يُرِيدُ اللهَ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

Artinya: Allah hanyalah menginginkan agar Dia menghilangkan kotoran darimu, wahai Ahlul-bait dan Dia mensucikan kalian dengan kesucian yang sebenarnya.


 

Di Lahore ada seorang yang tak punya malu. Wahai orang yang tak bermalu, dirimu dan atas kedustaanmu. Aku telah memberitahukan atas kematian seseorang. Sungguh aku adalah Tuhan dan tidak ada Tuhan selain aku. Allah beserta orang-orag yang benar. Satu ujian. Sebagian dari mereka akan ditangkap dan sebagian lagi akan dilepaskan. Wahai Ahlul-Bait, Allah menghendaki agar segala kekotoranmu dijauhkan darimu dan mensucikanmu dengan sesuci-sucinya".


 

Wahyu-wahyu tersebut semua turun pada tanggal 13 Maret 1907M. Juga disebutkan dalam wahyu tersebut tentang kebohongan dan fitnah; setelah barulah disebutkan tentang kematian seseorang. Sekarang coba cermati bagaimana kabar gaib itu telah tergenapi dengan sempurna? Wahyu tersebut diturunkan kepada beliau pada tanggal 13 maret 1907 M, dan tepat pada tanggal 13 Maret 1914, yakni pada hari wahyu tersebut diturukan diberitahukan tentang kewafatan Hadhrat Khalifatul Masih Awwal radhiyallahu 'anhu dan (إِنِّي نُعِيتُ ) Aku Allah memberitahu tantang kematian seseorang. Sebelum kewafatan beliau ra, Muhammad Ali MA, LLB Amir Jemaat Ahmadiyah Lahore sudah mencetak secara sembunyi-sembunyi sebuah pamflet dan disimpannya untuk kemudian akan dibagikan pada saat apabila Khadhrat Khalifatul-Masih Awwal wafat. Di dalam pamflet tersebut, mereka telah melakukan penipuan/kelicikan atas ajaran Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam dan Al-Washiyat. Pamflet tersebut disebarluaskan pada tanggal 13 Maret 1914 M pada saat kewafatan Hadhrat Khalifatul-Masih Awwal yang karenanya Jemaat Ahmadiyah terjebak dalam satu ujian yang sangat berbahaya.


 

Jemaat Ahmadiyah terpecah menjadi dua kubu. Maulvi Muhammad Ali dan kelompoknya (Jemaat Ahmad Lahore) ingin menghapuskan Khilafat untuk masa yang akan datang dan mereka berupaya agar jangan ada pengganti Khalifatul-Masih Awwal yang terpilih. Namun dipihak lain ada satu kelompok yang menyatakan perlu adanya pemilihan Kholifatul-Masih sesuai dengan ajaran Masih Mau'ud 'alaihis salam dan sesuai dengan washiyat Hadhrat Khalifatul-Masih Awwal. Keluarga Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam juga mempunyai pandangan yang sama dengan kelompok kedua ini. Kesimpulannya, kelompok kedua meraih kesuksesan dan kelompok Ahmadiyah Lahor menemui kegagalan dan Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad radhiyallahu 'anhu sebagai Khalifatul-Masih Tsani.


 

Orang benar telah memperoleh pertolongan Allah swt. dan tuduhan palsu yang dilontarkan mereka terhadap Ahlul-Bait Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam janji Allah akan mensucikan mereka pun menjadi sempurna. Kesimpulannya semua kabar gaib itu telah tergenapi dengan penuh keagungan yang menjadi sebuah bukti yang sangat luar biasa bagi kebenaran Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam. Sekalipun sudah jelas dan nyata dan sangat mendetail wahyu itu terpenuhi secara sempurna bila masih ada juga orang yang tidak dapat memahami akan makna dari wahyu yang berbunyi: "Di Lahore ada seorang yang tidak punya malu". Lalu apa lagi obatnya bagi orang seperti itu?


 

  1. "Eikh imtihaan he, ba'az usme pakre kiye jaengge."

ايک امتحان ھے بعض اس ميں پکڑے کئے جائيں گے

Artinya: Sebuah ujian, sebagian orang dalam ujian itu akan ada yang ditangkap (Tadzkirah, hal. 704).


 

Jawaban:

Silakan lihat jawaban terdahulu sebagaimana yang sudah dijelaskan pada poin ke 13 di atas.


 

  1. " Jidher deikhta hu, udher tu hi tu he "

جيدھر ديکھتاہوں ادھر توھی توھے

Artinyanya: Ke arah manapun Aku melihat, dimana-mana hanya engkau yang nampak (Tadzkirah, hal. 508).


 

Jawaban :

Wahyu ini diturunkan pada tanggal 12 April 1904 M dan sebelumnya ada satu lagi yang berbunyi : E, basa khanah dusyman, keh tu wiran kar di " artinya : "Wahai musuh yang menempati tempat tinggal, engkau telah hancur.


 

Wahyu tersebut ditulis dalam Al-Hakam jilid IV, poin 13, hal. 1 tanggal 24 April 1904 di sana tertulis juga bahwa wahyu itu tentang penyakit pes. Jadi, maksud dan makna wahyu tersebut sangat jelas. Catatan: Ketika penyakit ini melanda suatu kawasan, maka kematian tersebar di mana-mana; jadi, di mana mana berjangkit penyakit pes.


 

  1. Wahyu beliau 'alaihis salam berbunyi sebagai berikut :

لوگ آئے اور دعوی کربيٹھے شير خدائے انکو پکڑا

(Loog ae, aur da'wa kar bethe, syeere Khuda ne unko pakra)

Artinya: Orang orang datang sambil berdakwah, maka singa Tuhanpun menerkam merek (Tadzkirah, hal. 672)


 

Ada sebuah tangan di balik sikap santun dan kelemah-lembutan Inggris kepada hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam yang di situ ada Allah swt. di mana beliau 'alaihis salam berada..Orang-orang yang melihat kearah langit sedikit pun tidak merasa takut dan khawatir. Allah swt. akan membereskan segala pekerjaanmu dan segala keinginanmu akan dipenuhi.Pemilik lasykar-lasykar itu akan bergerak menuju kesini. Jika dilihat kearah Al-Masih Nashiri 'alaihis salam, maka akan diketahui bahwa tempat ini ( Qadian ), tidaklah kurang keberkatannya dibandingkan dengan tempat suci beliau. Janganlah menakut-nakuti aku dengan api, sebab api adalah hamba kami. Bahkan merupakan hamba dari hamba-hamba kami. Orang-orang datang mengancam akan menghancurkan kami, namun singa Tuhan menerkam mereka dan singa Tuhan akan meraih kemenangan. ( Arba'in hal 38. Tadzkirah hal 370-372 ).


 

Di dalam wahyu-wahyu itu hubungan antara Jemaat Ahmadiyah dengan Inggris dimasa itu disebukan dengan sighah madhi ( masa lalu/bentuk past tense) , yang artinya kelak akan tiba satu masa, dimana masa krisis akan datang dan hubungan baik yang dahulu pernah terjalin dengan harmonisnya, sekarang ini akan menjadi lagenda dan tinggal kenangan semata. Akan terjadi satu perobahan yang sangat penting & menakjubkan. Tentara Pemerintah dan propagandis kelompok Ahrar yang bathil akan menimpakan "kesedihan "kepada Jema'at Ahmadiyah, namun Allah swt. berfirman bahwa sebagaimana terhdap Al-Masih Nashiri dan Jemaatnya Pemerintah pada masa itu menentang dan orang-orang Yahudi pun bersatu-padu menentang beliau, namun tetap saja Allah swt. memberikan kesuksesan kepada beliau.Sekarang pun begitu pula, Dia akan menolong Jemaat Ahmadiyah dan akan menjadikannya menang dan sukses dengan bantuan dari langit yang tak terhitung banyaknya. Di dalam kaitan ini, setelah menyitir bualan dan kesombongan kaum Ahrar dan para penentang lainnya Dia berfirman : "Orang-orang itu mendakwakan bahwa mereka akan menghancur leburkan Jema'at Ahmadiyah, akan tetapi singa Tuhan ( Hadhrat Khalifatul Masih II radhiyallahu 'anhua dengan keberanian dan tekadnya yang luar biasa akan melawan dan akan berhasil mengalahkan mereka. Kini, cobalah anda perhatikan dan saksikanlah betapa agung nubuwwatan-nubuwwatan itu, karena telah tergenapi setelah 45 tahun wahyu tersebut diturunkan. Sedangkan dilain fihak, Kaum Ahrar secara telak telah menelan kegagalan. Cukuplah hal itu menjadi satu bukti yang nyata bagi orang yang mampu berfikir dan merenungkannya.


 


 

  1. Wahyu Masih Mau'ud 'alaihis salam berikutnya:


 

أُعْطِيتُ صِفَةَ اْلإِفْنَاءِ وَاْلإِحْيَاءِ

(U'thiitu shifatal-ifna'i wal-ihya'i)

Artinya : Aku dianugerahi sifat memfanakan (mematikan) dan juga menghidupkan .


 

Wahyu ini oleh para musuh dianggap tidak masuk akal.


 

Jawaban :

  1. Pendakwaan Hadhrat Aqdas Mirza Ghulam Ahmad 'alaihis salam sebagai Al-Masih yang dijanjikan.


 

Kalian mengakui bahwa sifat Al-Masih Israili terdahulu itu dapat menghidupkan? dan bukankah kalian tidak berkeberatan terhadap hal itu? Lalu mengapakah kalian berkeberatan terhaap Al-Masih Muhammadi? Apakah ucapan Al-Masih terdahulu itu tidak pernah disebutkan di dalam Alquran? yang berbunyi:

أُحْيِ الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللهِ

(Uhyil-mautaa bi idznillahi)

Artinya: Bahwa aku menghidupkan dan mematikan dengan izin Allah?


 

Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam bersabda :


 

أُعْطِيتُ صِفَةَ اْلإِفْنَاءِ وَاْلإِحْيَاءِ مِنْ رَّبِّ الْفَعَّالِ

(U'thiitu shifatal-ifna'i wal-ihya'i mir-Rabbil-Fa'aal)

Artinya : Aku dianugerahi sifat memfanakan (mematikan) dan juga menghidupkan dari Tuhan alam semesta .


 


 

    Aku dianugerahi Allah Yang Maha Kuasa sifat mematikan dan menghidupkan. Lalu, mengapa kalian berkeberatan atas hal itu ?


 


 

  1. Jika kalian menyatakan bahwa menghidupkan orang yang mati hal itu sungguh merupakan satu sifat ke Al-Masihan, akan tetapi sifat mematikan tidak terdapat di dalam sifat Al-Masih terdahulu.


 

Jawabannya ialah Allah swt. telah mengangerahkan sifat itu kepada Al-Masih Muhammadi-Nya, sebagaimana di dalam Hadis disebutkan bahwa Al-Masih Muhammadi dianugerahi sifat menghancurkan musuh –musuh , sebagaimana tertulis :


 

فَلاَ يَحِلُّ لِكَافِرٍ يَجِدُ مِنْ رَّيْحِ نَفْسِه إِلاَّ مَاتَ

(Falaa yahillu likaafirin yajidu mir-riihi nafsihii illaa maata)


 

Artinya: Tidak bebar bagi seorang kafir yang mendapatkan tiupan ruhnya, kecuali ia mati. ( Muslim, Mirqat Mulla Ali Qari), jilid V, hal. l97 dan Misykat hal 473. Mathba Ashabul Mathabi, bab I 'alamat baina yadayis saa'ah.)


 

Maksud dari Hadis tersebut adalah Orang orang kafir yang terkena hembusan Al-Masih 'alaihis salam, pasti akan mati. Fakta telah menunjukkan bahwa ratusan musuh Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam yang mati karena hembusan beliau di antaranya: Lekhram, Abdullah Atham, Alexander Dowie, Saadullah dan lain lainnya.

  1. Kutipan sabda Hadhrat Masih Mau'ud

    'alaihis salam yang kalian ajukan sebagai keberatan adalah merupakan kutipan dari buku Khutbah Ilhamiyyah. Setelah itu, Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam sendiri mmberikan komentar arti membunuh dan menghidupkan sebagai berikut:


 

إِيزَاِئي سِنَانٌ مُذَرَّبٌ – وَدُعَائِي دَوَاءٌ مُجَرَّبٌ – أُرِي قَوْمًا جَلاَلاً – وَقَوْمًا آخَرِينَ جَمَالاًْ وَبِيَدِي حَرْبَةٌ أُبِيدُ بِهَا عَادَاتُ الظُّلْمِ وَالذُّنُوبِ وَفِى اْلأُخْرَى شَرْبَةٌ أُعِيدُ بِهَا حَيَاةَ الْقُلُوبِ – فَاسٌ لِلإِفْنَاءِ – وَأَنْفَاسٌ لِْلإِحْيَاءِ

(Iizaaiy sinaanun mudzarrabun – du'aaiy dawaa'un mujarrabun – uriy qauman jalaalan – wa qauman aakhariina jamaalan wa bi yadiy harbatun ubiidu bihaa aadaatuzh-zhulmi wadz-dzunuubi wa fil-ukhraa syarbatun 'u'iidu bihaa hayaatal-quluubi – faasun lil-ifnaa'i – wa amfaasun lil-ihyaa'i)


 

Artinya: Menyakiti aku itu sama dengan pedang tajam dan do'aku adalah obat yang sangat manjur. Kepada satu kaum aku menunjukkan kejalalanku (kegagahanku) dan kepada kaum yang lain aku menunjukkan keindahanku ( sifat keelokan dan kelembutan budi-perkertiku ). Di tanganku yang satu ada sebilah senjata yang dengan itu kuhancurkan segala kebiasaan perlakuan aniaya, dan perlakuan dosa, sedangkan di tangan yang lain ada minuman yang menghidupkan kembali segala kalbu yang sudah mati; seolah-olah di tanganku ada satu kapak yang mematikan dan satu nafas yang menghidupkan (Khutbah Ilhamiyyah hal 28).


 

Sekarng, coba lihatlah di dalam Khutbah Ilhamiyyah, Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam betapa indahnya penjelasan beliau mengenai sifat mematikan dan menghidupkan. Mematikan adalah membunuh kekafiran, dosa dan kezaliman dan sifat menghidupkan maksudnya menganugerahkan kerohanian dan menghidupkan kembali, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Al-Masih terdahulu. Beliau 'alaihis salam tidak pernah menghidupkan orang mati secara lahiriyah, dan tidak pula Al-Masih 'alaihis salam yang kedua akan dapat melakukan hal yang sama. Selain Allah tak seorang manusia yang dapat menghidupkan kembali secara lahiriyah orang yang sudah mati.Namun secara rohani, di dalam diri setiap Nabi didapati daya dan kemampuan ini. Inilah maksud pernyataan yang dikemukakan di dalam kutipan diatas.


 


 

Keberatan keempat Puluh tiga

ميرزا صاحب شيطانی الھام ھوتے تھے

(Mirza Sahib ko syeithani ilhaam hote the)

Artinya: Wahyu wahyu setan turun kepada Mirza Sahib.


 

Jawaban :

  1. Dalam Al-Qur'an dinyatakan:


 

تَنَزَّلُ
عَلَى
كُلِّ
أَفَّاكٍ
أَثِيمٍ

(Tanazzalala 'alaa kulli affaakin atsiim)

Artinya : Wahyu-wahyu Setan turun kepada setiap penjahat dan pendosa (Asy-Syura, 26:223).


 

Sebaliknya, Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam justru mengajukan tantangan di dalam bukunya yang berjudul Tadzkiratusy Syahadatain hal 62, yang isinya antara lain:

Kalian tidak akan dapat melontarkan keaiban, celaan, pendustaan dan penipuan apapun terhadap awal kehidupan sebelum penda'waanku. Adakah seseorang yang sanggup mengajukan celaan terhadap perjalanan hidupku? Seorang musuh besar seperti Muhammad Hussein Batalwi pun sudah mengajukan pengakuan positif terhadap perjalanan hidup Hadhrat Aqdas Masih Mau'ud 'alaihis salam sebelum penda'waannya.


 

  1. Dalam Alquran dinyatakan:

وَأَكْثَرُهُمْ
كَاذِبُونَ

(Wa aktsaruhum kaadzibuun)

Artinya: Kebanyakan dari mereka itu adalah pendusta (Asy-Syu'ara, 26:223)


 

    Kebanyakan wahyu-wahyu syetan itu adalah bohong dan dusta semata. Namun, pada kenyataannya wahyu-wahyu Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam kebanyakan sudah tergenapi dengan sempurna, yang mana kalian tidak dapat mengajukan kritikan-kritikan atasnya. Bahkan dengan diam-diam kalian telah mengakui semua kebenaran itu.


 

  1. Dalam buku Anjami Athem hal. 51 Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihis salam telah menantang bermubahalah para Ulama Ghair Ahmadi bahwa wahyu-wahyu yang telah beliau terima itu adalah datang dari Allah swt.. Lalu, mengapa kalian tidak tampil pada tantangan mubahalah waktu itu?.
  2. Kalian menganut keyakinan akan adanya bisikan syetan pada setiap Nabi sampai-sampai berkenaan dengan Rasulullah saw. pun sebagian Ulama kalian mengakui bahwa wahyu-wahyu setan telah turun pula kepada beliau saw.. Kalau terhadap Yang Mulia Rasulullah saw. kalian tega melontarkan tuduhan demikian, apalagi kepada Hadrat Mirza Ghulam Ahmad 'alaihis salam.


 

Diriwayatkan bahwa dalam suatu majlis Musyrik Quraisy Rasulullah saw. membaca ayat Al-Quaran :

أَفَرَأَيْتُمُ
اللَّاتَ
وَالْعُزَّى
وَمَنَاةَ
الثَّالِثَةَ
الْأُخْرَى

(Afara'aitumul-laata wal-uzzaa wa manaatats-tsaalitsatal-ukhraa)

Artinya: Bagaimana pendapat kalian tentang Allata, Aluzza dan Manata yang ketiga lainnya (An-Najm, 53:20-21)


 

Setelah Rasulullah saw. berjumpa dengan berhala Lata dan Uzza, beliau berkomentar:

تِلْكَ غََرَانِيقُ الْعُلَى وَإِنَّ شَفَاعَتُهُنَّ لَتُرْتَجَى

Bahwa ini adalah berhala yang sangat luar biasa dan pada hari Qiamat nanti kalian harus mengharapkan syafaatnya. Mendengar pujian beliau saw. terhadap berhala itu mereka menjadi sangat gembira. Selanjutnya ada tertulis bahwa Jibril datang dan ia mengatakan kepada Rasulullah saw. bahwa ini bukanlah wahyu Ilahi, melainkan bisikan setan. Sebagian mufassirin kalian menerjemahkan ayat berikut ini:

$tBur
$uZù=yör&
`ÏB
y7Î=ö6s%
`ÏB
5Aqߧ
Ÿwur
@cÓÉ<tR
HwÎ)
#sŒÎ)
#Ó©_yJs?
s+ø9r&
ßsÜø¤±9$#
þÎû
¾ÏmÏG¨ÏZøBé&

Artinya: Dan tak pernah Kami mengutus Rasul sebelum engkau, dan tak pula seorang Nabi, melainkan jika ia mempunyai keinginan, setan membuat bisikan jahat dalam keinginannya (Al-Hajj, 22:53)


 

Kebanyakan Mufassir kalian menafsirkannya begini, bahwa setiap Nabi dan Rasul itu selalu dibisiki wahyu-wahyu setan, dan dalam tafsir surat An-Najm para Mufassir telah menisbahkan kisah sia-sia dan tidak sopan tersebut kepada Rasulullah saw.. (Astaghfirullah, al-'iyadzu billah)


 

Tafsir Husaini, Jilid II, hal. 84 terjemahan bahasa Urdu ayat berikut ini:

$tBur
$uZù=yör&
`ÏB
y7Î=ö6s%
`ÏB
5Aqߧ
Ÿwur
@cÓÉ<tR
HwÎ)
#sŒÎ)
#Ó©_yJs?
s+ø9r&
ßsÜø¤±9$#
þÎû
¾ÏmÏG¨ÏZøBé&

Artinya: Dan tak pernah Kami mengutus Rasul sebelum engkau, dan tak pula seorang Nabi, melainkan jika ia mempunyai keinginan, setan membuat bisikan jahat dalam keinginannya (Al-Hajj, 22:53)

Manakala Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam tengah menilawatkan ayat tersebut, maka setan yang bernama Abyadh menirukan suara Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, maka setan pun membacakan syair sebagai berikut:


 

تِلْكَ غََرَانِيقُ الْعُلَى وَإِنَّ شَفَاعَتُهُنَّ لَتُرْتَجَى

Dengan demikian, kalau kalian yang mencintai Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam Sang pemimpin semua Rasul itu dengan sepenuh hati, menganggap beliau shallallaahu 'alaihi wasallam tidak luput dari bisikan setan, maka kenapa harus aku pedulikan, jika kalian mengatakan bahwa Mirza Sahib a.s. mendapatkan wahyu bisikan setan? Karena kalian adalah musuhku, sementara kalian terus saja memperlakukan orang-orang yang mulia dengan pandangan seperti itu.


 

Ada sebuah syair dalam bahasa Urdu:


 

Urdunya!

Engkau musuhku mengapa aku harus peduli kepada sikapmu terhadapku,

Sementara kamu selalu bersikap begitu terhadap orang-orang suci.


 


 


 

Keberatan Keempat puluh empat


 

Wahyu-wahyu dalam bahasa asing

    

Sehubungan dengan wahyu yang diterima Masih Mau'ud a.s. dalam bahasa asing perlu memperhatikan firman Allah berikut:


 

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُولٍ ِإِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِه لِيُبَيِّنَ لَهُمْ

(Wa maa arsalnaa mir Rasuulin illaa bi lisaani qaumihii liyubayyina lahum)

Artinya: Dan tidaklah Kami mengutus seorang Rasul, melainkan dengan wahyu dalam bahasa bangsanya sendiri, supaya ia dapat menjelaskan segalanya bagi mereka (Ibrahim, 14:5)


 

Jawaban :

  1. a. Didalam wahyu ini disebutkan bahwa Rasul itu mendapatkan wahyu di dalam bahasa kaumnya sendiri. Para Mufassiri mengartikannya demikian:


 

إِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِه أَيْ مُتَكَلِّمًا بِلُغَةِ مَنْ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ مِنَ اْلأُمَمِ


 

Artinya: Kecuali dengan bahasa kaumnya sendiri maksudnya adalah Nabi itu berbicara dengan bahasa bangsa yang kepada mereka Nabi itu diutus ( Ruhul Ma'ani jilid 4 hal 209 )

  1. ِ Demikian pula:

إلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِه إِلاَّ مُتَكَلِّمًا بِلُغَتِهِمْ

(Illaa bi lisaani qaumihii illaa mutakalliman bi lughatihim)


 

Artinya: Kecuali dengan bahasa kaumnya adalah Nabi itu berbicara dengan bahasa kaumnya sendiri.( Tafsir Madarik at Tanzil di bawah ayat (وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُولٍ) dan dibawah catatan kaki Khazan, jilid 3 hal 82 )


 

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. pun berbicara dalam bahasa Punjabi dan juga bahasa Urdu.


 

  1. Ayat tersebut diatas menunjukkan tentang Nabi- nabi dan Rasul-rasul yang terdahulu karena di dalam ayat tersebut digunakan "Sighah Madhi" yang artinya kata kerja masa lalu/past tense.


 

    Dengan kata "arsalnaa"yang artinya telah Kami utus adalah merupakan dukungan penjelasan ayat tersebut. Adapun kata "qaumihi" yang artinya "kaumnya" merupakan dukungan kedua.Adapun Nabi-nabi dan Rasul-rasul terdahulu diutus hanya kepada kaum dan bangsanya yang tertentu saja, sedangkan Nabi yang tidak khusus diutus untuk satu bangsa saja, melainkan diutus untuk semua bangsa tidak dapat berlaku dalam ayat ini. Kalau saja kalian memaksudkan "Qaumihi " itu adalah kebangsaan Nabi itu, yakni orang-orang itu memiliki kebangsaan Nabi itu sebagaimana Rasulullah saw. berasal dari bangsa Quraisy, maka pendapat demikian itu keliru, sebab seluruh Al-Qur'an itu tidak diturunkan dalam bahasa Quraisy, sebagaimana dikatakan dalam satu ayat:

إِنْ هذَانِ لَسَاحِرَانِ

(In haadaani lasaahiraani)

Artinya: Sesungguhnya ini ialah dua penyihir ( Surah Thaha, 20:64 ).

Seharusnya berbunyi:

إِنَّ هذَيْنِ لَسَاحِرَانِ

(In haadaini lasaahiraani)

Artinya: Sesungguhnya ini ialah dua penyihir.


 

  1. Kalau dikatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah wahyu itu hanya turun dalam bahasa kaum Nabi itu kendati kata wahyu dalam ayat itu ada atau tidak itupun salah sebab tentang Nabi Sulaiman dalam Alquran dikatakan:

    عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ

    ('Ullimnaa manthiqath-thairi)

    Artinya : Kami diajari bahasa burung.


     

Hadhrat Sulaiman a.s. berkata: Aku diajari bahasa burung. Seolah-olah segala macam bahasa burung seperti: burung gagak, elang, merpati, perkutut, hud-hud dan segala bahasa binatang telah diwahyukan kepada beliau a.s.. Bagaimanapun bahasa-bahasa seperti: Inggris, Arab, Persi dan lain-lain adalah-bahasa manusia yang dalam bahasa-bahasa itu Hadhrat Masih Mau'ud a.s. mendapatkan wahyu. Tapi, koak-koak bukan bahasa manusia. Kalau dalam bahasa itu pun Nabi dapat memperoleh wahyu itu, lalu apa keberatan kalian atas hal ini. Pada akhirnya Allah subhanahu wata'ala mungkin saja telah mengajarkan bahasa burung kepada Nabi Sulaiman a.s., tentunya kepada beliau a.s. diajarkan pula kaidah-kaidah bahasa burung dan kata-kata lainnya.


 

Catatan:

  1. Adapun mengatakan dalam kata ( عُلِّمْنَا ) hanya termasuk pemahaman atau memberi pemahaman secara alami, tidak cukup untuk meninggalkan ketergantungan atau dukungan atau sandaran, sebab dalam ayat yang dibahas, yaitu: "Wa maa arsalnaa" ( وَمَا أَرْسَلْنَا ) juga tidak ada kata wahyu. Di sana pun, mengapa tidak diambil makna pemahaman atau memberi pemahaman secara alami, yakni wahyu yang hanya untuk memberikan pemahaman dan memberikan pemahaman secara alami itu tentu di dalam bahasa Nabi itu sendiri, tetapi yang merupakan petunjuk untuk bangsa-bangsa lain itu dapat dalam bahasa yang beragam.


 

  1. Dikatakan bahwa Nabi Sulaiman telah diberi wahyu dalam bahasa burung, itu bukanlah petunjuk bagi umat manusia, melainkan hanya merupakan tipuan saja sebab hal itu tidak dapat menjadi petunjuk bagi siapapun juga. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah wahyu tersebut dalam bahasa Nabi Sulaiman a.s. atau bukan?


 

Apakah bahasa burung itu bahasa kaumnya ? bukan, sama sekali bukan. Dari pemahaman kalian itu, terbuktilah bahwa maksud dari ayat ( وَمَا أَرْسَلْنَا), dan tidaklah Kami utus, bukanlah seperti yang kalian jelaskan, tetapi maksudnya ialah bahwa setiap Nabi berbicara dalam bahasa kaumnya supaya ia dapat mempersiapkan para pengikutnya untuk dapat bertabligh dan isyaat.


 

Disana sama sekali tidak disebutkan tentang bahasa wahyunya. Dan ayat tersebut diatas menyebutkan tentang Rasul-rasul sebelum Rasulullah saw.. Kalian pahamilah hal itu.


 

  1. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sama sekali tidak memahami satu katapun bahasa Inggris, bagaimanapun juga dengan diwahyukannya kepada beliau wahyu dalam bahasa Inggris itu merupakan suatu mukjizat, khususnya pada masa itu di Qadian tak seorangpun ahli berbahasa Inggris. Dalil ini diberikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala kepada beliau sebagai dalil bagi orang-orang yang menganggap bahwa wahyu beliau itu merupakan hasil buah pikirannya supaya diketahui dalam wahyu-wahyu yang diturunkan kepada para penerima wahyu atau Ilham ( Mulham ),yang dinyatakan oleh para penentangnya dianggap sebagai buah dari khayalan mereka, supaya mereka benar benar mengetahui bahwa didalam wahyu wahyu tersebut sama sekali tidak ada campur tangan khayalan Nabi itu. Bahkan wahyu dapat turun dalam bahasa yang sedemikian rupa yang mana penerima wahyu sendiri tidak memahaminya. Kebanyakan Allah subhanahu wata'ala sendiri yang menjelaskan kepada sang penerima wahyu itu tentang arti dan makna dari wahyu wahyu itu dalam waktu dekat atau dalam waktu lama sebagaimana perlakuan Tuhan kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s..


 

  1. Apa yang kami tuliskan bahwa dalam ayat:


وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُولٍ ِإِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِه

adalah bahasa yang mengenai Rasul-rasul sebelum Rasulullah saw., sebab mereka diutus hanya terbatas kepada bangsa dan kaumnya sendiri yang hal tersebut didukung oleh Hadist-hadis sebagaimana di dalam Misykat terdapat sebuah Hadis yang menerangkan tentang keunggulan Rasulullah saw. di atas semua Nabi:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ اللهُ تَعَالَى فَضَّلَ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى اْلأَنْبِيَاءِ قَالَ اللهُ تَعَالَى - وَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُولٍ ِإِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِه لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللهُ مَنْ يَّشَآءُ ... وَقَالَ اللهُ تَعَالَى لِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ مَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِّلنَّاسِ – فَأَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْجِّنِّ وَاْلإِنْسِ

(Misykat kitabul Fitn bab Fazail Nabiyyina saw., pasal 3, hal 515) cetakan mujtaba'i wa quyumi kanfur), bahwa Ibnu Abbas berkata, "Allah subhanahu wa ta'ala menerangkan berkenaan tentang keunggulan Nabi Muhammad di atas Nabi-nabi terdahulu. Allah subhanahu wa ta'ala tidak mengutus seorang Rasul, melainkan dalam bahasa kaumnya supaya ia dapat menjelaskan dengan terang di hadapan kaumnya, maka Allah memutuskan sesat siapa yang dikehendaki ... tetapi berkenaan dengan Nabi kita saw., Dia berfirman : "Kami tidak mengutus engkau, kecuali kepada segenap umat manusia, seolah-olah beliau diutus kepada segenap jin dan manusia." (Hadis ini sanadnya sangat sahih, dikutip dari Mustadrak lil-Hakim cetakan Haidar abad Jilid VI hal 360).


 

Dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ada 4 hal yang berkaitan dengan ayat Alquran ini:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُولٍ ِإِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِه

  1. Ayat itu berkaitan dengan Rasul-rasul terdahulu.


 

  1. Rasulullah saw. tidak termasuk dalam rasul-rasul itu
  2. Yang dimaksud dengan kaum atau bangsa adalah orang-orang, yang kepada mereka Nabi dan Rasul-rasul itu diutus.


 

  1. Kaum dan bangsa Nabi Muhammad saw. adalah seluruh dunia, sebab beliau diutus oleh Allah subhanahu wa ta'ala bagi seluruh alam. Jadi, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. juga tidak termasuk di dalam ayat tersebut, sebab beliau tidak diutus hanya kepada kaum tertentu saja melainkan diutus kepada seluruh dunia.


 

Ada pertanyaan dari seorang ghair Ahmadi :

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dalam buku beliau a.s. Chasyma e Ma'rifat hal 209 menulis bahwa ini benar-benar tidak tepat dan merupakan hal yang tidak masuk akal bahwa bahasa asli manusia lain dan wahyu dia terima dalam bahasa lain yang dia juga tidak dapat memahami, karena dalam bahasa itu terdapat kesulitan yang tidak dapat ditanggulangi.


 

Jawaban :

Demi Allah subhanahu wa ta'ala, janganlah memfitnah atau mengada-ada. Di dalam Chasyma e Ma'rifat sama sekali tidak disebutkan bahwa wahyu dalam bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh penerima wahyu tidak dapat turun padanya. Yang disebutkan di sana adalah bahwa orang Aria mengatakan bahwa Kitab Ilham itu hendaknya diturunkan dalam bahasa seseorang agar supaya jangan dikatakan Dewa itu tidak berlaku adil. Itulah sebabnya kitab suci Wedha diturunkan di dalam bahasa Sansakerta yang tidak digunakan sekarang ini dimana-mana.


 

Hadhrat Masih Mau'ud 'alahis salam telah memberikan jawaban bahwa hal ini sama sekali sia-sia dan tidak masuk akal, bahwa bahasa orang yang diberi wahyu itu lain bahasanya dan wahyu yang diturunkan kepadanya dalam bahasa lain yang tidak dapat dipahami oleh umat manusia. Hal itu merupakan kesulitan yang tidak dapat diatasi karena penerima ilham tidak dapat memahami sekalipun ia bertanya kepada orang lain, tetapi apabila wahyu itu diturunkan dengan bahasa manusia, hal itu bukanlah satu kesulitan yang tidak dapat diatasi, sebab jika bahasa wahyu tidak dapat dipahami oleh penerima wahyu sendiri maka ia dapat menanyakan kepada orang lain. Sebagai misal Hadhrat Masih Mau'ud 'alahis salam dalam menerangkan topik ini, pada hal 210 beliau menulis "kepadaku telah diturunkan wahyu dalam berbagai bahasa."


 

Guna menjawab pertanyaan itu perlu menelaah buku Chasyma e Ma'rifat hal 208-210 dan fitnah ini dapat dijawab hanya dengan membaca dari naskah aslinya.


 

Keberatan Keempat puluh lima


 

Beberapa wahyu tidak dapat dipahami oleh Hadhrat Mirza Sahib dan sebagian beliau salah memahaminya.


 

Jawaban :

  1. Hadhrat Masih Mau'ud 'alahis salam menulis "para Nabi dan penerima wahyu hanya bertanggung jawab pada kebenaran wahyu itu dan mereka tidak dapat menempuh suatu ijtihad yang bertentangan dengan peristiwa yang terjadi, sebab pendapat itu adalah pendapat pribadi mereka dan merupakan kalam Ilahi. (I'jazi Ahmadi hal 8.)


 

Pada dasarnya keyakinan yang ditanamkan dalam kalbu Nabi berkenaan dengan Kenabian dan dalil-dalil kebenaran itu sangat terang berkilauan seperti terang benderangnya matahari dan sedemikian berkumpul diturunkan secara bertubi tubi dan berturut-turut, sehingga perkara dan masalah yang diwahyukan itu menjadi sangat jelas dan kemudian jka salah dalam berijtihad dalam beberapa bagian dari wahyu itu, maka tidak akan ada kerugian menimpa keyakinan yang ada, sebab sebagaimana sesuatu benda yang dibawa di depan manusia dan dihadirkan secara nyata dihadapan matanya, maka mata siapapun tidak akan salah didalam mengenalinya. Dan secara mutlak ia akan menyatakan bahwa itu adalah benda anu, begini besar, kecil atau berat, ringan bendanya dan benar benar itulah bendanya. Kebalikannya bila sesuatu benda tidak didekatkan, misalkan l km atau beberapa ratus meter jauhnya dari dia, lalu orang itu ditanya: Apa yang kamu lihat dengan benda putih itu?. Maka dapat saja orang yang melihat itu mengira seseorang yang berpakaian putih atau seekor kuda putih. Jadi seperti itu pulalah halnya kepada para nabi dan rasul berkenaan dengan dakwah dan ajaran-ajarannya diperlihatkan dengan dekat dan dicermati secara terus menerus sehingga benar-benar tidak ada keraguan yang tinggal sedikitpun. Tetapi ada sebagian perkara-perkara yang tidak merupakan hal yang penting, hal tersebut itu mereka saksikan melalui kasyaf dan tidak secara terus menerus. Oleh karena itulah terkadang mereka mengalami kekeliruan.


 

  1. Dalam sebuah Hadis diriwayatkan

    قَالَ أَبو مُوسَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَأَيْتُ فِى الْمَنَامِ إِنِّي أُهَاجِرُ مِنْ مَّكَّةَ إِلَى أَرْضٍ بِهَا نَخْلٌ فَذَهَبَ وَهْلِي إِلَى أَنَّهَا الْيَمَامَةُ أَوْ هَجَرٌ فَإِذَا هِيَ الْمَدِيْنَةُ يَثْرِيْبُ

    Artinya: Abu Musa berkata: bahwa Rasulullah saw. bersabda: Aku melihat di dalam mimpi bahwa aku sedang hijrah dari Mekkah menuju sebuah tempat yang banyak kurmanya. Pikiranku tertuju ke Yamamah atau Hijr, tetapi kenyataannya itu adalah Madinah (Yatsrib) ( Bukhari bab Hijratun Nabi wa ashabihi ilal Madinati hal 204, kitabul-khail bab idza ra'a baqaran tunharu, jilid IV, hal. 123).


 

Ru'ya seorang Nabi itu adalah termasuk wahyu. Dalam Hadis Bukhari dikatakan bahwa ru'ya itu termasuk wahyu, Rasulullah saw. bersabda:

أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِه رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِنَ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّادِقَةِ

Artinya: Wahyu pertama yang diberikan kepada Rasulullah saw. adalah ru'ya shadiqah (mimpi yang benar) ( Bukhari jilid 4 hal. 127, bab Tafsir)


 

Dalam Hadis lain berbunyi sebagai berikut:

رُؤْيَا النَّبِيِّ وَحْيٌ

Artinya: Ru'ya Nabi itu adalah wahyu (Bukhari, jilid 4, hal. 128 Nasyiah)


 

Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw. dan yang beliau saksikan adalah Rukya shadiqah ( mimpi yang benar ). Oleh karena itu di dalam Bukhari dikatakan bahwa di antara wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. itu dimulai dari ru'ya shadiqah artinya mimpi yang benar.


 

  1. Yang mulia Nabi Muhammad saw. bersabda kepada isteri-isteri beliau:

    أَسْرَعُكُنَّ لُحُوقًا بِيْ أَطْوَلُكُنَّ يَدًا

(Asra'ukunna luhuqan biy athwalukunna yadan)

Artinya: Yang paling cepat dari kalian bertemu aku adalah yang tangannya paling panjang di antara kalian.


 

Maknanya bahwa sepeninggal aku nanti, di antara kalian yang pertama-tama akan berjumpa denganku di Akhirat ialah yang terpanjang tangannya. Maka para isteri Rasulullah saw. masing- masing mulai mengukur tangannya di hadapan beliau. Dan yang terpanjang tangangnya adalah Hadhrat Saudah, tetapi yang pertama meninggal dunia adalah Hadhrat Zainab. Dari fakta itu dapat diketahui bahwa yang dimaksudkan dengan tangan terpanjang bukan secara lahiriah, tetapi adalah perempuan yang paling dermawan. (Bukhari & Muslim, dikutip dari Misykat hal 165 matba'u ashul mathobi babul infaq)


 

  1. Dalam Al-Qur'an juga disebutkan tentang peristiwa Nabi Nuh 'alahis salam:

    وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْينَِا وَلاَ تُخَاطِبْنِي فِى الَّذِيْنَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ

    (Washna'il fulka bi a'yuninaa wa wahyinaa walaa tukhathibniy filladziina zhalamuu innahum mughraquun)


     

    Artinya : Buatlah olehmu sebuah bahtera dibawah pengamatan Kami dan wahyu Kami, Janganlah engkau bertanya kepada Kami tentang orang-orang zalim itu, sebab mereka itu adalah orang-orang yang akan ditenggelamkan (Surat Al-Hud, : 38).


     

Allah subhanahu wa ta'ala mewahyukan kepada Nabi Nuh 'alahis salam dan memerintahkan agar membuat bahtera atas perintah-Nya dibawah pengamatan dan wahyu-Nya. Dan beliau dilarang menanyakan tentang orang-orang zalim, sebab mereka itu adalah orang-orang yang akan ditenggelamkan.


 

Selanjutnya Dia subhanahu wa ta'ala berfirman :

قُلْنَا احْمِلْ فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ
وَأَهْلَكَ إِلاَّ مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ آمَنَ

(Qulnaahmil fiihaa minkulli zaujainitsnaini wa ahlaka illaa man sabaqa 'alaihil-qaulu wa man aamana)

Artinya : Kami berkata "wahai Nuh, naiklah ke atas bahtera itu, dua dari setiap jenis jantan dan betina dan keluarga engkau, kecuali mereka yang keputusannya telah ditetapkan dan mereka yang telah beriman (Hud, 11 : 41)

.


 

Ketika topan yang dahsyat melanda dan putra Nabi Nuh (seorang yang zalim) yang tentangnya sudah Kami putuskan atasnya :

إِلاَّ مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ


 

Ketika ia sudah hampir tenggelam, maka Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

وَنَادَى نُوحُ نابْنَه وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يّبُنَيَّ ارْكَبْ مَّعَنَا

Artinya: Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami (Hud, 11:43)

.


 

Nama anak Nabi Nuh a.s. yang kafir itu Qanaan, sedang putra-putranya yang beriman ialah: Sam, Ham dan Jafits.


 

Selanjutnya Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

3yŠ$tRur
ÓyqçR
¼çm­/§
tA$s)sù
Å_Uu
¨bÎ)
ÓÍ_ö/$#
ô`ÏB
Í?÷dr&
¨bÎ)ur
x8yôãur
,ysø9$#
|MRr&ur
ãNs3ômr&
tûüÏJÅptø:$#
tA$s%
ßyqãtƒ
¼çm¯RÎ)
}§øŠs9
ô`ÏB
šÎ=÷dr&
(
¼çm¯RÎ)
î@uHxå
çŽöxî
8xÎ|¹
(
Ÿxsù
Ç`ù=t«ó¡n@
$tB
}§øŠs9
y7s9
¾ÏmÎ/
íNù=Ïæ
(
þÎoTÎ)
y7ÝàÏãr&
br&
tbqä3s?
z`ÏB
tûüÎ=Îyfø9$#

Artinya: Dan Nuh berseru kepada Tuhannya seraya berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya. Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan (Hud, 11:46-47)


 

Dari ayat tersebut terbukti dengan jelas bahwa Nabi pada satu waktu dapat keliru dalam memahami suatu wahyu, tetapi atas kekeliruan itu, Allah subhanahu wa ta'ala tidak membiarkan beliau sebagai orang yang salah. Sebagaimana Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda : "Kalau timbul pertanyaan berapa lamakah Nabi Nuh berada dalam ijtihad dan bersiteguh pada pendirian yang salah itu? Maka untuk itu bacalah tafsir Husaini dimana dituliskan Ketika diwahyukan kepada Nabi Nuh :


 

وَ لاَ تُخَاطِبْنِي فِى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُّغْرَقُونَ

Artinya: Dan janganlah engkau bertanya kepada-Ku tentang orang-orang zalim itu, sebab mereka itu adalah orang-orang yang akan ditenggelamkan (Hud, 11:38).


 

Sesudah itu ia menanam pohon dan dari kayu itu dibuatnya perahu dan pohon itu 20 tahun baru dapat digunakan. Kayu itu beliau tebang dan potong-potong lalu selama 2 tahun beliau membuat perahu itu. Topan melanda menderu-deru selama 40 hari dan perahu itu berada 6 bulan di dalam badai itu seolah-olah dari mulai turunnya wahyu tentang keluarga sampai turunnya perahu itu sekurang-kurangnya masa itu 22.5 tahun lamanya. Tafsir Qadri yang dikenal sebagai tafsir Husaini terjemahan bahasa Urdu, hal. 463-464. QS Hud ruku ke-4 juz ke-12 hal 292.


 

Kemudian dalam sebuah buku terkenal, Ahlis-Sunnah wal-Jamaah Nibras Syarhusy-Syarah Al-Aqa'idin-Nisfi tertulis sebagai berikut :


 

إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَدْ يَجْتَهِدُ فَيَكُونُ خَطَأً كَمَا ذَكَرَه اْلأُصُولِيُّونَ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُشَاوِرُ الصَّحَابَةَ فِيْمَ لَمْ يُوحَ إِلَيْهِ وَهُمْ يُرَاجِعُونَه فِى ذَالِكَ وَفِى الْحَدِيثِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَا حَدَّثْتُكُمْ عَنِ اللهِ سُبْحَانَه فَهُوَ حَقٌّ وَمَا قُلْتُ فِيهِ مِنْ قِبَلِ نَفْسِي فَأَنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُخْطِئُ وَأُصِيبُ

Artinya : Rasulullah saw. kadang-kadang menempuh ijtihad dan terkadang beliau pun berbuat kekeliaruan sebagaimana kaum fundamentalis menulis : "Berkenaan dengan hal-hal yang tidak diturunkan wahyu tentang hal itu beliau selalu bermusyawarah dengan para sahabat beliau. Dan di dalam Hadis beliau bersabda bahwa hal yang saya katakan dari Allah subhanahu wa ta'ala itu adalah benar (yakni di dalam itu tidak mungkin terdapat kesalahan) tetapi dalam hal beliau menjelaskan mengenai wahyu, yang aku katakan dariku, maka ingatlah bahwa aku hanyalah manusia biasa. Di dalam berijtihad terkadang aku salah dan terkadang benar.


 


 

Keberatan Keempat puluh enam

نبی کا الھام بھول جانا

(Nabî Kâ Ilhâm Bhûl Jânâ)

Artinya: "Nabi Lupa Kepada Wahyu"


 

Musuh menuduh Hadhrat Aqdas Mirza Ghulam Ahmad a.s. lupa kepada sebagian wahyunya.


 

Jawaban:

Pertama—Wahyu itu ada 2 macam:

a.    Wahyu yang merupakan tanda bagi umat manusia yang diturunkan dengan maksud sebagai hidayah dan petunjuk bagi mereka.

b.    Wahyu yang berhubungan dengan diri Nabi sendiri dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan orang-orang lain.


 

Kepada wahyu 'model pertama', seorang Nabi tidak dapat melupakannya. Tetapi terhadap wahyu 'model kedua', kadang-kadang Allah subhanahu wa ta'ala sesuai dengan hikmah-Nya yang khas, Dia menghapuskan dari hati seorang Nabi sebagaimana dalam Alquran didapatkan ayat:


Artinya: "Kami akan membacakan Alquran kepadamu Muhammad, maka kamu tidak akan lupa; kecuali kalau Allah menghendaki." (Al-A'lâ, 87:6-7)


 

Kedua—Perhatikanlah ayat Alquran berikut:


Artinya: Allah subhanahu wa ta'ala menghapuskan dan menetapkan apa yang Dia kehendaki dan pada-Nya sumber segala hukum." (Ar-Ra'd, 13:40)

Wahyu mana yang Allah subhanahu wa ta'ala kehendaki dihapuskan dan wahyu mana yang dia kehendaki Dia mantapkan dalam hati penerimanya.


 

Ketiga—Perhatikan Hadis berikut:

عَنْ عَِآئِشَةَ قَالَتْ سمَـِعَ النَّـِبيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَجُلاً يَقْرَأُ فىِ المْـَسْجِدِ فَقَالَ رَحمِـَهُ اللهُ لَقَدْ أَذْكَرَ فِيْ كَذَا وَ كَذَا آيَةً أَسْقَطْتُهُنَّ مِنْ سُوْرَةٍ كَذَا وَ كَذَا .

Artinya: "Hadhrat Aisyah berkata, 'Rasulullah saw. mendengar seseorang membaca Alquran di mesjid. Kemudian beliau berdoa, semoga Allah merahmatinya, dia telah membaca surah 'anu' ayat 'anu', yang sudah saya melupakannya dan dia telah mengingatkan itu kembali kepadaku." (Bukhari "Kitab Asy-Syahadatulia'ma wa Amarana", Jilid II, hal 24, Cetakan Mesir)

Keempat—Tidaklah mesti bahwa wahyu yang turun kepada Nabi itu harus disampaikan kepada semua orang. Banyak sekali terbukti di dalam Alquran wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah saw. yang langsung disebutkan dan tidak dikatakan min (dari) ataupun 'an (dari) di dalam Alquran, disebutkan seperti: (Dimanakah janji yang benar-benar asli yang dijanjikan Allah swt. itu? Begitu pula disebutkan di dalam ayat Alquran Surah At-Taĥrîm ayat 4 dan Surah Al-Ĥasyr ayat 6).


Artinya: "Dan tatkala Allah menjanjikan kepada kamu salah satu di antara dua golongan." (Al-Anfal, 8:8)

Di manakah janji Allah subhanahu wa ta'ala yang sebenarnya?


Artinya: "Ketika Nabi memberitakan secara rahasia kepada salah seorang istrinya." (At-Tahrim, 66:4)

Dimanakah rahasia itu?


Artinya: "Pohon kurma apa saja yang kamu tebang." (Al-Ĥasyr, 59:6)

Begitu pula ayat yang berbunyi :" Pohon –pohon kurma manapun yang kamu tebang atau yang kamu membiarkannya berdiri pada akar-akarnya. Lalu, dimanakah pohon kurma itu?


 

Kelima :" Dalam Bukhari disebutkan:

فَقَالَ اِعْتَكَفْنَا مَعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الْعَشْرَ اْلأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ فَخَرَجَ صُحْبَةَ عِشْرِينَ فَخَطَبَنَا فَقَالَ إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا أَوْ نَسِيتُهَا فَلْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ فِى الْوِتْرِ

Artinya :Hadhrat Sa'id al-Khudri berkata : kami beri'tikaf bersama Rasulullah saw. pada pertengahan l0 hari di bulan Ramahan. Lalu pada malam ke 20 pagi beliau keluar dan bersabda kepada kami dan berkata, bahwa telah diperlihatkan Allah subhanahu wa ta'ala kepadaku Lailatul Qadar kemudian dilupakannya ia dariku atau beliau bersabda : "aku lupa" Maka kalian carilah itu pada bulan Ramadhan pada l0 malam akhir yang ganjil. (Dalam Bukhari terdapat Hadis yang lebih jelas lagi dari itu. ( dari riwayat Hadhrat Ubadah bin Tsamit, Kitab Bukhari Babush sholat wat- Tarawikh Babut-iltimasi Lailatul Qadri fis Sab'il-a wakhir jilid I, hal. 225).


 

Di dalam Bukhari ada satu Hadis yang jauh lebih jelas dari riwayat tadi, dalam bab itu Hadhrat Ubadah bin Ash-Shamid meriwayatkan sbb:


 

فَخَرَجَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لِيُخْبِرَنَا بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلاَحَ فُلاَنٌ وَ فُلاَنٌ فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَّكُمْ

Artinya: Pada satu hari Rasulullah saw. keluar dari rumah beliau untuk memberitahukan kepada kami tentang Lailatul-Qadr beliau melihat dua orang laki-laki muslim tengah bertengkar, beliau bersabda: Aku datang keluar rumah agar supaya aku beritahukan tentang Lailatul-Qadar, tetapi dua orang laki-laki sianu dan si anu bertengkar. Oleh karena itu Lailatul-Qadar itu dilupakan dari ingatanku, hampir saja pengetahuan tentang itu akan bermanfaat bagimu atau dengan lupanya hal itu berguna bagimu.(Bukhari, Kitabut-Tarawih, bab Raf'i ma'rifati Lailatil-Qadri, jilid I, hal. 255, cetakan Mesir).


 


 

-----oo0oo-----


 


 

No comments: