Sunday, December 11, 2005

"I LA GALIGO" PULANG KAMPUNG, PENTAS DI TMII

Dec 02 21:51
"I LA GALIGO" PULANG KAMPUNG, PENTAS DI TMII


Jakarta (ANTARA News) - Setelah melanglang di panggung-panggung teater dunia, akhirnya "I La Galigo" --hikayat anak bangsa dari Makasar, Sulasewi Selatan-- kembali pulang dalam pementasan selama tiga hari yang dijadwalkan pada 10 hingga 12 Desember 2005 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Untuk mewujudkan pementasan teater terbesar di Indonesia itu, Teater Tanah Airku (TTA) TMII di Jakarta kini tampak berbenah, agar teater bertaraf internasional tersebut dapat dinikmati layaknya pementasannya di luar negeri.

Pementasan perdana "I La Galigo" dilakukan di Gedung Esplanade, Singapura pada 2004, dan lakon yang diangkat dari kisah Sureq Galigo itu kemudian dipentaskan di kota-kota lain diseluruh dunia, seperti New York (Amerika Serikat), Amsterdam (Belanda), Barcelona dan Madrid (Spanyol), Lyon (Prancis) maupun Ravenna (Italia).

Pementasan perdana lakon kolosal yang melibatkan 85 pemain tersebut dilakukan di luar negeri untuk beberapa alasan yang seringkali dikeluhkan oleh pekerja seni Indonesia, yaitu tidak adanya gedung teater yang memadai dan apresiasi seni masyarakat negeri sendiri yang kurang baik, tidak sebaik diluar negeri.

Tetapi, produser "I La Galigo" dari "Change Performing Arts", Elisabetta di Mambro, menyatakan bahwa tidak benar bahwa di Indonesia tidak ada gedung teater yang memadai. "Sebenarnya ada gedung, tapi tidak terawat," katanya kepada wartawan di Jakarta, Jumat.

Oleh karena itu, dalam pementasan tersebut, pihak penyelenggara melakukan beberapa perbaikan infrastruktur TTA agar pementasan tersebut mempunyai kualitas yang sama seperti pementasan diluar negeri, dengan biaya sendiri.

"Perbaikan gedung TMII ini termasuk dalam biaya produksi," ujarnya.

Mengenai biaya, Elisabetta mengaku bahwa pementasan di Indonesia kali ini memakan biaya yang lebih kecil daripada pementasan-pementasan sebelumnya.

"Biaya di Indonesia lebih murah, karena beberapa hal sudah tersedia misalnya kostum sudah ada, pemain sudah berlatih dan lain-lain," paparnya.

Namun, ia mengemukakan bahwa untuk menyebut jumlah persis biaya produksi lakon yang menceritakan penciptaan dunia, peperangan, kisah cinta dan petualangan dari tujuh generasi pertama manusia di Dunia Tengah itu tidak diketahuinya secara persis.

"Kami mulai sejak lima tahun yang lalu yang melibatkan riset, pengembangan maupun latihan dari para pemainnya. Kita membicarakan tentang biaya sebesar jutaan dolar AS atau euro, terserah anda bagaimana menyebutnya," katanya.

Mengambil inspirasi dari karya sastra "Sureq Galigo" asal Sulawesi Selatan, pentas perdananya di Singapura laku keras, dan dari dua kali pementasan dengan 1.200 kapasitas tempat duduk selalu "sold out" alias habis terjual sebelum pementasan.

Sementara itu, ia menyatakan, pada pertunjukannya di Belanda, Spanyol, Prancis dan Italia, sambutan yang meriah berhasil mengumpulkan lebih dari 25 ribu penonton dari 26 pertunjukan yang diadakan, yang merupakan satu jumlah yang bagus untuk pertunjukan teater.

Bahkan, "I La Galigo" saat dipentaskan di Lincoln Center Festival 2005 bulan Juli 2005 tampil sebagai tontonan utama dengan tiket senilai 25 sampai 150 dolar Amerika Serikat (AS).

Untuk pementasan di Indonesia, beberapa penyesuaian dilakukan untuk memfasilitasi pertunjukan selama 3,5 jam tersebut, antara lain penataan ulang atau "restaging" atau perbaikan tata pentas mengikuti panggung yang tersedia, namun dipastikannya bahwa hal tersebut tidak akan mengurangi bobot pertunjukan atau bangunan cerita.

Selain Jakarta, lakon tersebut juga direncanakan akan dipentaskan di Bali dan Makasar, asal daerah cerita tentang penciptaan dunia, peperangan, kisah cinta dan petualangan dari tujuh generasi pertama manusia di Dunia Tengah yang naskah aslinya ditulis dalam bahasa Bugis Kuno dan Sanskerta.

Tiket pertunjukan dipatok mulai dari Rp250.000 sampai Rp750.000 dan diberikan diskon untuk beberapa kalangan seperti kalangan pelajar yang mendapatkan diskon 50 persen.

Selain pertunjukannya sendiri, ia menambahkan bahwa diadakan pula pameran foto, lokakarya dan seminar untuk lebih mengangkat lagi naskah "Sureq Galigo" dan karya-karya sastra besar tanah air yang lain. (*)


LKBN ANTARA Copyright © 2005

No comments: