Thursday, February 28, 2008

Ahmadi Muslim killed in Pakistan

In the Name of Allah, Most Gracious, Ever Merciful.
International Press and Media Desk.
AHMADIYYA MUSLIM ASSOCIATION.
22 Deer Park, London, SW19 3TL.
Tel / Fax (44) 020 8544 7613, Mobile (44) 07795460318
Email: press@ahmadiyya.org.uk
Web: www.alislam.org


27 February 2008
PRESS RELEASE

Ahmadi Muslim killed in Pakistan

Basharat Ahmed Mughal murdered due to his membership of Ahmadiyya Muslim Community

On 24 February 2008 Mr Basharat Ahmed Mughal, aged 45, of Karachi Jama'at became the 88th Martyr of Ahmadiyyat in Pakistan since 1984. 'To Him do we belong and to Him shall we return'.

Basharat Mughal was the President of the Ahmadiyya Muslim Community Halqa Manzoor Colony in Karachi, Pakistan. He was shot dead whilst on his way to Fajr prayers. He was shot a number of times in his back, neck and on his hand. According to 'The Dawn' Newspaper he died on the spot. Further, the newspaper reports that a police case was registered against unknown suspects at the Mehmoodabad Police Station.

Mr Athar Akram Chattha, a friend of the deceased said:

"For sure Basharat Sahib was blessed with this privilege (of martyrdom) due to his qualities - qualities which brought tears in the eyes of many non-Ahmadis who came over to register their grief. They couldn't believe that a person who was so soft, kind, always ready to lend a hand, reliever and extremely positive in nature could be a target of such brutality."�

The funeral of the deceased took place at Bait-ul-Huda a mosque which was built in great part due to the effort and prayers of Mr Basharat Mugal. Indeed lately as the Mosque had neared completion he was heard to regularly utter the prayer that now the Mosque had been built, may Allah somehow fill it with worshippers. Apart from this the deceased was known to often leave his home early in the morning so he could wake others up for Fajr prayers.

Speaking of this atrocity the Spokesperson for the Ahmadiyya Community Abid Khan said:

"The murder of Mr Basharat Mugal is an absolute tragedy. He was a very sincere and loved member of our Community.

His death was simply due to his being a peace loving member of the Ahmadiyya Community and this is yet another example of the severe cruelty and persecution that members of the Ahmadiyya Community in certain countries such as Pakistan have long had to deal with. The thoughts and prayers of every Ahmadi Muslim is with the family of Basharat Mugal. May God grant them all patience at this difficult time."

Within Pakistan religious extremists have long preached hatred against the Ahmadiyya Community throughout the public and it is due to this religious hatred that such horrific incidents continue to occur.

End of Release
Further Information:
Press Secretary: Abid Khan (07795460318)

Tuesday, February 26, 2008

Ayat Ayat Cinta (The Movie, 2008

Link ada di sini.

Category: Movies
Genre: Drama

Ayat-ayat Cinta (AAC, 2008) jadi film paling ditunggu kehadirannya di awal tahun ini. Ya, siapa tak penasaran melihat bagaimana novel laris itu diangkat jadi karya sinema. Mirip film Harry Potter yang kehadirannya selalu ditunggu untuk membuktikan mana yang lebih bagus, novel atau filmnya. Untuk kasus Harry Potter, pemenangnya—di mata saya setidaknya—adalah novel. Terus terang, saya tak bisa menikmati film-film Harry Potter. Lalu, bagaimana dengan AAC versi film?

Harus saya akui, saya belum baca novelnya. Maaf, meski sudah tahu kalau novelnya teramat laris, saya tak ikutan baca ”chicklit akhwat” ini. Jangan salahkan saya untuk hal ini, setiap orang bebas memilih bacaan yang disukainya toh. Jadi, untuk AAC saya tak berhak membandingkan antara film dengan novelnya. Tulisan saya hanya mengulasnya sebagai film. Titik.

Di awal film, kita dikenalkan pada tokoh Fahri (Fedi Nuril), mahasiswa Indonesia yang tengah belajar di universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Fahri digambarkan sebagai sosok sempurna (meski, kata yang sudah baca novelnya, sosok Fahri di novel lebih sempurna): tampan, taat ibadah, pintar, juga seorang aktivis kampus. Kontan saja, Fahri jadi idola. Banyak wanita mendambakan diri jadi pendamping hidupnya.

Wanita pertama bernama Nurul (Melanie Putria), putri tunggal seorang ustadz yang juga tengah menuntut ilmu di Al Azhar. Fahri dan Nurul sama-sama aktivis organisasi mahasiswa Indonesia di Mesir. Tentu saja, Nurul hanya bisa memendam rasa cintanya.

Wanita kedua bernama Maria (Carissa Puteri), seorang penganut kristen Koptik, tetangga Fahri di flat sempit di pojok Kairo. Maria hadir bagai dewi penolong buat Fahri dan kawan-kawan satu flatnya. Maria selalu ada saat Fahri butuhkan. Maria yang membantu Fahri menyelesaikan tugas akhirnya, mengirimi makanan dan sirup kesukaan Fahri.
Pada kedua wanita itu Fahri tak menaruh hati. Ia hanya menganggap mereka sekadar sahabat.

Wanita ketiga seorang perempuan teraniaya bernama Noura (Zaskia Adya Mecca). Ia kerap disiksa ayahnya, yang ternyata bukan ayah kandung dan berniat menjualnya menjadi pelacur. Suatu malam, Noura disiksa di luar flat Fahri. Bersama Maria, Fahri menyelamatkan Noura, menitipkannya ke rumah Nurul. Fahri berjanji mencari ayah kandung Noura. Diam-diam Noura juga jatuh hati pada Fahri. Ia mengirim surat cinta pada Fahri.

Syahdan, Fahri bertemu wanita keempat, seorang perempuan bule muslim bercadar. Namanya, Aisha, berdarah Jerman dan keponakan senior Fahri di Al Azhar (diperankan Surya Saputra). Aisha inilah pilihannya. Tapi bagaimana ia melmar Aisha? Kuliahnya belum lulus. Beruntung, Syaikh Ustman, gurunya di Al Azhar datang pada Fahri menawarkan untuk ber-taaruf dengan seorang wanita (taaruf artau perkenalan adalah cara Islam untuk mencari calon pengantin). Wanita itu ternyata adalah Aisha. Maka, menikahlah Fahri dengan Aisha.

Cerita tak berakhir di sini. Maria dan Nurul uring-uringan ditinggal pujaan hati. Bahkan Maria sampai sakit segala. Sedang Noura lebih ekstrim lagi: menuduh Fahri memerkosanya hingga hamil. Kontan Fahri dihadapkan ke meja hijau, dituntut hukuman mati. Drama di ruang pengadilan lantas menjadi sajian utama film. Aisha berusaha setengah mati membuktikan kalau suaminya tak bersalah. Maria yang tengah sakit jadi saksi kunci. Masalahnya, bagaimana menyadarkan Maria yang tengah sakit keras gara-gara merindu Fahri? Mudah saja: minta Fahri menikahi Maria.

Langkah ini membuat Fahri terbebas dari tiang gantung. Namun, membuatnya mengharuskannya menjalani poligami. Segala kekikukkan kehidupan poligami dijalani Fahri, Aisha yang tengah mengandung, dan Maria yang berangsur-angsur sembuh. Kita diajak tersenyum. Namun, tentu saja, film mesti berakhir. Dan bagaimana cara mudah mengakhiri film, membuat penonton keluar dari bioskop dengan perasaan senang karena telah melihat cinta sejati akhirnya menang? Saya tak ingin jadi spoiler. Yang pasti, kira-kira tak simpatik buat penonton kebanyakan bila filmnya berpihak pada poligami.

Hingga film berakhir, saya menikmati sajian yang disuguhkan Hanung Bramantyo, sang sutradara. Pada beberapa adegan, saya ikut terharu dan tersenyum. Namun demikian, tetap ada yang mengganjal saat menontonnya. Dan persoalannya bukan pada cerita maupun tingkah pemain utama. Melainkan pada tata artistik film. Lantaran film yang mestinya syuting di Mesir (sesuai novel aslinya) dipindah ke India dan Semarang. Bagaimana pun India dan Semarang bukan Mesir. Daerah kumuh Mesir tempat tinggal Fahri lebih mirip sudut kota di negara-negara Arab dalam film Aladdin. Universitas Al Azhar? Duh, buat saya malah lebih mirip kampus IAIN atau pesantren Gontor. Para mahasiswa di sana, lebih mirip para ikhwan dan akhwat di kampus-kampus negeri ini. Lalu, orang-orang Melayu yang disulap jadi Arab juga terasa mengganggu.

Dana sepertinya jadi soal utama di sini. Dan itu bukan salah Hanung, melainkan MD Entertainment selaku produser. Hanya saja, alangkah lebih bijak bila film ini tak dipaksakan untuk mengadopsi novelnya bulat-bulat. Dalam arti, bila dana jadi kendala, cukuplah film ini hanya mengadopsi kisah novelnya saja. Soal setting cerita, bisa dipindah ke Indonesia. Sesungguhnya, kisah AAC bisa saja dialami seorang ikhwan di Jakarta, Malang, atau Bandung.

Pembuat film AAC bisa berkaca pada Francis Ford Coppola yang memindahkan setting Afrika ke belantara Vietnam saat mengadaptasi novel The Heart of Darkness untuk dijadikan film Apocalypse Now (1979). Hasilnya, malah jadi film perang klasik. Atau, bisa pula berkaca pada Peter Weir saat membuat The Year in Living Dangerously (1982), film soal kemelut politik di tahun 1960-an dari kacamata wartawan Australia. Lantaran tak dibolehkan syuting di Indonesia oleh rezim Soeharto, Weir memindahkan lanskap Indonesia ke Filipina. Weir membuat film yang dari segi penceritaan bagus, namun buat orang Indonesia yang menontonnya tentu saja menemukan banyak kejanggalan. Indonesia yang diupayakan hadir tak nampak. Dari segi setting, film Pengkhianatan G30S PKI (1984) Arifin C. Noer malah lebih unggul.

Walhasil, ini semua saya kembalikan pada keberanian para sineas dan penulis novelnya. Sayang memang, saat mentok pada masalah dana, hal di atas tak jadi solusi.***

AYAT-AYAT CINTA (2008)
Sutradara: Hanung Bramantyo
Penulis: Salman Aristo dan Gayatri S. Noer
Pemain: Pemain: Fedi Nuril, Rianti Cartwright, Carissa Putri, Zaskia Adya Mecca, Melanie Putria

[20080222-EN] English Summary of Friday Sermon the Head of the Ahmadiyya Muslim Community

Salat (Prayers)

Summary of Friday Sermon

Delivered by Hadhrat Mirza Masroor Ahmadat, the Head of the Ahmadiyya Muslim Community

February 22 nd, 2008

NOTE: Alislam Team takes full responsibility for any errors or miscommunication in this Synopsis of the Friday Sermon

Huzur continued with the subject of Salat in his Friday Sermon today. He cited verse 19 of Surah Al Fatir (35:19), the translation reads:

‘And no burdened soul can bear the burden of another; and if a heavily laden soul call another to bear its load, naught of it shall be carried by the other, even though he be a kinsman. Thou canst warn only those who fear their Lord in secret and observe Prayer, And whoso purifies himself, purifies himself only to his own advantage; and to Allah shall be the return.’

Huzur said the commandment for Salat is fundamental and without it religion cannot be fulfilled. Indeed in the very beginning of the Holy Qur’an after faith in the ‘Unseen’ it is observance of Salat that is mentioned. In fact even before that in Surah Al Fatiha we pray to Allah saying: ‘You alone do we worship’.

Huzur said today he would further elucidate the merits of Salat in light of the Holy Qur’an, Hadith and the writings of the Promised Messiah (on whom be peace).

Huzur said he had thought of giving a discourse on another subject today but upon reflection and in light of reports from the Tarbiyyat secretary of UK and Sadr Lajna USA he felt it necessary to speak further on the subject of Salat. Huzur said just because he had mentioned UK and USA other countries should not consider that they have achieved the requisite standard of Salat, in fact the high standard of Salat that would bring satisfaction cannot been seen anywhere. Some office-holders express optimism with regard to observance of Salat whereas no undue optimism should be expressed in context of Salat unless every single Ahmadi is 100% firm on the requisites of Salat.

Huzur said while we are in a thankful frame of mind in terms of the Khilafat Centenary we should be most mindful of the key principle of belief (i.e. Salat) because Khilafat is only promised to those who have belief.

Commentating on the Quranic verse recited at the beginning Huzur said it draws the attention of those who fear their Lord in secret to stay alert with regards observance of Salat and try and keep the ‘self’ pure, they should never entertain the thought that indolence about Salat is acceptable. Huzur said all this is to make weak individuals like us heedful of the Hereafter and the fact that we all have to return to Allah – this would make us think about keeping the self pure and indeed the best way to keep the self pure is through observance of Salat.

Explaining the concept of ‘fear of God’ Huzur said it is like the fear of losing a dear one through making them unhappy. Such a feeling for Allah would encourage our love for Him and we will be that much more heedful not to incur His displeasure and we will be drawn towards observance of Salat. Otherwise, bai’at on its own is not a source of salvation.

The Holy Prophet (peace and blessings of Allah be on him) said that among the deeds of people the first accountability will be of Salat. Allah will ask His angels to see if His servant accomplished the Salat or left it incomplete. If the person has made any nafl (optional) worship it will be used to make up any deficiency in the fardh (obligatory) worship. Huzur said in light of this how critical it is for us to make arrangements for our Salat.

It is indeed a tremendous favour of Allah on the Ahmadis that having accepted the Promised Messiah (on whom be peace) we are now a Community which is strung together in a manner of a string of pearls, we have an appreciation of rising and sitting down at the gesture of a hand, then how much mindful should we be about something that generates discipline the most and something that will be of great avail to us even in the Hereafter?

Huzur read an extract of the Promised Messiah (on whom be peace) to signify the importance of Salat. The translation of this extract can be read on pages 308 -309 of Essence of Islam Vol. II.

Citing verses 23-24 of Surah Al Ma’arij (70:23) Huzur explained true believers are regular in their Salat and worldly matters are not a hindrance in their observance of Salat, these are the people who have high morals and this indeed is a sign of a true worshipper of God. Huzur said there are some who say their Salat regularly but their surroundings are not safe from them; indeed one should observe Salat with the intention to seek the pleasure of Allah. Huzur said it is a great blessing of Allah that we in the Community of the Promised Messiah (on whom be peace) have understood the true message of Islam as brought by the Holy Prophet (peace and blessings of Allah be on him), As for those who say their Salat with different intentions the Qur’an states in verses 5-7 of Surah Al Ma’un (107:5), the translation reads:

‘So woe to those who pray, But are unmindful of their Prayer. Those who show off.’

Huzur said certainly the Companions of the Holy Prophet (peace and blessings of Allah be on him) were not like this, therein is a warning for people to come. The Qur’an also states in Surah Al Nisa verse 143 (4:143) that those who seek to deceive Allah, He causes them to deceive themselves.

Huzur said we are fortunate that we are included in the ‘latter-ones’ who have been likened to the earlier ones. This tremendous blessing comes with a huge responsibility never to let observance of Salat slip, never to be deficient in fulfilling the rights of Allah and indeed the rights of His people. His favour in granting us guidance is immense and requires us to be extremely grateful and to turn to Him with absolute sincerity. Huzur said it is a matter of utmost gravity that not a single person among us should have the indolence that takes one away from faith and away from God.

Huzur read another extract from the noble writings of the Promised Messiah (on whom be peace) about the merits of Salat. The translation of this extract can be read on pages 295-297 of Essence of Islam Vol II.

Huzur cited verses 2 & 3 of Surah al Mumi’nun (23:2) and said that the thing to remember is the Salat is the first rung of success for a true believer in every sense. This is conditional to the fact that Salat is offered with complete sincerity only for Allah, to seek His nearness as well as His blessings and pleasure, which indeed is the true objective of the existence of man. Huzur also cited verse 133 of Surah Ta Ha (20:133).

Huzur read further extracts from the august writings of the Promised Messiah (on whom be peace) elucidating the merits and significance of Salat in a most eloquent manner.

In conclusion Huzur said these are the high standards of Salat that we do not simply have to attain and be regular at, rather every fibre of our being and our very soul should turn to Allah and prostrate to Him and our hearts should make entreaties that take us close to Allah, that bring about a revolutionary change that reflects the pleasure of the One God. May Allah make us experience all this.

Religious intolerance and discrimination an ongoing concern

FOR IMMEDIATE RELEASE
February 21, 2008
ALRC-CWS-07-003-2008

A written statement submitted by the Asian Legal Resource Centre to the 7th session of the UN Human Rights Council

INDONESIA: Religious intolerance and discrimination an ongoing concern

Under Article 29, the Constitution of Indonesia guarantees "all persons the freedom of worship, each according to his/her own religion and belief." Despite this constitutional guarantee, as has been mentioned in an earlier submission (1) by the Asian Legal Resource Centre (ALRC), religious minorities in Indonesia continue to suffer multiple forms of discrimination. The government, for its part, has failed to protect their constitutional rights. Worse still, by its reluctance to take appropriate action to punish the perpetrators of related crimes, the State has tacitly allowed various forms of religious discrimination and attacks to continue. As the freedom of religious belief and expression is a fundamental human right that is linked to many other rights, violations of this right are interlinked with those of other rights, all of which in turn relate to the failure of the rule of law in Indonesia.

The ALRC continues to receive information concerning numerous violent attacks on religious minorities in Indonesia. The ALRC has been making repeated submissions concerning the violations of religious freedom since 2005, yet there is no indication of any attempt by the State to address this issue.

The religious leaders in Indonesia that met in December 2007 to discuss ongoing threats to religious pluralism in the country were of the view that the government has allowed and even endorsed violent acts against certain religious groups.

Despite being a State Party to the Universal Declaration of Human Rights (UDHR), no definite stand has been taken against religious discrimination. The ALRC recalls that Article 18 of the UDHR proclaims that: "Everyone has the right to freedom of thought, conscience and religion; this right includes freedom to change his religion or belief, and freedom, either alone or in community with others and in public or private, to manifest his religion or belief in teaching, practice, worship and observance."

In January 2008, the Muslim Lawyers Team (TPM) and several Islamic organizations vowed to send a letter to the President requesting that the Ahmadiyah sect be banned, and that failing which, lawsuits will be filed at regional courts across the country.

Since the issuing of an edict by the Indonesian Council of Ulamas branding Ahmadiyahs as being heretics in November 2005, there have been a number of attacks on their places of worship and prayer, in addition to attacks on members of the sect. Several cases of attacks that were reported to the police went unheeded. This inaction on the part of the law enforcement authorities has been interpreted as approval, thus resulting in increased violence and the attempt by a number of Muslim groups to force the President to ban the sect.

On December 18th, Ahmadiyah followers in Kuningan, West Java were attacked by about a thousand people, leading to three people being wounded, two mosques being destroyed and eight houses of Ahmadiyah followers being damaged.

In a recent incident at least 49 people who attacked a mosque and houses belonging to the Ahmadiyah sect in Argapura district in Majalengka Regency, West Java, have surrendered to the police due to the intervention of the Indonesian Ulema Council. There is, however, uncertainty regarding the commitment of the police to prosecute them according the Article 170 of the Criminal Procedure Code for causing damage and violence.

Adding insult to injury, it was reported in mid-December that the government has established a monitoring team to supervise the controversial Ahmadiyah sect. After a series of attacks on the group and its properties, the sect was compelled to issue a statement containing a "12 point explanation," which also included the acknowledgement of Muhammad as the final prophet. Thus, instead of providing the freedom of belief and practice, the State intervened to impose the religion of the majority and further created a monitoring team to make sure that its will is adhered to.

Indonesia's Christian community has also suffered from repeated attacks from 2005 until the present. In one reported incident, about 30 self-appointed Islamic vigilantes are alleged to have raided a house that was suspected of being a Christian place of worship, in CiteureupVillage, Bandung in the Indonesian province of West Java, on Monday 19th November, 2007. The owner of the house, Ranto Gunawan Simamora, reportedly told reporters that dozens of people raided the house and went directly to the living room, which is normally used for Christian gatherings and worship.

In a separate incident in early October, residents and officials of Tambora in West Jakarta prevented Catholics from holding services in a 40-year-old church located there.

On September 2, a house that was used as a church in the Pondok Sukatani Permai housing estate, Sukatani, Tangerang, Western Java, was damaged in an attack by about 300 Muslims. One report states that about 200 people were in the house attending a regular Sunday service when a crowd of 300 surrounded the church and demanded that the service stop. When parishioners refused, the mob threw rocks and pieces of wood at the house, slightly injuring both the 50-year-old pastor, Jao Lolok Pasaribu, and a 36-year-old churchgoer, P. Panjaitan, in the head.

The Asian Legal Resource Centre would like to reiterate the recommendations that it has made previously and call on the Human Rights Council to remind the Government of Indonesia of its obligations under the International Covenant on Civil and Political Rights to respect the freedom of belief, worship and the right to redress of victims in case of violations, as envisaged under by Article 2 of the Convention, given the unwillingness on the part of the government to address the issue to date. Moreover, the government must create an effective inter-religious body with a mandate to conduct investigations and give recommendations to the prosecutor general to take legal action against perpetrators of abuses, where necessary, as well as on how to revise legislation that runs contrary to the right to the freedom of religion. The Human rights Council should take all steps necessary to engage the Government of Indonesia in tackling these concerns and the ALRC sincerely believes that its input could lead to positive developments that would help to reverse the serious decline in the enjoyment of religious freedom in Indonesia in recent times.[]

------

Footnote:

1 Please see the ALRC submission to the 62nd session of the Commission on Human Rights at: http://www.alrc.net/doc/rtf/chr62/ALRC-11e-Religious_intolerance_in_Indonesia.rtf

# # #

About the ALRC: The Asian Legal Resource Centre is an independent regional non-governmental organisation holding general consultative status with the Economic and Social Council of the United Nations. It is the sister organisation of the Asian Human Rights Commission. The Hong Kong-based group seeks to strengthen and encourage positive action on legal and human rights issues at the local and national levels throughout Asia.

Sunday, February 24, 2008

Stroke

STROKE: Remember The 1st Three Letters....S.T.R.

STROKE IDENTIFICATION: During a BBQ, a friend stumbled and took a little fall - she assured everyone that she was fine (they offered to call paramedics) ... she said she had just tripped over a brick because of her new shoes.

They got her cleaned up and got her a new plate of food. While she appeared a bit shaken up, Ingrid went about enjoying herself the rest of the evening.

Ingrid's husband called later telling every one that his wife had been taken to the hospital - (at 6:00 pm Ingrid passed away.) She had suffered a stroke at the BBQ. Had they known how to identify the signs of a stroke, perhaps Ingrid would be with us today. Some don't die.... they end up in a helpless, hopeless condition instead.

A neurologist says that if he can get to a stroke victim within 3 hours he can totally reverse the effect s o f a stroke...totally. He said the trick was getting a stroke recognized, diagnosed, and then getting the patient medically cared for within 3 hours, which is tough.

RECOGNIZING A STROKE
Remember the '3' steps, STR.

Sometimes symptoms of a stroke are difficult to identify. Unfortunately, the lack of awareness spells disaster. The stroke victim may suffer severe brain damage when people nearby fail to recognize the symptoms of a stroke.

You can recognize a stroke by asking three simple questions:

S *Ask the individual to SMILE.
T *Ask the person to TALK and SPEAK A SIMPLE SENTENCE (Coherently) (i.e. It is sunny out today)
R *Ask him or her to RAISE BOTH ARMS.

If he or she has trouble with ANY ONE of these tasks, call 911immediately and describe the symptoms to the dispatcher.

New Sign of a Stroke -------- “Stick out Your Tongue “

Ask the person to 'stick' out his tongue.. If the tongue is 'crooked', if it goes to one side or the other, that is also an indication of a stroke.

If everyone who reads this mail sends it to a few people; you can bet that at least one life will be saved.[]

Naruto Manga Chapter 390 by Binktopia

Naruto Chapter 390 of the Naruto Manga has been released by Binktopia, and is available for download. Enjoy the release!

Link: www.narutochaos.com/news/362

Friday, February 22, 2008

KEBENARAN Missi Islam Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s.

SARIPATI/Kutipan Khotbah Jumat Imam Jemaat Islam Ahmadiyah Sedunia Sayyidina Hadhrat Amirul Mukminin Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba. Tanggal 8 Februari 2008 (1 Shafar 1429)

“KITA yang beriman kepada Allahswt., apa perlunya kita merasa takut terhadap kesulitan² ataupun ancaman² mereka yang sifatnya sementara ini?”

SETELAH mengucapkan dua kalimah syahadat, taawud dan tilawat Alquran Karim Surah Al-Fâtiĥah (QS 1:1-7), Hudhur (Hadhrat Khalifatul Masih V) atba. mengawali khotbah dengan mengutip sabda-sabda Pendiri Suci Jemaat Ahmadiyah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad—Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s..

KONTINUITAS Berdoa--Dalam setiap doa-doa yang yang kita panjatkan, terdapat keistimewaan dan hal-hal yang mengesankan sekali ketika cobaan-cobaan keimanan timbul. Sesungguhnya, Tuhan dapat kita kenal melalui doa-doa. Ini asas yang mendalam untuk kita pahami oleh setiap orang yang beriman atau mukmin sejati. Tanpa kontinuitas atau merundukkan hati dan berdoa ke haribaan Allah swt., pengakuan diri sebagai mukmin sungguh tiada arti.

Memang, inilah yang sekarang harus menjadi keistimewaan setiap Muslim Ahmadi. Bahkan, pada hari-hari keadaan sedang aman dan tenteram, kita harus senantiasa banyak berdoa bahwa Dia-lah sumber segala kekuatan. Dengan memiliki rasa takut (baca: “cinta”) di dalam hati kepada-Nya, maka kita akan termasuk di antara para mukmin sejati.

Dan ketika ujian keimanan tiba atas kita, maka iman kita semakin kokoh dari sebelumnya. Bahkan, semakin melompat setinggi-tingginya. Kita akan lebih giat dari sebelumnya meraih keridaan Allah swt..

Timbulnya cobaan dan tantangan-tantangan yang sifatnya sementara, mestinya jangan membuat hati gentar. Justru, menambah semakin giat beribadah kepada Allah swt.. Inilah revolusi agung yang telah Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. bangkitkan pada jiwa setiap Muslim Ahmadi. Selama keadaan kita tetap bersiteguh, maka kita akan terus-menerus menjadi pewaris karunia-karunia Allah swt..

Antara berdoa dan terkabulnya doa, kadang timbul cobaan berturut-turut. Bahkan timbul demikian keras hingga hampir mematahkan semangat. Namun, bagi yang tetap teguh dan sabar menghadapi cobaan-cobaan dan kesulitan-kesulitan, kita dapat mencium aroma pertolongan Allah swt. dan dapat menyaksikannya. Setelah itu barulah pertolongan Tuhan turun.

Salah satu rahasia yang terkandung dalam turunnya cobaan-cobaan pada waktu itu ialah, untuk memicu supaya kita tambah semangat berdoa. Sebab, semakin keras kegelisahan dan ketegangan rasa dalam berpikir, semakin keras pula kekhusyukan ruhani timbul terus-menerus. Hal itu menjadi salah satu sarana terkabulnya doa. Jadi, janganlah sekali-kali merasa cemas, jangan berprasangka buruk terhadap Tuhan dengan menunjukkan perangai kegelisahan dan ketidaksabaran. Sekali-kali, jangan berpikir tentang ketidakterkabulan doa. Prasangka demikian bisa menjadi sebab hilangnya keyakinan bahwa Tuhan adalah Zat Pengabul doa-doa.

KEDENGKIAN Para Penentang--Pada beberapa negara dunia, sudah mulai timbul gerakan usaha untuk melawan dan menyusahkan Jemaat Ahmadiyah. Langsung-tidak langsung, sedang disusun rencana-rencana untuk menyerang Ahmadiyah. Ini merupakan api kedengkian yang sedang dikobarkan orang-orang, golongan-golongan maupun pemerintah negara-negara tertentu. Luapan kedengkian ini mulanya banyak berkobar pada zaman Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang timbul dari dalam maupun luar, baik dari kalangan muslim sendiri maupun non muslim.

Jika timbul dari pihak non muslim, tiada lain karena sejak zaman Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mereka tidak dapat menahan rasa dengki akibat kemajuan-kemajuan Islam yang diusung Jemaat ini, yang akan memenangkan di atas agama-agama lain. Dan bila hal ini timbul dari pihak orang-orang muslim sendiri dan dari pemimpin-pemimpin Islam serta dari kaum ulama, mereka merasa takut jangan-jangan kedudukan dan kekuasaan mereka hilang. Mereka takut umat mereka akan lari dari mereka kemudian masuk ke dalam Jemaat ini. Dan untuk menyelamatkan posisi dan kedudukan mereka, terpaksa bertekuk lutut dan menyembah-nyembah di hadapan orang-orang non muslim waktu itu untuk meminta bantuan. Perbuatan seperti mereka itu tidak dianggap aib oleh mereka. Semoga Allah swt. memberi akal kepada mereka dan mengasihani mereka.

SALING Mendoakan--Dengan penentangan-penentangan yang mereka lancarkan, akibatnya berbalik, tindakan-tindakan itu merugikan mereka sendiri. Takdir Allah swt. ini hendak mereka lawan. Tentu, mereka sendiri yang akan hancur binasa. Dengan penuh rasa simpati kita terhadap mereka yang masih berpegang kepada kalimah tayyibah, kita harus mendoakan mereka supaya mendapat hidayah.

Perihal kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Allah swt. dalam QS [Al-Jumu’ah] 63:4 dengan tegas menyebutkan diri-Nya adalah Zat Yang Maha Perkasa Yang telah mengutusnya. Tidak ada seorangpun yang akan mampu menghalang-halangi pekerjaan-Nya ini. Allah swt. adalah Maha Bijaksana. Dia telah memutuskan bahwa mutiara ajaran Islam hanya dapat diraih dengan jalan menggabungkan diri dengan jemaah Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud. Sehubungan dengan tugas kita untuk menyampaikan amanat ini kepada dunia, sangat diperlukan banyak-banyak doa untuk menghadapi perbuatan dengki dan makar dari para penentang, berdoa untuk melepaskan diri dari berbagai macam kesulitan yang menjadi cobaan bagi kita.

Di negara-negara mana pun yang sedang melakukan kezaliman terhadap warga Muslim Ahmadi, kita harus banyak-banyak memanjatkan doa untuk kekuatan iman mereka di sana. Kita rundukkan kepala di haribaan Allah swt. sambil memanjatkan doa dan menangis di hadapan-Nya sedemikian rupa, sehingga dapat segera kita saksikan kemenangan-kemenangan dan kemakbulannya. Di seluruh dunia mana pun warga Ahmadi berada, yang sedang dalam keadaan aman dan tentram, tidak ada gangguan dan perlawanan apa pun yang menyusahkan, harus banyak memanjatkan doa untuk Saudara-saudara Ahmadi mereka yang sedang dalam kesusahan. Sebab, hadis Hadhrat Nabi Besar Muhammad-mustafa Rasulullah saw. menerangkan keistimewaan para mukmin laksana sebuah tubuh yang jika terdapat bagian darinya sakit, maka seluruh badan akan merasakan sakit.

Jadi, siapapun dari antara saudara Ahmadi kita yang sedang menanggung kesusahan, kita anggap hal itu menjadi kesulitan kita. Bahkan, perasaan hati orang-orang Ahmadi begitu sensitif—dan memang harus demikian. Siapa pun di antara manusia yang sedang menanggung kesusahan, mereka harus sama-sama merasakan. Apabila dengan perasaan hati luluh kita panjatkan doa bagi mereka agar segera terlepas dari percobaan dan kesusahan yang sedang menimpa, maka pasti Tuhan akan mendengar doa-doa kita sehingga Dia akan menjauhkan semua kesusahan dan keprihatinan mereka.

GERAK Tumbuh Jemaat--Para penentang Ahmadiyah mengira, segala perlawanan dan anarkisme yang mereka lakukan akan menghambat dan menghalangi kemajuan Ahmadiyah. Padahal, jika Ahmadiyah sebuah jemaah ciptaan manusia, ia sudah hancur binasa sejak sejak ratusan tahun yang lalu dengan taufan perlawanan yang terus berjalan tanpa henti. Timbulnya serangan-serangan yang hebat oleh pihak penentang Jemaat Ahmadiyah di Pakistan, telah menjadikan Jemaat di sana semakin tumbuh subur, berbunga dan semakin berbuah dengan lebat lebih hebat dan lebih banyak dengan cepat dari waktu ke waktu.

Seharusnya, kita tidak perlu pusing bahwa segala penentangan pihak lawan menjadi tantangan bagi perkembangan dan kemajuan Jemaat Ahmadiyah. Di Pakistan sedang hangat berbagai usaha menentang Jemaat. Bahkan, tak segan-segan mereka memperkarakan Jemaat dengan tuduhan dusta ke pengadilan.

Beberapa hari yang lalu, seorang anak Ahmadi berumur tiga belas tahun dibawa ke pengadilan oleh seorang polisi terkait laporan seorang maulwi (kyai atau mubalig) kepada polisi bahwa anak itu telah memukuli seorang maulwi lain. Sedangkan maulwi yang katanya telah dipukuli itu justru menolak bahwa ia tidak pernah dipukul oleh anak itu. Nyatalah bahwa tindakan maulwi itu semata-mata perbuatan biadab yang dibuat-buat, sehingga katanya, orang itu telah dipukuli sampai babak-belur, sehingga ia harus masuk rumah sakit. Seorang maulvi muda yang kuat bagaimana dipukuli oleh seorang anak tiga belas tahun sampai babak belur dan tidak melawan. Maksud kejadian buat-buatan ini, tiada lain agar ditimbulkan rasa takut sedemikian rupa di dalam benak generasi mendatang, yakni jika anak ini tetap bertahan juga sebagai orang Ahmadi, jangan sampai dia menjadi orang yang aktif.

Mereka berpikir, jelas Hudhur atba., bahwa dengan cara menutup izin mengadakan Jalsa Salana dan melarang kegiatan-kegiatan tarbiyat Jemaat lain bagi para pemuda yang biasa diselenggarakan di Rabwah, telah berhasil untuk melemahkan Ahmadiyah sehingga mereka menjadi pasif tidak memiliki kegiatan apa pun. Pikiran mereka, jika kekerasan seperti itu ditingkatkan lagi, maka tarbiyyat pemuda Ahmadi menjadi mundur dan lemah, akhirnya mereka akan menjauh dari Jemaat.

WAHAI Para Pemuda Ahmadiyah!--Sebetulnya, orang-orang yang buta akal seperti itu tidak tahu bahwa pelita yang Tuhan nyalakan sendiri, tidak mungkin akan padam dengan tiupan mulut mereka. Banyaknya surat-surat yang datang setiap hari kepada Hudhur atba. dari para pemuda Ahmadi kita di Pakistan membuktikan, bahwa perasaan mereka larut dalam keikhlasan dan kesetiaan. Pemuda Ahmadi tersebut telah memenuhi janji-janji mereka yang setiap saat bersedia mengorbankan jiwa raga, harta waktu dan kehormatannya untuk tetap berdirinya Khilafat Ahmadiyah—selama-lamanya. Sesungguhnya, para penentang Jemaat tidak akan mampu menghambat atau membendung pekerjaan kita.

Barangsiapa memiliki ikatan dengan Khilafat, sesungguhnya dikarenakan telah mengikat hubungan dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Dan timbulnya hubungan dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s., disebabkan adanya hubungan dengan Hadhrat Rasulullah saw.. Sedangkan Hadhrat Rasulullah saw. adalah zat perantara untuk sampai kepada Allah swt.. Maka, sebagai orang-orang yang mempunyai hubungan erat dengan Allah swt. dengan iman yang sangat kokoh-kuat kepada-Nya, apakah ancaman-ancaman dan teriakan-teriakan seperti suara keledai itu mampu membuat para mukmin takut dan gentar? Tidak! Sama sekali tidak!

Maka, cetus Hudhur atba., “Wahai para pemuda Ahmadiyah! Jalinlah terus hubungan dengan Allah swt. seerat mungkin. Sebab, itulah karakteristik seorang pemuda Ahmadiyah! Itulah keistimewaan seorang lelaki Ahmadi! Itulah keistimewaan seorang wanita Ahmadi! Inilah keistimewaan seorang anak Ahmadi!”

Demikian pula, lanjut Hudhur atba., di India tempat umat Islam sebagai mayoritas, para mullah atau maulwi-maulwi di sana, melakukan tindak kekerasan dan kezaliman terhadap warga Ahmadi. Nama saja orang-orang Islam, seorang pun di antara mereka tidak ada yang tahu sembahyang dan tidak pula tahu mengucap dua kalimah syahadat, apa lagi membaca Kitab Suci Alquran, mereka buta sama-sekali. Mereka hanyalah tahu mengatakan “Kafir, Non Muslim!” terhadap warga Ahmadi. Di sana mereka menyebarkan ancaman-ancaman kepada para Mubalig kita.

Hudhur atba. menghimbau kita agar jangan berhenti. Kita harus terus bekerja, melaksanakan yang telah Allah swt. wajibkan kepada kita. Kita tundukkan kepala kita di hadapan Allah swt., berdoa kepada-Nya menghadapi semua tantangan mereka. Semoga Allah swt. menempatkan kita semua di bawah naungan perlindungan-Nya.

GELIAT Kemajuan Jemaat Ahmadiyah Indonesia--Sekarang ini, dengan semakin meningkatnya penentangan yang gigih terhadap Ahmadiyah, sebenarnya dipicu oleh berkobarnya api dengki dan kecemburuan sosial yang menyembur dari dalam hati yang sudah sangat panas. Menurut anggapan mereka bahwa dengan genapnya seabad Khilafat Ahmadiyah semenjak kewafatan Hadhrat Masih Mau’ud a.s., Jemaat ini sudah hampir mau dihancurleburkan. Namun sekarang, kata mereka, Ahmadiyah malah akan mengadakan pesta seratus tahun berdirinya Khilafat Ahmadiyah. Jadi hati mereka semakin gerah hampir meletup kepanasan. Dengan adanya perlawanan yang bertubi-tubi, memberikan bukti nyata kepada kita bahwa Jemaat Ahmadiyah, dengan karunia Allah swt., sedang berderap maju di atas jalan kemajuan dan kejayaan.

Kemudian Hudhur atba. membahas derap kemajuan Jemaat di Indonesia, bahwa sejak beberapa tahun lalu, para penentang Jemaat Ahmadiyah mengadakan serangan dan kezaliman sangat keras. Banyak rumah-rumah Ahmadi dijarah, mesjid-mesjid dihancurkan dan dibakar. Pemerintah daerah setempat mendukung ulama dan pemimpin umat karena takut kepada mereka karena melihat pengaruh mereka. Dengan keadaan pemerintah daerah yang mulai menentang Jemaat dan disebabkan pemerintah daerah di sana telah memberi berbagai macam peringatan terhadap Jemaat kita, pemerintah pusat turun tangan mencarikan titik temu permasalahan mereka.

Lanjut Hudhur atba. bersabda, pemerintah mengeluarkan semacam perjanjian bersama yang beberapa hari kemudian isi perjanjian itu dimuat pada dalam surat-surat khabar, namun tidak semuanya. Sebagian dimuat, sebagian ditinggalkan. Karenanya, perjanjian itu tidak dapat dipahami sempurna.

Hudhur atba. melukiskan bagaimana berita-berita yang diplintir dalam surat-surat khabar dapat dijumpai di dalam internet juga sehingga beberapa Ahmadi yang tidak mengetahui keadaan, menyatakan tidak tahu permasalahan sebenarnya kepada beliau.

Lebih lanjut beliau atba. mengemukakan bahwa para Ahmadi itu mengatakan bahwa untuk menghapus fitnah ini jika harus mempercayainya juga, tidak ada halangan apa-apa. Mereka tidak tahu pasti tentang itu. Mereka tidak tahu jalan yang mana yang baik untuk diikuti. Sehingga, para Ahmadi menghubung-hubungkannya dengan sejarah Islam mengenai Perjanjian Hudaibiyah bahwa perkataan ‘Rasul Allah’ dihapus dalam perjanjian.

Hudhur atba bersabda bahwa Hadhrat Rasulullah saw. sendiri yang menghapus perkataan ‘Rasul Allah’ dengan tangan beliau sendiri. Beliau saw. bersabda, “Mereka tidak percaya bahwa saya seorang Rasul Allah. Oleh sebab itu, saya hapus perkataan itu!” Akan tetapi, orang-orang yang percaya kepada beliau sebagai Rasul Allah, tidak berani berbuat apa-apa. Sedangkan, Hadhrat Rasulullah saw. tidak mengeluarkan sembarang perintah melakukan hal itu karena memahami perasaan mereka.

KEDUDUKAN Mahdi dan Almasih Mutlak!--Jadi, tegas Hudhur atba., bukanlah pekerjaan kita melakukan kemunafikan atau menunjukkan kelemahan iman dan membuat suatu keputusan yang merendahkan kedudukan Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. demi menyenangkan hati mereka. Kita menganggap dan mempercayai Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani a.s. sebagai Masih Mau’ud-dan-Mahdi Ma’hud.

Jika kita melepaskan diri dari pendirian ini, maka sedikitpun kita tidak mempunyai nilai dan hakikat apa pun di sisi Tuhan. Keindahan kita terletak pada kedudukan sebagai Anggota Jemaah Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. dengan penuh keyakinan. Beliau a.s.-lah yang telah melenyapkan kegelapan menuju cahaya terang-benderang.

Pendirian dan pendakwaan kita di zaman kegelapan ini adalah: Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. telah membukakan pintu rahasia dan hakikat kalimah toyyibah dan kalimah syahadat kepada kita. Dan telah menyinari kalbu-kalbu kita dengan nur sejatinya.

Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s.-lah yang telah mengajarkan kepada kita cara-cara berjumpa dengan Allah swt. sesuai yang Alquran Karim ajarkan. Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. adalah Pecinta-sejati Hadhrat Rasulullah saw.. Beliau a.s.-lah yang telah mengajar kita untuk larut dalam kecintaan terhadap Nabi Suci Muhammad saw..

Dalam sebuah hadis disebutkan tentang panggilan Hadhrat Rasulullah saw. kepada Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. dengan kata “Mahdi kami”. Karena itu, akankah kita tinggalkan sebut beliau sebagai Almasih dan Imam Mahdi hanya disebabkan timbulnya kesusahan sedikit saja atau karena hanya untuk menyenangkan hati mereka—yang menamakan diri ulama?

PENJELASAN 12 Butir PB JAI, Titik Temu--Hudhur atba. mengajak kita berpikir apakah kita harus menyebut nama beliau dengan nama yang lain. Sedangkan, Almasih-dan-Mahdi yang ditunggu-tunggu itu telah datang dan sempurna dengan tanda-tandanya yang dijanjikan dan pendakwaannya sudah diumumkan dan semua tuntutan situasi dunia telah terpenuhinya. Setelah menyaksikan itu semua, disebabkan takut kepada ancaman manusia, walaupun Rasulullah saw. telah memberi nama kepada wujud yang ditunggu-tunggu itu dengan “Masih-dan-Mahdi”, akan tetapi demi menyenangkan hati orang-orang duniawi, sekalipun kita telah lama menggabungkan diri dengan orang-orang yang telah beriman kepada beliau, kita harus menyebut nama beliau dengan nama yang lain?

Dan sebagai imbalannya, apakah dengan begitu mereka (penentang Jemaat) akan membatalkan rencana serangan yang akan mereka lakukan kepada kita? Apakah dengan memberi nama selain “Masih dan Mahdi”—setelah menyaksikan terjadinya terjadinya tanda agung gerhana bulan dan matahari—akan menganggap sesuai nama itu? Ataukah—na’ûdzubi`l-Lâh—Allah swt. telah memberi kesaksian dusta? Apakah kita harus menyatakan dusta kepada nubuatan Alquran Karim yang telah sempurna pada zaman ini? Apakah di satu pihak setelah kita bai’at kepada beliau, mempercayai beliau sebagai Utusan Allah swt., di pihak lain lagi kita menganggap tidak benar kepada ilham beliau a.s. di mana Allah swt. telah memberi khabar suka bahwa sesungguhnya Masih Mau’ud dan Mahdi Mas’ud yang ditunggu-tunggu adalah beliau sendiri? Padahal firman lanjutannya mengatakan agar kita janganlah menjadi peragu.

Berdasarkan semua perkara yang telah Hudhur atba. uraikan di atas, masihkah kita dapat dikatakan sebagai warga Ahmadi? Ingkar kepada Masih dan Mahdi tentu menjadi ingkar kepada Ahmadiyah juga. Dan tidak akan ada seorang Ahmadi pun yang sanggup memikul tanggung-jawab seperti itu.

Berbicara fakta, Hudhur atba. bersabda bahwa “Perjanjian bersama”—demikian beliau atba. menyebutnya—yang telah ditandatangani kedua belah pihak antara Pemerintah dan warga Ahmadi yang telah dimuat di dalam surat-surat kabar, telah memberi kesempatan kepada orang-orang Ahmadiyah Lahore juga ikut gaduh dalam pertentangan itu. Di kalangan mereka timbul pula emosi perlawanan dan tuduhan palsu sehingga perkara yang sudah basi pun dimunculkan kembali. Mereka telah menerbitkan berita bahwa orang-orang Ahmadiyah [Qadian] sudah merubah pendirian mereka. Yang dimaksud mereka tiada lain bahwa mereka merasa telah menang dalam pernyataan palsu mereka, dan mengatakan: Sekarang, orang-orang Ahmadi Qadiani juga sudah mengakui—na’udzu bi`l-Lâh—bahwa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bukan Nabi, melainkan Mujadid dan Mursyid saja.

KESAKSIAN Hudhur atba. Tentang Warga JAI--Mengapa perkara itu timbul? Pertama, Hudhur atba. menjelaskan, karena Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang telah mengirim sebuah Tim untuk mengadakan titik temu dengan Pemerintah Republik Indonesia. Di dalam hati para Tim, sedikitpun tidak ada pikiran untuk mengingkari Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani a.s. sebagai Almasih Yang Dijanjikan, Imam Mahdi atau Nabi. Dan seorang anggta pun tidak akan ada yang berpikir seperti itu.

Dengan karunia Allah swt., Jemaat Indonesia dari segi keikhlasan dan kesetiaan merupakan sebuah Jemaat yang maju dan salah satu Jemaat paling terdepan. Pengurbanan harta dan jiwa-raga yang mereka serahkan demi Jemaat menunjukkan bukti nyata atas keikhlasan dan kesetiaan mereka terhadap Jemaat. Tidak nampak sedikitpun kekurangan di dalam keikhlasan dan kesetiaan mereka!

Jadi, jelas Hudhur atba., hal ini merupakan tuduhan yang salah terhadap Jemaat Indonesia dan memang tuduhan pasti akan terus ada jika mereka telah menunjukkan kelemahan iman demi mendapatkaan faedah yang sifatnya sementara. Pernyataan yang telah ditandatangani yang telah diambil oleh Pemerintah, di dalamnya terdapat beberapa bagian yang susunan perkataannya tidak jelas.

Dengan isi-isi pernyataan 12 Butir itu, tegas Hudhur atba., tidak berarti bahwa seorang Ahmadi telah menunjukkan kelemahan iman. “Sehingga, tidak ada satu pun tuduhan terhadap seorang Ahmadi bahwa ia telah menunjukkan kelemahan iman!” Beliau pun, maksud Hudhur atba. adalah Amir Nasional JAI, telah menjelaskan pernyataannya demikian di hadapan saya baik dalam pesannya yang dikirim kepada saya maupun dalam surat yang dikirim. Tetapi, pasti dan jelasnya memang tidak dicantumkan perkataan Masih dan Mahdi. Sehingga, para wartawan mendapat peluang untuk memutar balik fakta, kemudian hasil rekayasa mereka itu dimuat di dalam media surat kabar yang sedikitpun pendapat mereka seperti itu tidak terlintas di dalam pikiran seorang Ahmadi. Bagaimanapun, orang-orang dari Ahmadiyah Lahore telah mengambil kesempatan untuk memetik berita itu lalu disulut dan dibesar-besarkan.

SERUAN Kepada Ahmadiyah Lahore--Ketika telah saya uraikan dengan jelas di dalam Khotbah Jumat yang lalu dan pendirian kita pun telah dimuat di dalam surat-surat kabar. Namun, masih juga para Ahmadiyah Lahore bersikeras dan membuat kegaduhan, sehingga mereka menelepon Sekretaris Pers kita di London sambil mengatakan “Sampai sekarang kami belum juga merasa jelas tentang pernyataan yang masih semrawut itu.”

Sesungguhnya, mereka tidak akan merasa puas kecuali jika Tuhan berhendak memuaskan mereka. Jika mereka tidak mau mendengar dan bersedia menerima pendapat seseorang, maka manusia tidak akan memuaskan mereka. Bagaimanapun apa yang hendak kita jelaskan, sudah kita jelaskan kepada mereka.

Kepada Ahmadiyah Lahore, Hudhur atba. menyerukan agar mereka takutlah kepada Tuhan. Mereka harus mempelajari nubuwatan-nubuwatan Hadhrat Rasulullah saw.. dan menekuni baik-baik ilham-ilham Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s..

Kemudian, Hudhur atba. mengajak mereka bermuhasabah diri apakah hujah Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. ada pada mereka, apakah mereka tengah melangkah menuju kemajuan-kemajuan yang telah dijanjikan, apakah dengan menganggap ‘Anjuman’ lebih tinggi kedudukannya dari pada Khilafat, mampukah mereka memancangkan panji-panji Islam di bawah bendera Ahmadiyah ke seluruh dunia, apakah mereka telah berusaha mengibarkan panji-panji itu dengan penuh tanggung jawab, atau apakah mereka mendapat bagian dari keimanan terhadap Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani sebagai Masih Mahdi maupun Nabi, apakah mereka mengakui kebenaran Nizam Khilafat sesudah beliau a.s.?

Sedangkan, ujar Hudhur atba. lebih lanjut, banyak orang yang telah berbaiat kepada Nizam Khilafat, telah mampu menyebarkan amanat Ahmadiyah sebagai Islam hakiki hingga 189 negara di dunia. “Apa yang telah Anda lakukan? Apakah kesaksian Tuhan secara amaliah tertumpu kepada orang-orang yang beriman kepada beliau sebagai Nabi ataukah kepada orang-orang yang beriman kepada beliau hanya sebagai Guru atau sebagai Mursyid atau sebagai Mujadid saja?

Maka, Hudhur atba. kembali berseru, “Sekarang dengan perasaan takut kepada Tuhan, akhirilah ‘perpisahan’ ini sampai di sini. Dan tengoklah, bagaimana sabda Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. tentang diri beliau sendiri. Anda-pun menerbitkan buku-buku beliau, mencetaknya juga dan mendapat taufik untuk membacanya juga dan mendapat taufiq untuk memahaminya juga.” Hudhur atba. meminta agar mereka membuka Alquran dan bacalah sendiri bagaimana firman Allah swt. tentang orang-orang yang beriman kepada sebagian dari padanya dan mengingkari sebagian lagi dari padanya.”

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sendiri pernah bersabda, tidak menjadi syarat bahwa untuk membuat nubuatan harus menerima khabar dari Tuhan. Dan tidak menjadi syarat bahwa untuk menjadi Nabi harus ada syariat. Hanya dengan perantaraan kecintaan sejati kepada Tuhan, pintu hal-hal gaib akan terbuka.

SUMPAH Pendakwaan--Apabila Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. sampai saat ini telah menerima 150-lebih nubuatan dari Tuhan dan telah menyaksikan dengan jelas kesempurnaannya dengan mata kepala sendiri, maka bagaimana beliau a.s. bisa menolak bahwa diri beliau disebut Nabi atau Rasul? Dan selama Tuhan telah menamakan beliau ‘Nabi dan Rasul’, bagaimana beliau a.s. harus menolaknya? Atau, haruskah beliau takut kepada manusia menggunakan nama yang telah Tuhan berikan kepada beliau?

Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. bersumpah, “Saya bersumpah atas nama Tuhan Yang telah mengutus saya bahwa orang yang mengada-ada atas nama-Nya adalah laknat! Dialah Yang-telah mengutus saya sebagai Masih Mau’ud. Sebagaimana saya beriman kepada ayat-ayat suci Alquran Karim, demikian pula—tanpa perbedaan sebesar zarah pun—saya beriman kepada wahyu—yang sungguh-sungguh sangat jelas—yang telah turun kepada saya. Yang kebenarannya, secara mutawatir (terus-menerus) telah terbuka kepada saya. Dan saya, sambil berdiri di dalam Baitullah berani bersumpah, bahwa wahyu suci yang turun kepada saya adalah Kalam Tuhan Yang-sama, Yang-telah menurunkan Kalam-Nya kepada Hadhrat Musa a.s, Hadhrat Isa a.s. dan kepada Hadhrat Nabi Muhammad saw..

“Bumi dan langit juga telah memberi kesaksian kepada saya. Demikian juga, langit telah berbicara untuk saya dan bumi juga bahwa saya adalah Khalifatu`l-Lâh. Akan tetapi, sesuai dengan nubuatan-nubuatan, pasti [pendakwaan ini] akan di-ingkari juga. Sebabnya ialah, mereka—di antara hatinya yang tertutup—tidak akan menerimanya. Saya tahu, bahwa Tuhan akan mendukung saya sebagaimana Dia senantiasa mendukung Rasul-rasul-Nya. Tidak akan ada yang mampu menandingi saya. Sebab, mereka tidak menerima dukungan dari Tuhan.

“Di tempat mana saja saya telah mengingkari kenabian dan kerasulan, hanyalah dalam arti bahwa saya bukan seorang Pembawa Syari’at secara mustakil (langsung tanpa perantara Nabi sebelumnya), dan bukan pula saya seorang Nabi secara mustakil (diutus langsung tanpa melalui ajaran Nabi sebelumnya). Melainkan, dalam arti bahwa saya, setelah memperoleh berkat-berkat ruhani dari Rasul Junjungan-yang-saya-ikuti dengan keitaatan, saya mendapatkan sebutan untuk diri saya sebagai ‘Rasul’ dan sebagai ‘Nabi’ tanpa membawa satu pun Syariat Baru. Dan dengan perantaraannya, saya memperoleh ilmu tentang hal-hal yang gaib.

“Dengan kedudukan seperti itu, saya tidak pernah mengingkari disebut Nabi. Bahkan, dengan arti seperti itulah, Allah swt. memanggil nama saya ‘Nabi dan Rasul’. Jadi sekarangpun, saya tidak mengingkari diri saya sebagai Nabi dan Rasul dalam arti yang sama seperti itu. Maka, setelah diterangkan begitu jelasnya, apakah masih juga ada keraguan?”

AJAKAN--Jelas, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menerima perintah Allah swt.. Beliau a.s. mengumumkan “Saya adalah Nabi.”

Disertai ribuan rasa santun dan hormat—sabda Hudhur atba., “Saya berkata kepada Saudara-saudara saya yang telah keliru dari jalan lurus: Marilah Saudara-saudaraku. Masuklah bersama-sama kami untuk membangkitkan revolusi rohani di muka bumi. Allah swt. telah mengutus Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani sebagai Masih Mau’ud dan Imam Mahdi, dan sebagai Nabi Zilli (Ummati).

“Beliau-lah Almasih dan Mahdi yang kedudukannya sebagai ghulâm (hamba) dari Hadhrat Rasulullah saw. yang akan menyebarkan amanat ajaran Islam ke seluruh pelosok dunia. Bahkan, telah berhasil menyebarkannya ke seluruh dunia. Yang kepadanya, Allah swt. telah berfirman—dengan ungkapan yang sangat jelas sekali—bahwa, sekalipun di tengah-tengah perlawanan yang keras, Dia telah mengumumkan ‘Aku akan sampaikan tabligh engkau ke seluruh pelosok dunia’.

“Sekarang, hanya orang-orang yang percaya kepada beliau sebagai Nabi dan bergabung dengan Khilafat setelah beliau-lah yang menyaksikan sempurnanya wahyu tersebut. Amanat ini, sekarang sedang menggema sampai ke segenap penjuru dunia melalui media elektronik.”

Jadi sekarang, sambung Hudhur atba., untuk mendukung Nabi-Nya ini, Allah swt. sedang memperlihatkan mukjizat-mukjizat dalam menyampaikan amanat-Nya. Tak satu pun kekuatan dunia yang mampu menghalanginya. Dan jika kita cermati wahyu “Aku akan sampaikan tabligh engkau kesegenap penjuru dunia”, maka terkandung hikmah bahwa dalam melaksanakan amanat itu, akan timbul banyak tantangan dan tiupan taufan penentangan yang keras, kobaran api kedengkian akan membumbung, menyala-nyala di kanan dan kiri kita, para pemerintah pun akan berusaha mengeluarkan banyak hambatan.

Akan tetapi, Allah swt. Yang Maha Aziz serta Ghalib, memberi ketenteraman dengan firman-Nya, “Wahai Masih dan Mahdi. Aku berikan ketentraman kepada engkau dan juga kepada orang-orang yang beriman kepada engkau, bahwa engkau datang dari-Ku dan engkau sedang berjuang untuk menyebarkan amanat-Ku. Karenanya, Aku telah memutuskan bahwa dukungan dan pertolongan-Ku senantiasa bersama engkau. Dan dengan tegas Ku-katakan bahwa Aku akan sampaikan tabligh engkau ke seluruh pelosok dunia.”

Allah swt. berfirman kepada beliau melalui ilham, “Jangan takut! Sesungguhnya, Aku bersama engkau. Dan Aku berjalan menyertai engkau. Martabat engkau disisi-Ku tidak diketahui oleh siapa pun di antara manusia. Aku dapatkan engkau apa yang Ku-dapatkan. Siapa pun yang hendak menghina engkau, akan Ku-hinakan-nya. Dan siapa pun yang hendak menolong engkau, Aku akan menjadi Penolong-nya. Engkaulah milik-Ku. Dan rahasia engkau adalah rahasia-Ku. Dan engkaulah yang Aku maksud. Dan engkau bersama-Ku, dan engkau di sisi-Ku. Engkau orang terhormat di sisi-Ku. Aku telah pilih engkau untuk Diri-Ku.”

Jadi, orang yang diberi ketenangan dalam menghadapi sesuatu yang menakutkan, telah ditegaskan kepadanya untuk diberi dukungan-Nya, sudah diumumkan baginya, siapa pun yang akan menolongnya ianya akan ditolong-Nya, telah diumumkan pula baginya, sesiapa yang hendak menghina dan menentangnya akan dihinakan dan disengsarakan-Nya, orang yang telah dimasukkan kedalam kelompok orang-orang pilihan-Nya yang khas, untuk orang yang beriman kepadanya-pun tidak ada alasan untuk merasa gentar dan takut. Tidak perlu merasa takut dan cemas dari kesulitan dan kesusahan apapun karena hal itu hanya sementara.

SABAR dan Istiqamah--Layaknya Perang Uhud, Hudhur atba. bersabda, sekalipun orang-orang beriman sudah dalam keadaan sangat terdesak dan telah banyak menelan kerugian jiwa-raga dan harta, mereka tidak memberi kesempatan kepada musuh untuk mengalahkan mereka. Akhirnya, merekalah yang mendapat mahkota kemenangan sambil meneriakkan suara dengan keras “Allâhu ‘alâ wa a’jal!” Maka sekarang pun, sabda beliau lagi, bila pekikan itu telah mengumumkan hal-hal tersebut di atas untuk kekasih yang mencintai-Nya, maka kita yang beriman kepada Allah swt., apa perlunya kita merasa takut kepada kesulitan-kesulitan ataupun ancaman-ancaman mereka yang sifatnya sementara ini?

Selanjutnya, Hudhur atba. beralih kepada kejadian beberapa hari sebelumnya tentang adanya beberapa kekhawatiran orang-orang Arab, di antara mereka ada warga Ahmadi Arab dan juga yang non Ahmadi yang simpati serta memiliki rasa cinta terhadap Islam. Mereka khawatir karena atas desakan beberapa pemerintahan negeri Arab kepada pemilik satelit yang menayangkan Muslim Television Ahmadiyya atau MTA3 yang khusus ditayangkan bagi pemirsa Berbahasa Arab di Timur Tengah, telah ditutup. Hal ini, disebabkan beberapa pemerintahan Negara-negara Arab dan para Mullah yang takut kepada gerak dakwah Kristen, sambil memandang kepada orang-orang Ahmadi dan disebabkan berkobarnya api dengki di dalam hati mereka juga terhadap Jemaat Ahmadiyah.

Dan oleh karena tanpa menghiraukan faktor akhlak dan tanpa pemberitahuan sebelumnya, saluran itu telah ditutup. Maka, baik orang-orang Arab Ahmadi maupun orang-orang Arab non Ahmadi, telah mengirimkan banyak sekali surat-surat kepada Hudhur atba. maupun kepada Pengurus MTA dan mereka mengatakan bahwa perbuatan itu perbuatan zalim. Tanpa pemberitahuan sebelumnya, saluran ini telah ditutup? Dalam menjawab surat mereka tersebut, Hudhur atba. bersabda agar bersabarlah. “Insya Allah swt. akan diusahakan supaya saluran ini dapat dimulai lagi secepat-cepatnya.”

Dengan khotbah yang Hudhur atba. sampaikan ini, semoga menjadi kemakluman penyebab ditutupnya MTA Al-‘Arabiyya akibat pemerintah-pemerintah yang tunduk pada kemunafikan, ciut pada kekuatan manusia dan disebabkan rasa dengki juga telah berusaha untuk memblokir saluran ini.

TABLIG MTA Al-‘Arabiyya--Di negara-negara Arab banyak padri-padri Kristen sedang melancarkan serangan-serangan terhadap Islam. Dan Jemaat Ahmadiyah melalui MTA sedang giat menjawab serangan-serangan mereka, oleh sebab itu mereka juga memberi tekanan-tekanan supaya saluran MTA ini ditutup, kalau tidak MTA ini akan memberi pengaruh buruk terhadap orang-orang Kristen. Bagaimanapun akibatnya, mereka harus berurusan dengan Allah swt..

Mereka dengan mengatasnamakan Tuhan telah melakukan permusuhan terhadap insan-insan Tuhan. Mereka menganggap bahwa semua sumber kekuatan ada di tangan mereka. Akan tetapi, Dia Yang Aziz Tuhan Pemilik semua kudrat dan kekuasaan, telah mengumumkannya dalam QS [Âli ‘Imrân] 3:55 “Wa makarû wa makara`l-Lâh[u], wa`l-Lâhu khairu`l-mâkirîn—Dan mereka membuat rencana dan Allah membuat rencana. Dan Allah-lah sebaik-baik Perencana.”

Pada zaman Almasih Musawi pun telah dibuat banyak rencana. Karenanya, di dalam ayat ini dan di zaman ini pula, telah diumumkan berbagai macam rencana untuk melawan Almasih Muhammadi Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s.. Akan tetapi, Allah swt. telah memberi ketenteraman hati kepada beliau a.s. dan para pengikutnya.

Jadi, peristiwa yang sedang kita hadapi, kita harus berusaha mengantisipasinya. Hal itu semata-mata pekerjaan Allah swt. untuk Almasih-Nya. Dengan cara bagaimana Allah swt. membuat perencanaan-Nya sehingga manusia tidak dapat membayangkan sebelumnya, dan bagaimana Allah swt. telah memberi pertolongan dalam hal ini? Untuk beberapa jam atau barangkali untuk satu hari saja lamanya, saluran ini sudah ditutup.

Bagaimanapun hari ini, Dia telah mengatur jalan lain sebagai gantinya untuk kita. Sehingga, usaha yang pihak penentang lakukan menutup saluran ini, sebagai gantinya, Allah swt. telah menghubungkan kita dengan seorang pengusaha satelit di Eropa yang sebelumnya juga pernah kita usahakan; yang pada waktu itu, pesanan cukup ramai sehingga kita tidak dapat memperolehnya.

Setelah pemblokiran MTA3 Al-‘Arabiyya ini, Allah swt. sendiri telah mengatur untuk kita sebagai ganti. Satelit sebelumnya, jangkauannya tidak begitu luas hanya sampai kepada beberapa negara Arab saja. Sehingga tidak dapat menjangkau negara Maroko dan beberapa negara lainnya yang sangat mendambakan MTA. Tetapi, satelit baru—sebagai gantinya ini—dapat menjangkau banyak sekali negara hingga sampai ke negara Maroko dan beberapa negara lain di sekitarnya. Sehingga, keperluan mereka dapat dipenuhi. Alĥamduli`l-Lâh!

Jadi, lihatlah! Ini semua pekerjaan Allah swt.! Dia-lah Tuhan Yang-sangat tepat memenuhi janji-janji-Nya. Sekarang pun, hambatan-hamabatan sedang berlaku dan akan berlaku terus. Akan terjadi serangan-serangan dari pihak para penentang dan para pedengki terhadap Jemaat.

Hudhur atba. menasihatkan bahwa seorang Ahmadi tidak boleh berkecil hati dan putus asa atas serangan-serangan itu. Sambil menyaksikan serangan-serangan mereka, kita harus lebih banyak bersujud memanjatkan doa di hadapan Allah swt.. Kita tingkatkan semangat doa kepada Allah swt.. Kita jaga baik-baik salat kita. Kita penuhi kewajiban-kewajiban kita dengan teratur. Kita perhatikan pelaksanaan salat-salat nafal.

Dengan perantaraan doa-doa dan ibadah-ibadah tersebut, Allah swt. menolong kita untuk menyempurnakan maksud-maksud kita. Jangan biarkan bibir-bibir kita berhenti zikir kepada Allah swt.. Melalui gerakan-gerakan bibir itulah, pintu-pintu kemenangan akan terbuka bagi kita—insya Allah. Jadi, itulah titik dasar yang harus selalu kita ingat setiap saat.

NIZAM Khilafat--Sekarang dengan genapnya Seabad Khilafat Ahmadiyah, warga Ahmadi sedang membuat program-program untuk merayakannya. Karena rasa dengki para penentang Jemaat, mereka sedang membuat rencana untuk menyerang bahkan lebih hebat dari yang telah mereka lakukan sebelumnya. Mereka hendak menimpakan berbagai macam kesusahan dan kesulitan kepada kita. Mereka pikir, khilafat telah kita rampas mereka. Kita sedang menikmati khilafat, sedangkan mereka tidak. Dan dengan kompaknya, kita terikat dalam persatuan dan kesatuan kokoh, sedangkan mereka tidak demikian.

Para penentang Jemaat telah menzahirkan pengakuan mereka secara terbuka bahwa mereka tidak akan dapat memperoleh kemajuan dan kemenangan tanpa berpegang pada nizam khilafat. Dan mereka telah menulis bermacam-macam ide dan pendapat mereka tentang khilafat sehingga memenuhi lembaran surat-surat kabar dan majalah-majalah. Hampir setiap hari selalu dimuat karangan-karangan tentang khilafat di dalam media cetak. Dan dalam khotbah ini, Hudhur atba. membaca salah satu kutipannya tentang pendapat seorang mufti Non Ahmadi bernama Muhiburrahman Sahib dari Pakistan.

Muhiburrahman Sahib mengemukakan bahwa tiada nizam yang lebih besar dari Nizhâm Khilâfat Islâmiyyah ‘Alâ Minĥâji`n-Nubuwwah. Nizam ini, menurutnya, dapat ditegakkan dengan berhimpunnya umat Islam pada satu platform yang sama. Umat Islam saat ini telah terlepas dari berkat khilafat. Umat Islam harus berbuat seperti pada waktu berusaha mendapatkan negara Pakistan melalui pengorbanan yang sangat besar. Pengurbanan umat Islam pada waktu itu diberikan untuk mendapatkan negara yang bebas dan merdeka. Waktu itu menurut rencana, akan mendapatkan negara merdeka dimana mereka akan menegakkan negara Islam. Tapi kenyataannya, Muhiburrahman Sahib mengakui, Pakistan telah berdiri di balik tabir penipuan. Rahasia untuk keutuhan dan kebaikan umat Islam, hakikinya terletak pada kesepakatan, persatuan, dan sistim Khilâfat Islâmiyyah ‘Alâ Minĥâji`n-Nubuwwah.

Dalam mengakhiri khotbah, Hudhur atba. menanggapi, alangkah baiknya jika orang-orang semacam itu meninggalkan ego dan mau tunduk pada pendapat orang. Mereka tidak melihat bahwa Imam Mahdi yang mereka tunggu-tunggu itu sudah datang. Pada riwayat-riwayat lain telah disebutkan pula bahwa apabila Imam Mahdi sudah datang maka khilafat pun akan berdiri.
Sekarang, Imam Mahdi sudah datang. Dengan perantaraan beliau, kini Khilafat sudah berdiri. Nizam khilafat baru apa pun, tidak akan dapat didirikan lagi. Sekalipun, mereka berusaha keras untuk itu.

Sekarang, setiap warga Ahmadi harus banyak memanjat doa agar Allah swt. melindungi kita keburukan dan kesusahan yang akan timbul. Semoga Dia memberi kekuatan dan keteguhan iman kepada kita. Semoga Dia memberi taufik kepada kita agar tetap berpegang teguh kepada Jemaah Imam Mahdi-dan-Almasih yang-telah-datang sesuai nubuatan Hadhrat Rasulullah saw..
Di samping itu, setiap warga Ahmadi harus memanjatkan doa bagi umat Islam yang telah keliru, agar Allah swt. memberi taufik kepada mereka guna menggabungkan diri dengan Jemaah Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. ini. Semoga Allah swt. mengabulkan semua harapan kita. Amin.[] (MTA/HsB/HSAL/HPSi/www.Ahmadiyya.or.id/Ali “JAI-Kby”)

--
“Don’t hate one another and don’t be jealous of one another, and don’t boycott one another and be servants of God as brethren.” --Muhammad saw.
“The whole worth of a kind deed is in the love that inspires it.” --Moses a.s. (The Talmud)
“Hatred doesn’t cease by hatred, but only by love; this is eternal rule.” --Budha a.s.
“Love your enemies!” --Jesus a.s.
“Love for All, Hatred for None!” --Mirza Nasir Ahmad r.h.
“To be loved, be lovable.” --Ovid

SELAYANG Pandang Kehidupan Beberkat Ĥadhrat Mushliĥ Mau’ûd r.a.

OLEH Ketua Tarikh (Sejarah) Ahmadiyah Al-Mukarram Maulana Dost Muhammad Sahib Shaheed di Rabwah, Pakistan. DITERJEMAHKAN-bebas oleh Mubalig Lokal JAI Cabang Kebayoran Maulana Muhammad Idris Sahib. DIEDIT oleh Rahmat Ali.[] (Kebayoran, Jakarta Selatan—Rabu, 20 Februari 2008).


BERIKUT merupakan lembar putih ringkasan peristiwa bahwa—betapa mulut yang berbicara ini menyaksikan, Tuhan yang Maha Perkasa telah memberikan suatu kabar kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s. tentang wujud Muslih Mau’ud pada tanggal 20 Februari 1886.

Dia (Allah swt.) menyempurnakan lafaz demi lafaz setiap segi walaupun tanpa ada hal-hal lain yang mendukungnya. Dan meski sekarang, Muslih Mau’ud tidak bisa kita jumpai lagi dengan kasat mata, namun nama dan hasil karya beliau akan tetap hidup dan kekal di dunia ini. Sebagaimana beliau—Hudhur (Hadhrat Khalifatul Masih II) r.a sendiri telah bersabda:

“NAMA-ku akan tetap tinggal di dunia. Dan meski saya akan wafat, akan tetapi, namaku tidak akan pernah terhapus. Inilah keputusan Tuhan yang bertahta di Langit bahwa Dia akan tetap menghidupkan namaku dan hasil karyaku di dunia ini.” (28 Desember 1961)

Periode Pertama

12 Januari 1889—Kelahiran beliau r.a. yang penuh rahmat.

1897—Khatam Quran dan Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. melakukan syukuran atas peristiwa suci tersebut; Bermimpi tentang selamatnya Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. dalam persidangan dengan Dokter Martin Clark; Menjadi anggota di Anjuman Hamdardân Islâm.

1898—Bersekolah di Ta’limu`l-Islâm Qadian; Baiat di tangan Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. yang beberkat.

1900—Manifestasi pertama keyakinan beliau r.a. terhadap Tuhan Yang Maha Hidup dan beliau berikrar untuk tetap mendirikan salat dengan dawam demi Sang Kekasih-swt.; Mendirikan organisasi Anjuman Tasyhidu`l Adzhân; Ikut hadir saat Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. memperdengarkan “Khuthbah Ilhamiyyah” sebagai Khotbah Idul Adha melalui mulut beliau a.s. yang beberkat.

1903—Pernikahan pertama beliau dan mulai berkhidmat untuk agama melalui menulis syair-syair.

1905—Beliau r.a. ujian sekolah di kelas matrik dan belajar hadis Bukhari dan Alquran Majid dengan Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin (Khalifatul Masih I) r.a..

1906—Dari Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. untuk Sadr Anjuman Ahmadiyah Qadian tentang tidak ada lagi penambahan Anggota Majlis Mu’tamaddin; Launching penerbitan risalah “Tasyhidu`l-Adzhân”; Ceramah perkenalan pertama pada acara Jalsah Salanah.

1908—Mengucapkan janji bersejarah di hadapan jenazah beberkat Hadhrat Imam Mahdi-dan-Masih Mau’ud a.s. dengan mengucapkan: “Apabila semua orang meninggalkan beliau a.s. dan kemudian saya tinggal sendiri, maka saya akan menghadapi dunia ini sendiri dan saya tidak akan pernah gentar terhadap suatu penentangan dan permusuhan.”

Periode Kedua

DI dalam menjawab para penentang Jemaat, [masih pada tahun 1908], Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. bersabda, “Siapa yang bisa lari dari cahaya dan kebenaran”. Sebagaimana disebutkan dalam buku Bâthil Syikn.

[Pada tahun ini], [beliau r.a.] sukses mengusahakan pendirian Madrasah Ahmadiyah. [Kemudian], menyampaikan khotbah pada Jalsah Salanah dengan tema “Bagaimana Kita Meraih Keberhasilan”.

1909—Menyampaikan ceramah umum di beberapa kota: Dehli, Kapurthala, Lahore, Qashur dan Fairuzpur; Perjalanan pertama ke negeri Kasymir.

1910—Mulai memberikan Daras Alquran; Sehubungan dengan masa perjalanan Hadhrat Khalifatul Masih I r.a. ke kota Multan, maka Hadhrat Muslih Mau’ud r.a. ditetapkan sebagai Amir Maqam dan memberikan Khotbah Jumat untuk pertama kalinya; Mulai mengabdikan ilmunya sebagai Muntazim Madrasah Ahmadiyah.

1911—Mendirikan majelis Ansharullah (bukan badan Jemaat) yang bertujuan untuk menghimpun para pemuda Ahmadi agar bertablig; Menyampaikan ceramah umum pada Jalsah Salanah Anjuman Ahmadiyah Kota Batala; Berdialog dengan Pendeta Jankson dalam mempertahankan dalil-dalil tentang agamanya masing-masing; Doa syukur telah menyelesaikan Program Hafiz (Hapal) Alquran; Menyampaikan ceramah dengan tema “Takwa” pada Jalsah Salanah.

1912—Mengadakan perjalanan ke daerah-daerah terkenal di Hindustan untuk menuntut ilmu dan melakukan perjalanan ke Mesir serta Arab, dan menunaikan Ibadah Haji ke Baitullah Mekkah.

1913—Menerbitkan surat kabar Al-Fazl.

Periode Ketiga

14 Maret 1914—Beliau r.a. terpilih sebagai Khalifatul Masih II; Beliau menyampaikan khotbah dengan tema “Khilafat” di hadapan Anggota Jemaat yang sedang berkumpul; Menghentikan fitnah (membentengi umat) dari para mubayyi’in yang lain; Mendirikan Anjuman Taraqi Dîn; Mendirikan misi Ahmadiyah di Inggris; Memberikan ‘Hadiah Bagi Para Raja’ untuk Syah Dakn (Raja-raja Hindustan Selatan); Memulai pembangunan Minaratul Masih; Beliau r.a. menjelaskan hakikat-hakikat tentang tema “Berkat-Berkat Khilafat” dalam Jalsah Salanah.

1915—Mendirikan misi Ahmadiyah di Mauritius ; Mendirikan asrama di Lahore ; Menerbitkan edisi pertama Tafsir Alquran dalam Bahasa Urdu dan Inggris; Menerbitkan buku Al-Qaul al-Fashl dan Ĥaqîqatu`l-Nubuwwah”; Memberikan ceramah umum tentang “Cahaya Khilafat” pada acara Jalsah Salanah.

1916—Mengarang buku tentang Islam dan agama-agama lain ; Khotbah tentang “Dzikir Ilahi” pada acara Jalsah Salanah.

1917—Mendirikan Rumah Sakit Nûr; Gerakan pertama Waqaf Zindegi; Memberikan ceramah di Simla tentang “Agama yang Hidup”; Menyampaikan ceramah pada Jalsah Salanah bertema “Hakikat Ruh”.

1919—Mendirikan Departemen-departemen Kerja (Nazarat) Anjuman Ahmadiyah; Menyampaikan ceramah bersejarah tentang “Awal perpecahan dalam Islam”; Memberikan petunjuk tentang Gerakan Khilafat dan menjelaskan dengan komprehensif masalah-masalah yang sangat latif (halus/mendalam) tentang Irfan Ilahi dan Taqdir Ilahi pada Jalsah Salanah.

1920—Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Amerika Serikat; Memulai kelas para Murabi; Menerbitkan tulisan-tulisan yang menerangkan: Hakikat tentang perkara-perkara latif dalam Islam, peraturan-peraturan untuk umat Islam ke depan, dan kondisi adanya ketidakpedulian dalam Umat Islam; Memberikan ceramah “Malaikat Allah” di Jalsah Salanah.

1921—Mendirikan Misi Ahmadiyah di Gold Coast dan Nigeria; Menulis buku Â`înah-i-Shadâqat; Menyampaikan ceramah “Memberi Petunjuk Dengan Khidmat”; Memberikan ceramah “Keagungan Ilahi”.

1922—Buku “Tuĥfah Syahzâdah Wales—Bingkisan Hadiah Untuk Prince of Wales”; Mulai mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Mesir; Memprakarsai Majelis Syura; Berdakwah Ilallah di pengadilan negeri; Mendirikan Lajnah Imaillah; Menyampaikan ceramah “Keselamatan” di Jalsah Salanah.

1923—Keberhasilan memerangi Gerakan Sudhi (Penghinduan Umat Islam di Hindustan); Menulis buku dengan judul “Asas al-Ittihad”; Berdakwah Ilallah di daerah Bolsyewik (Rusia).

1924—Menulis buku “Da’watu`l-Amîr dan “Aĥmadiyyat”; Perjalanan pertama ke Eropa; Menyampaikan ceramah umum di Wembley, London; Mendirikan Mesjid Baitu`l-Fadhl di London, Inggris; Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Iran.

1925—Membuka madrasah untuk anak-anak perempuan Ahmadi; Mendirikan misi Ahmadiyah di Syam, Palestina, dan Pulau Sumatra dan Pulau Jawa (Hindia Belanda); Menyampaikan ceramah “Minhajut Thalibin” pada acara Jalsah Salanah.

1926—Menerbitkan majalah Sunrise (Jemaat Ahmadiyah Amerika Serikat) dan Mishbaĥ.

1927—Mengadakan perjalanan-perjalanan pribadi; Memberikan ceramah bertema “Agama dan Sains”, ”Kerusakan Umat Hindu-Muslim dan Solusinya” di hadapan banyak orang; Menyampaikan ceramah berjudul “Jasa-jasa Luar biasa Hadhrat Masih Mau’ud a.s.” dengan sangat jelas pada Jalsah Salanah.

1928—Mendirikan Jamiah Ahmadiyah; Pencanangan gerakan “Siratun Nabi saw.” secara internasional dalam bentuk pertemuan-pertemuan atau pengajian; Memberikan Daras Quran secara khusus; Mengomentari “Nehru Report”; Berceramah tentang “Berbuat Kebaikan Untuk Dunia”; Memulai ceramah-ceramah tentang “Keutamaan-keutamaan Alquran”.

1930—Mengeluarkan selebaran tentang “Nadâ`ê Îmân”; Membangun Universitas Ahmadiyah; Menulis topik yang mengesankan tentang “Keadaan Masalah Politik di Hindustan”.

Periode Keempat

1931—Memulai perjuangan secara aktif untuk pembebasan umat muslim Kasymir dan kepemimpinan di “All India-Kasymir Comitte”.

1932—Memberikan bantuan kepada Umat Islam di Karnal-hishar dan Alwar; Naik banding atas keputusan Pengadilan Negeri; Menggalang dana untuk penerbitan Isyâ’at Ĥaq dan pembelian tanah-tanah di Provinsi Sindh.

1934—“Taĥrîk Sâlikîn”; Pembentukan komite untuk pengumpulan dan penyusunan wahyu-wahyu, ilham-ilham dan kasyaf-kasyaf yang diterima Hadhrat Masih Mau’ud a.s.; Pembukaan Masjid Baitu`l-Fadhl di kota Lailpur dan menyampaikan ceramah tentang “Tabligh Kebenaran”; Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Afrika Timur; Mengumumkan Program Tahrik Jadid untuk seluruh dunia.

1935—Mendirikan misi-misi Jemaat Ahmadiyah di Singapura, Jepang dan Hongkong.

1936—Mendirikan misi-misi Jemaat Ahmadiyah di Hongaria, Polandia, Cekoslovakia, Argentina, Spanyol, Albania dan Yugoslavia.

1937—Mendirikan misi Ahmadiyah di Sierra Leon; Mencanangkan gerakan untuk menjaga riwayat para Sahabat Hadhrat Masih Mau’ud a.s.; Menyampaikan ceramah berjudul “Inqilâbî Ĥaqîqî—Revolusi Sejati” dalam Jalsah Salanah.

1938—Mendirikan Majelis Khuddamul Ahmadiyah yang bertujuan mengadakan reformasi rohani agung dalam menjawab fitnah yang tajam; Mulai menyampaikan ceramah-ceramah tentang “Rahasia Kerohanian dari Iman” dalam Jalsah Salanah.

1939—Mengadakan ‘Hari Para Imam Mazhab’; Menyampaikan khotbah sangat mengesankan pada acara Jubilee Jalsah dengan tema “Khilafat Rasyidah”.

1940—Memulai Penanggalan Jemaat : Hijri Syamsiah ; Memulai menerbitkan Tafsir Kabir; Mendirikan Majlis Ansharullah.

1942—Menyampaikan ceramah berjudul “Nizam Baru”.

1943—Menetapkan Iftâ’ Comitte (Dewan Fatwa); Menyampaikan ceramah “Dasar-dasar Ahmadiyah”; Menyampaikan ceramah “Uswah Hasanah” pada Jalsah Salanah.

Periode Kelima

1944—Penda’waan atau pernyataan diri beliau sebagai Mushlih Mau’ud sesuai dengan petunjuk Allah Taala; Memulai banyak gerakan-gerakan yang beberkat; Menyampaikan khotbah pada acara Jalsah di Hosyiarpur, Lahore, Ludhiyana dan Dehli; Mendirikan Ta’limu`l-Islâm College dan Fadhli ‘Umar Research Institute; Menyampaikan ceramah “Al-Mau’ûd” pada Jalsah Salanah.

1945—Membantu penuh semangat Liga Muslim dalam Pemilihan Anggota Panitia Pusat untuk Perdamaian Inggris dan India; Berceramah mengenai “Menegakkan Aturan-aturan Islam”.

1946Ditetapkan kemenangan untuk Liga Muslim dalam pemilihan umum; Membantu Pergerakan Pakistan untuk menyambut misi Parlementer; Keberhasilan perjalanan ke Dehli untuk ikut serta di dalam memenangkan pemerintahan Liga Muslim; Menyuarakan di negara-negara Muslim gerakan untuk memperoleh hak kemerdekaan bagi Indonesia.

1947—Mengajukan keberatan menentang atas tuntutan pembagian wilayah Punjab; Mengupayakan keras agar Qadian dan wilayah sekitarnya diikutsertakan dalam wilayah Pakistan; Mengumpulkan artikel-artikel penting dari Amerika dan Inggris untuk menguatkan kedudukan Liga Muslim dan meminta Mr. Spet (Boundary Specialist) untuk mengaturnya.

Periode Keenam

1947—Tepatnya tanggal 31 Agustus, hijrah dari Qadian ke Rabwah karena terjadi partisi antara negara India dan Pakistan; Peraturan baru untuk Jemaat Ahmadiyah di Pakistan; Berjasa dalam menjaga para Ahmadi laki-laki maupun perempuan untuk melakukan hijrah dari Qadian menjadi penduduk di daerah setempat; Memberikan masukan-masukan dalam berbagai masalah internal yang dihadapi Pakistan dan negara-negara Islam lainnya; Memberikan enam ceramah bertema “Pakistan dan Penyambutannya”; Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Belanda.

1948—Memberikan ceramah di kota Karachi, Pesyawar dan Rawalpindi dalam sejarah pendirian Pakistan; Membentuk milisi bersenjata Batalyon Furqan untuk Pembebasan Kasymir; Mendirikan markas baru di kota Rabwah untuk penyebaran misi agama Islam; Menerbitkan Pendahuluan Tafsir Alquran; Menyampaikan ceramah di Sialkot bertema Nubuwatan Ahmadiyah; Ceramah di Karachi tentang “Berdirinya Pakistan dan Tanggung Jawab Kita”.

1949—Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Jerman dan Glasgow; Membangun Baitul Mubarak di Rabwah.

1950—Menulis dan menerbitkan buku berjudul “Islâm Aur Malikiyyat Zamîn”.

1951—Membuka Jamiah Nusrat; Menyampaikan ceramah “Casymah Hidâyat” dalam Jalsah Salanah.

1952—Menyampaikan ceramah berjudul “Ta’aluq Bi`l-Lâhi” pada acara Jalsah Salanah.

1953—Memberikan arahan kepada warga Jemaat Ahmadiyah di Provinsi Punjab yang hancur dan penjagaan terhadap para Ahmadi dengan doa-doa dan melalui usaha serta hikmah dan tergenapinya kabar gaib:

“APABILA seluruh dunia meninggalkan aku, tapi—insyâ` Allâh—Dia tidak akan pernah meninggalkanku. Ketahuilah Dia akan datang dengan berlari untuk memberikan pertolongan kepadaku. Dia selalu ada di sampingku. Dia ada di dalam diriku.”

Membentuk komite untuk memelihara sejarah Silsilah Ahmadiyah; Menerbitkan terjemah Alquran Karim dengan Bahasa Belanda; Memberikan pandangan Islami tentang masalah wahyu dan nubuat; Mendirikan bangunan di Rabwah untuk Ta’limu`l-Islâm College ; Menghidupkan misi Jemaat Ahmadiyah di Myanmar .

1954—Menjawab masalah Qadian; Menerbitkan terjemah Alquran dalam Bahasa Jerman.

Periode Ketujuh

1955—Mengalami sakit akibat serangan percobaan pembunuhan; Perjalanan kedua ke Eropa dan memutuskan perkara penting dalam kepemimpinan beliau berkenaan dengan dakwah agama dan konferensi para Murabbi Eropa.

1956—Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Liberia; Menghentikan fitnah orang-orang munafik.

1957—Menerbitkan Tafsîr Saghir; mendirikan “Idâratu`l-Mushnafîn” di Rabwah; Menyetujui program berkenaan dengan “Intikhab-i-Khilafat Majelis Pemilihan Khalifah Al”; Mendirikan misi Ahmadiyah di negeri Skandinavia; Membuka Rumah Sakit Fadhli Umar Rabwah.

1959—Menyempurnakan terjemah Alquran dalam Bahasa Indonesia; Membangun Mesjid Bait Frankfürt.

1960—Membangun misi Jemaat Ahmadiyah di Fiji; Menyetujui pendirian “Nigrân Board”.

1961—Mendirikan misi Jemaat Ahmadiyah di Pantai Gading, nubuwwatan khusus tentang nama Jemaat Ahmadiyah: “Menyebarlah namanya di dunia ini dan sebarkanlah taklim agama di seluruh pelosok dunia”; Menyampaikan khotbah pada acara Jalsah Salanah tentang petunjuk masalah kerohanian.

1962—Mendirikan Mesjid Bait Mahmud di kota York.

1963—Gerakan penyempurnaan sejarah Ahmadiyah dan menyimpannya di perpustakaan-perpustakaan.

1964-65—Memberi tarbiyat kepada Jemaat Ahmadiyah untuk memanjatkan doa-doa dan memberikan perhatian kepada masalah kerohanian, kesabaran dan keridaan serta inqithâ’ (pemutusan hubungan dengan duniawi demi Allah).

1965—Penyerangan India terhadap Pakistan dan amanat kepada Jemaat: “Jadikan diri Anda bersama dengan doa-doa dan pengorbanan Anda sebagai pengikut setia negeri Anda tercinta”; Janji kepada Presiden Pakistan berkenaan dengan Jemaat Ahmadiyah akan memberikan pengorbanan yang dibutuhkan untuk membela negara dengan penuh keyakinan serta membantu dan memberikan pertolongan secara sempurna.

7/8 November 1965—Beliau r.a. wafat, kembali ke haribaan Tuhan—“Wa kâna amrân maqdhiyyân”.[] (Rauzanâmah Al-FadhlKhushûshî Isyâ’at”, Jilid 55-90, Nomor 40, 15 Februari 2005, hal. 3-4)

-------oooOooo-------