Wednesday, July 19, 2006

[Khutbah] Pertolongan Allah swt. kepada para Pengikut Hadhrat Masih Mau’ud a.s.


Pertolongan Allah swt. kepada para Pengikut Hadhrat Masih Mau’ud a.s.


Jumat (14/7), LB—Melanjutkan dari topik tentang bantuan dan pertolongan Allah swt., Khotbah Jumat Imam Jemaat Ahmadiyah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V atba. dari Mesjid Baitul Futuh Morden-London, Inggris, dikutip www.ahmadiyya.or.id dari alislam.org, menguraikan beberapa peristiwa besar tentang pertolongan Allah swt., Jumat (14/7).

Melalui khotbah yang dipancarluaskan Muslim Television Ahmadiyya (MTA) ke seluruh dunia via satelit, Hudhur atba. menerangkan bahwa Allah swt. memberikan pertolongan kepada para Nabi-Nya dengan cara-cara yang luar biasa. Namun, setelah mereka (para nabi a.s.) wafat, pertolongan ini diteruskan kepada jamaahnya baik dalam kapasitas jamaah secara keseluruhan maupun perseorangan.

Sesuai dengan sabda-sabda Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hadhrat Masih Mau’ud as, setelah beliau a.s. wafat, manifestasi (qudrat) kedua tanda Kekuasaan Allah swt. terwujud dalam bentuk Kekhalifahan beliau a.s. yang pertama Hadhrat Alhajj Maulana Hakim Nuruddin r.h.—walau ada penentangan yang akan menghancurkan.

Di zaman Khalifah kedua, kita lihat berbagai upaya penentangan baik dari dalam maupun dari luar Jemaat telah dilumpuhkan. Jemaah Islam Ahmadiyah bertambah kuat—dan makin kuat—dengan dipimpin seorang yang masih sangat muda. Beliaulah putra pendiri jemaah ini, Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a..

Demikian pula di zaman Hadhrat Mirza Nasir Ahmad Khalifatul Masih III r.h., jemaah kita mengalami masa-masa genting. Para penentang mencoba membendung cita-cita Jemaat. Rupanya, mereka mencoba untuk memutuskan ‘tangan-tangan’ jemaah kita. Namun, dukungan dan pertolongan Allah swt. datang dan benar terjadi. Para penentang tidak hanya ‘tangan’-nya yang terputus, bahkan leher mereka pun juga terputus.

Di masa Kekhalifahan Almasih yang keempat Mirza Tahir Ahmad r.h., suatu rencana nyata mereka lakukan guna membatasi dan melarang Ahmadiyah dengan berbagai cara dan dirancang agar Jemaat berakhir secara alami. Namun, sesuai dengan banyaknya wahyu-wahyu Hadhrat Masih Mau’ud a.s., Allah swt. menolong dan menurunkan petunjuk-Nya yang benar kepada para Khalifatul Masih. Semua musuh pergi dengan penuh kekecewaan. Sebaliknya, sebagai penggenapan wahyu “Aku akan sampaikan tabligh engkau ke seluruh penjuru dunia”, begitu banyaknya jalan terbuka yang membuat frustasi para penentang.

Setelah kewafatan Hadhrat Khalifatul Masih IV r.h., para penentang berharap bahwa sepeninggal beliau puncak pengharapan mereka tercapai, yakni sekaranglah saatnya kemunduran bagi Jemaat. Mereka bodoh dan tidak sadar akan adanya rencana Allah swt..

Kenyataannya, kemenangan Almasih Muhammadi-Nya tidak akan berakhir seperti apa yang mereka harapkan dan upayakan. Kemenangan ini juga tidaklah berkenaan dengan waktu atau orang tertentu. Kemenangan ini berkenaan dengan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dan jemaah beliau. Tidak ada kekuatan apapun yang mampu menghentikannya.

Hudhur atba. menjelaskan, Allah swt. membuktikan pertolongan dan karunia-Nya kepada para Muslim Ahmadi yang sepanjang hidup menerapkan ajaran-ajaran-Nya dan menaati Hadhrat Rasulullah saw. dengan teguh—menjalankan salat, mengorbankan harta dan menaati Nizam (Institusi) Khilafat.

Berkaitan dengan pertolongan Allah swt. yang diteruskan kepada warga jemaah Hadhrat Masih Mau’ud a.s., Hudhur atba. bersabda, tentunya hal ini merupakan bukti kebenaran beliau a.s. dan juga sumber kekuatan rohani bagi orang-orang yang telah mengimani beliau.

Selanjutnya, Hudhur atba. meriwayatkan beberapa peristiwa yang dialami oleh para Ahmadi yang saleh dan suci. Diantaranya bernama Hadhrat Maulana Ghulam Rasul Rajiki r.a.. Beliau adalah seorang Sahabat Hadhrat Masih Mau’ud a.s..

Dalam perjalanan tablig ke sebuah desa, Hadhrat Maulana Ghulam Rasul Rajiki r.a. menulis beberapa bait sajak bahasa Punjab tentang kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. di papan pengumuman beranda mesjid setempat. Para sesepuh desa tersebut melihat bait sajak itu. Mereka memutuskan untuk mengirim tujuh pemuda kuat untuk mengejar Maulana Rajiki r.a. dan membawanya kembali agar menghapus bait-bait sajak tersebut dari dinding beranda masjid dan kemudian dibunuh.

Namun, Maulana Rajiki r.a. tiba di rumahnya dengan selamat. Begitu mengetahui rencana para penentang, beliau r.a. berdoa khusyuk dalam salat, khawatir kalau orang tersebut akan menghentikan syiar Jemaat menyampaikan kedatangan Almasih.

Maulana Rajiki r.a. pun mengantuk dan tertidur di sajadah. Allah swt. memberikan ilham kepada beliau bahwa tidak ada seorang pun yang bisa menghentikannya dari bertabligh, dan salah satu dari dua orang penentang akan meninggal dunia sebelas hari sesudahnya. Keesokan harinya, Maulana Rajiki r.a. pergi dan menyampaikan kepada setiap orang mengenai hal ini dan mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang mampu mencegah takdir ini. Orang-orang menjadi terkesima olehnya. Ternyata, setelah menderita sakit yang tidak begitu lama, penentang tersebut meninggal tepat sebelas hari seperti ilham yang diterimanya.

Kemudian, Hudhur atba. Menceritakan riwayat tablighnya Maulana Nazir Ahmad Mubashir r.h. di Ghana. Suatu berada di Ghana, ada seorang anak muda yang pulang dari Mekkah, mulai memproklamirkan dirinya sendiri serta mulai menentang Jemaat Ahmadiyah. Berbagai upaya melalui perdebatan dan berbagai argumentasi tak penting, ia dan para sahabatnya mengumpulkan orang-orang sambil menunjukkan bahwa Almasih belum datang jika tidak ada tanda gempa bumi yang datang. Maulana Nazir berdoa selama seminggu dengan sungguh-dungguh, memohon diturunkan gempa bumi kepada mereka sebagai pertanda kedatangan Almasih Yang Dijanjikan a.s.. Beliau r.h. memiliki keyakinan yang penuh bahwa tanda tersebut akan muncul. Jadi, beliau mengatur tiga pertemuan dan menyampaikan peringatan bahwa gempa bumi benar-benar akan terjadi. Hanya dua dari tiga pertemuan dapat diselenggarakan. Kemudian, sebuah gempa bumi yang besar terjadi di seluruh negeri Ghana yang mengagetkan orang-orang. Akibatnya, 180 orang dari desa tersebut bai’at, masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah.

Hudhur atba. menceritakan peristiwa pertolongan Allah swt. kepada Hadhrat Syeikh Zainal Abidin Sahib dan Hafiz Hamid Ali r.h. Sahib ketika mereka sedang melakukan perjalanan ke Afrika menumpang sebuah kapal. Di tengah perjalanan, kapal tersebut terkena badai dan kapten kapal memperingatkan akan keadaan yang kritis dan gawat. Namun, kedua Ahmadi saleh itu yakin bahwa kapal tidak akan tenggelam karena kapal ini mengangkut ‘dua orang murid Hadhrat Masih Mau’ud a.s.’. Dengan menghalau berbagai rintangan, akhirnya kapal sampai pada salah satu tempat tujuan mereka. Namun, ketika mereka turun dari kapal, kapal tersebut melanjutkan perjalanan. Lalu, kapal tersebut hancur dekat Zanzibar.

Ketika perang dunia kedua berkecamuk, Hadhrat Maulana Muhammad Sadiq r.a. Sahib yang hendak menjalankan misi tablig ke negeri Paman Sam Amerika Serikat, transit di Jepang. Di sana, beliau dituduh bersalah dan dihukum karena telah melakukan pembunuhan. Kemudian, beliau r.a. berdoa khusyuk. Di dalam kasyaf beliau, ada yang mengatakan mengenai akhir kekuatan Jepang. Walhasil, hanya sepuluh hari beliau dihukum tanpa ada kesalahan, kota Hiroshima dan Nagasaki di bom sehingga perkara tersebut pun berakhir.

Di Fiji, Hadhrat Syeikh Wajid r.h. Sahib dan Jemaat Ahmadiyah mengalami penentangan yang begitu hebat. Para penentang mencoba membakar gedung rumah misi. Luar biasanya, kebakaran tersebut tak membuat kerusakan yang parah meskipun gedung tersebut terbuat dari kayu-kayuan. Mubaligh setempat pun mengungkapkan, “Semoga Allah swt. membakar rumah siapa pun yang telah membakar rumah Allah.” Beberapa hari berikutnya, rumah pimpinan para penentang hangus terbakar.

Peristiwa sama terjadi ketika api membakar sekitar rumah Hadhrat Maulana Ghulam Hussein r.h.. Beliau mengatakan, “Jangan khawatir, Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah menerima sebuah wahyu yang mana ‘api adalah budak kita dan budak dari budak kita’. Allah swt. mendengar panggilan hamba-Nya yang lemah dan rumahnya pun terlindungi dari api.

Hudhur atba. juga menyampaikan peristiwa yang membuktikan adanya pertolongan Allah swt. bersumber riwayat Hadhrat Maulana Rahmat Ali r.a. H.A.O.T dan Muhammad Sadiq Sumatri r.h. Sahib dari Indonesia. Demikian pula dari Hadhrat Maulana Muhammad Sadiq Sahib Amritsari dan Maula Baksh Sahib r.h..

Di zaman ini, lanjut Hudhur atba., kita menyaksikan bahwa orang-orang yang menjalankan perintah-perintah Allah swt. hanyalah orang-orang yang benar-benar berada dalam jemaah Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Orang-orang suci dan saleh yang diriwayatkan Hudhur atba. itu, Hadhrat Masih Mau’ud as telah mendoakan mereka dalam jemaah ini.

Di akhir khotbah, Hudhur atba. berdoa, semoga Allah swt. terus mengaruniakan jemaah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini berisikan orang-orang yang unggul dalam hal ketulus-ikhlasannya, orang-orang yang menyaksikan adanya pertolongan dan karunia Allah swt., dan juga orang-orang penerima kemurahan Allah swt., dan orang yang menolong serta membantu keutuhan Khilafat Ahmadiyah.*** (Pent. A. Riyanto/ahmadiyya.or.id/Ali/LB)

No comments: